Ia juga memberitahu bahwa lapak dagangnya tidak pernah pindah dari dulu dan tidak membuka cabang di mana pun.
"Kebetulan kue tempel ini memang engga buka cabang, dari dulu tetap di sini aja dari jam 09.00-17.00 WIB. Tapi kalau lagi ramai yang beli, bisa sampai jam 15.00 WIB aja sudah habis." Lanjutnya.
Dan benar saja, saya sampai dua kali kehabisan padahal waktu itu masih pukul 15.10 WIB. Tapi saya tidak lantas menyerah dan datang lebih awal lagi keesokannya demi mencicipi kuliner khas Tegal ini. Peminatnya sangatlah banyak, tidak hanya orang tegal saja, malah kebanyakan pengunjung dari luar kota.
"Saya sudah hampir satu jam loh ini mbak mengantri kue tempel. Saya jauh-jauh dari Jakarta mampir pengen banget mencicipi kue khas ini. Kapan lagi ya kan." Ujar salah satu pembeli.
Meskipun dengan lapak dagang yang sederhana, mempertahankan kesederhanaan sejak zaman dulu, kue tempel Mak Ecun ini masih laris manis selalu ramai pembeli. Peminatnya pun dari berbagai jenis kalangan. Dengan usia yang sudah bisa dibilang tidak muda lagi, namun Mak Ecun masih sangat lihai membuat kue tempel.Â
Jika dilihat dari tampilannya, kue tempel ini seperti versi jadul dari jajanan crepes zaman sekarang. Namun, jika dilihat dari cara memasaknya kue ini hampir sama seperti kerak telor khas Jakarta.
Jajanan tradisional ini terbuat dari bahan baku tepung beras ketan, pisang raja matang, parutan kelapa dan gula Jawa atau gula merah.
"Kue tempel ini bahan dasarnya cuma adonan dari tepung beras ketan dan parutan kelapa. Terus dilengkapi sama pisang raja dan gula Jawa. Yang bikin tambah enak itu karena ada resep rahasia dari keluarga, hehe." Ungkap keponakan Mak Ecun sambil tertawa.
Cara membuatnya bisa dibilang cukup unik karena tidak menggunakan minyak goreng, sehingga menempel di dasar wajan membentuk kerak. Oleh karena itu dinamakanlah "kue tempel". Cara membuatnya cukup sederhana.Â