Mendengar penjelasan dari petugas bandara, dokter Ishan setuju, dan kemudian beliau menyewa mobil.Â
Tapi baru saja berjalan 5 menit tiba-tiba cuaca mendung datang mendera. Terlihat langit seakan mau runtuh.Â
Tak lama kemudian disusul dengan turunnya hujan besar yang disertai dengan petir dan badai.Â
Sehingga mengakibatkan jarak pandang sangat pendek. Setelah mobil berjalan hampir 2 jam mereka jadi tersadar bahwa ternyata mereka sudah tersesat.Â
Mereka nggak tahu jalan entah ke mana mau diarahkan. Dalam hujan yang sangat deras mereka kelelahan. Maka mereka pun berhenti.Â
Setelah berhenti dokter melihat ada sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari tempat mereka berhenti. Terlihat ada lampu di dalamnya.
Kemudian mereka turun dari mobil dan menghampiri rumah itu, lalu mengetuk pintunya.Â
Setelah pintu diketuk, terdengar suara wanita tua datang membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.
Mereka masuk dan meminta izin kepada wanita tua itu untuk beristirahat sejenak di rumah itu, kemudian dokter Ihsan meminjam telepon.
Ibu tua itu berkata, nak apa kamu tidak sadar kamu itu berada di mana. Di sini tidak ada telepon, tidak ada listrik, di sini cuma ada lampu colok seperti ini, sambil ibu tua itu menunjuk kepada lampu semprong yang menyala di lantai.
Dokter Ihsan pun terdiam. Melihat dia kedinginan ibu tua itu membuatkan teh untuk dokter Insan dan sahabatnya, lalu menyuguhkan beberapa makanan dan mempersilahkan untuk dicicipi.