Mereka menuliskan cerita secara khusus yang mengevaluasi tindakan Mbak Rara. Dengan judul cerita "Lombok, Apa Yang Bisa Dilakukan Pramugara Hujan Sekarang?" Speedweek menggambarkan kondisi di Mandalika Racetrack saat hujan. Mereka memberitakan bahwa hujan tiba-tiba menjadi reda berkat Rain Handler atau pawang hujan di area start/finish.
Tak lama setelah banyak guyonan tentang mbak Rara dan profesinya sebagai pawang hujan, beberapa pengguna internet berinisiatif mengunggah tangkapan layar pesan @bigalphaid yang mengungkapkan upah bayaran Mbak Rara tiga digit dalam 21 hari. Upah yang cukup fantastis.Â
Melihat hal ini seharusnya netizen yang tadinya merasa malu sama profesi Mbak Rara ini, seharusnya dialah yang merasa malu melihat upah fantastis itu. Sementara sebenarnya sebagian dari kita masih asing dengan teknik bekerja yang dilakukan oleh seorang pawang hujan, rumusnya cukup sederhana.Â
Mari kita coba memahaminya dengan menggunakan teori Johari Window sebagai dasar: cobalah untuk mengerti sebelum membenci. Secara sederhana, teori Johari Window menjelaskan bagaimana seseorang dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain melalui komunikasi dan saling pengertian.Â
Terdapat empat bagian yang harus kita dipahami. Pertama, buka: di mana kamu dan orang lain mengetahui informasi tentang dirimu. Kedua, ego itu buta: kamu tidak tahu, tetapi orang lain tahu.Â
Ketiga, ego laten: kamu tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Keempat, unknowing self: kamu dan orang lain sama-sama tidak tahu. Memang, teori ini dimaksudkan untuk membantu kita lebih memahami satu sama lain. Namun secara umum masih sangat layak diterapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan wawasan atau ilmu pengetahuan.Â
Termasuk profesi pawang hujan. Tidak perlu terburu-buru mengatakan malu, sesat, musyrik, mistik, ketika kita sendiri tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Masalahnya adalah banyak hal bisa menjadi rumit jika banyak orang menilai secara acak.Â
Maksudnya, berkat teori Johari Window, setidaknya mereka yang menganggap diri mereka paling berpengetahuan mampu mengendalikan pemikiran mereka sejak dini, untuk tidak menghakimi dan hanya mengatakan orang lain sepenuhnya salah.Â
Pendapat tersebut tentu tidak salah. Menilai dan memberi tanggapan memang diperbolehkan. Namun, jika kamu salah menilai, tentu saja, itu akan menjadi masalah yang berbeda. Dan ritual yang dilakukan Mbak Rara sebagai pengelola hujan atau pawang hujan tersebut, bukannya memalukan seperti yang dikatakan kebanyakan orang, namun bisa jadi memiliki daya tarik tersendiri bagi beberapa orang juga tentunya.Â
Paling tidak, kita jadi bisa melihat lebih dekat seperti apa upacara dan etika profesi pawang hujan. Toh, dari sekian banyak hal menarik yang dihadirkan di ajang MotoGP, kenapa begitu mudah teralihkan fokusnya pada pembahasan soal malu pakai pawang hujan, paranormal dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H