Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati yang Beku

25 Agustus 2022   20:41 Diperbarui: 25 Agustus 2022   20:45 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

HATI 

Wahai hati yang beku

Lembutlah engkau

Wahai hati yang beku

Mencairlah

Jangan terlalu keras

Tak ada gunanya engkau membeku

Apakah kau tahu wahai hati

Aku faham isimu

Hati kelana

Hargailah sukmamu

Tiada guna membangkang itu

Lembutlah wahai hati

Engkaulah permata

Hargai jiwa-jiwa yang ada bersamamu

Wahai hati yang membara

Padamlah gelora

Air mata selalu tertuang untuk mu

Kedua tangan ini

Selalu terangkat untuk mu

Tak wajar engkau nyeleneh

Kaki tertatih-tatih

Melangkah untuk mu

Tangan berayun tertuju kepadamu

Sebelum mentari terbit

Jiwa-jiwa penuh makna itu terbangun 

Merangkulmu dalam doa

Lalu

Jiwa-jiwa itu menggeliat 

Bergelut dengan debu

Mengukir diatas kerikil

Jiwa-jiwa itu merangkak

Demi untukmu 

Wahai hati yang punah

Bangkitlah

Hargai jiwa-jiwa penuh makna

Mendidikmu

Membimbingmu

Memapahmu

Dari jalan berduri

Menapaki jalan yang mulus

Jangan biarkan air mata itu tumpah

Membasahi bumi yang tak berdosa

Wahai hati yang kelam, teranglah

Bergemuruh rasa di dada ini

Ingin mengoyakmu

Mencabik-cabik mu

Agar kau suci, patuh, menunduk

Menghargai, menghormati

Bukit tak minta di peluk

Mata air tak perlu kau tutup

Deru ombak tak bisa kau tahan

Deburan pasir akan menepi

Waktu akan terus bergulirMengelilingi hati yang penuh debu

Sampai bening, berkilau, bercahaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun