Pemandangan luar biasa yang tak kalah menariknya ketika melihat anak-anak yang siap di khitan diurus sama anak-anak yang sehat. Bagaimana saya tidak menangis melihat pemandangan ini. Padahal mereka bisu, buta, cacat, setres. Tetapi sepertinya melihat keadaanya sekarang, saya lihat mereka itu normal semua.Â
Ya Allah kariim, engkau benar-benar telah memberi keterampilan luar biasa kepada Pak Bakri dalam menyempurnakan hambamu yang tidak sempurna.Â
Padahal waktu pertama sekali kakinya diamputasi, Pak Bakri merasa bahwa dia telah mati. Dunianya gelap. Hatinya hancur. Dia merasa seakan tak akan bisa lagi menjadi manusia yang bermanfaat.
Dia merasa hidupnya hanya akan menjadi beban bagi keluarganya yang sehat. Selama empat bulan dia mengurung diri. Hanyut dalam kesedihan yang sangat dalam.
Namun Alhamdulillah Allah kembali membangkitkan semangatnya. Hingga akhirnya apa yang beliau lakukan bisa melebihi yang dilakukan oleh orang-orang yang sempurna.
Sedikit demi sedikit saya bertanya sama Pak Bakri. Apa yang telah dilakukannya terhadap anak-anak ini. Pak Bakri bilang, dia hanya mengarahkan, setelah itu memberi sedikit pujian pada setiap apa yang telah dilakukan oleh anak-anak mereka.Â
Ya hanya arahan dan pujian. Namun kata-kata pujian yang telah disampaikan Pak Bakri kepada anak-anaknya mampu membuat mereka merasa sangat bahagia dan akhirnya ikhlas untuk bekerja apa saja.Â
Anak-anak merasa sangat sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Ternyata pujian itu memang hadiah yang sangat dahsyat jika kita ikhlas melakukannya. Semoga kita bisa pula mempraktekkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H