Dengan konflik NATO ini, dan niat NATO untuk merekrut  Ukraina sebagai anggota baru dijadikan alasan oleh Putin untuk melakukan invansi militer besar besaran ke Ukraina. Dan jika kita mebaca sejarah, ini bukan terjadi secara spontan. Ini adalah imbas dari sebuah rangkaian peristiwa yang terjadi puluhan tahun.
     Pada tahun 90-an, walaupun Ukraina sudah menjadi negara  merdeka. Mereka belum bisa lepas dari bayang-bayang atau kontrol Rusia. Tahun 2004, terjadi revolusi yang dinamakan ‘Revolusi Orange’ dimana masyarakat Ukraina berusaha untuk bebas dari bayang-bayang Rusia dan mereka meminta Ukraina menjadi negara yang benar-benar berdaulat dan tidak tergantung lagi dengan Rusia.
     Ahirnya revolusi ini mengantarkan seorang presiden baru di Ukraina yang bernama Viktor Yushchenko. Viktor Yushchenko benar-benar ingin melepas Ukraina dari pengaruh Rusia dan lebih memihak kepada Barat. Tentu keadaan ini tidak memebuat Rusia nyaman, mereka pun melakukan tindakan dan  strategi termasuk salah satunya filtrasi ke politik dalam negerinya Ukraina. Jadi Ukraina  digoncang dari dalam. Hal ini berbuah hasil karena pada tahun 2010 pemimpin oposisi yang pro Rusia yaitu Viktor Yushchenko terpilih menjadi presiden Ukraina. Dan sejak Yushchenko terpilih menjadi presiden Ukraina, hubungan antara Ukraina dengan NATO maupun Amerika benar-benar di penggal. Artinya Yushchenko benar-benar berpihak pada Rusia. Dan ini membuat Rusia dan Vladimir Putin senang, namun yang tidak senang adalah msyarakat Ukraina sendiri.
     Ahirnya revolusi kembali meletus pada tahun 2014. Saat terjadi kekosongan kekuasaan karena buah dari revolusi tersebut Rusia memanfaatkan kekosongan jabatan di Ukraina setelah terjadi revolusi dengan mencaplok secara paksa daerah Crimea. Selain itu, Rusia juga menyalakan api pemberontakan, dengan mendukung secara penuh kelompok separatis yang berada di Ukraina Timur.
     Dan itulah beberapa tindakan yang diambil pemerintah Rusia kepada Ukraina bahkan setelah Ukraina merdeka, sampai detik ini. Dan ini adalah masalah geopolitik yang serius. Presiden baru terpilih  Ukraina Volodymyr Zelenskyy ternyata anti dengan Rusia dan menyatakan keberpihakan secara jelas kepada NATO dan pihak Barat. Dan mengatakan secara tegas bahwa Ukraina tidak ingin berada di bawah  bayang-bayang Rusia lagi. Volodymyr Zelenskyy juga menyatakan bahwa Ukraina ingin bergabung kepada NATO. NATO pun menyambut itu dengan baik, karena bagi NATO ini adalah sebuah langkah yang menguntungkan ketika Ukraina bergabung dengan NATO maka mereka bisa saja membuat pangkalan militer disana di bagian Eropa Timur. Dan ini jelas mengancam Rusia, membuat Rusia naik pitam sehingga hasrat Rusia untuk menguasai Ukraina menjadi semakin besar.
Source : https://youtube.be/YmA6Dvm_obo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H