HATIÂ
Wahai hati yang beku
Lembutlah engkau
Wahai hati yang beku
Mencairlah
Jangan terlalu keras
Tak ada gunanya engkau membeku
Apakah kau tahu wahai hati
Aku faham isimu
Hati kelana
Hargailah sukmamu
Tiada guna membangkang itu
Lembutlah wahai hati
Engkaulah permata
Hargai jiwa-jiwa yang ada bersamamu
Wahai hati yang membara
Padamlah gelora
Air mata selalu tertuang untuk mu
Kedua tangan ini
Selalu terangkat untuk mu
Tak wajar engkau nyeleneh
Kaki tertatih-tatih
Melangkah untuk mu
Tangan berayun tertuju kepadamu
Sebelum mentari terbit
Jiwa-jiwa penuh makna itu terbangunÂ
Merangkulmu dalam doa
Lalu
Jiwa-jiwa itu menggeliatÂ
Bergelut dengan debu
Mengukir diatas kerikil
Jiwa-jiwa itu merangkak
Demi untukmuÂ
Wahai hati yang punah
Bangkitlah
Hargai jiwa-jiwa penuh makna
Mendidikmu
Membimbingmu
Memapahmu
Dari jalan berduri
Menapaki jalan yang mulus
Jangan biarkan air mata itu tumpah
Membasahi bumi yang tak berdosa
Wahai hati yang kelam, teranglah
Bergemuruh rasa di dada ini
Ingin mengoyakmu
Mencabik-cabik mu
Agar kau suci, patuh, menunduk
Menghargai, menghormati
Bukit tak minta di peluk
Mata air tak perlu kau tutup
Deru ombak tak bisa kau tahan
Deburan pasir akan menepi
Waktu akan terus bergulirMengelilingi hati yang penuh debu
Sampai bening, berkilau, bercahaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H