Mohon tunggu...
Elma Fadilah Putri
Elma Fadilah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Small people with a big dreams.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030049

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Keberadaan Pawang Hujan MotoGP Mandalika dengan Teori Johari Window

21 Maret 2022   15:44 Diperbarui: 21 Maret 2022   16:06 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rara Istiati Wulandari (suara.com)

Ajang MotoGP 2022 di Indonesia, tepatnya Mandalika, dari awal perbincangan perencanaan hingga saat ini selalu menjadi perbincangan yang hangat, menarik dan menjadi fokus perhatian banyak orang. Ini bukan lagi tentang siapa yang optimis dan pesimis, tetapi juga meluas ke topik diskusi yang tidak terduga seperti diantaranya angka 13, mistinisme, dan okultisme.

Baiklah, saya akan menjelaskan secara singkat satu per satu jika ada diantara kalian yang melewatkan berita kejadian kerusuhan yang terjadi pada ajang MotoGP 2021. 

Pertama, di tikungan 13 di lintasan Mandalika, Marc Marquez jatuh dan motor Alex Rins terbakar. Banyak paranormal mengasosiasikan hal ini dengan ilmu gaib yakni angka 13 dan lintasan balapan. Yang mana konon katanya di lintasan balapan ini, lebih tepatnya di tikungan 13 pernah menjadi tempat pemakaman. Tanpa maksud apapun, kalau itu benar adanya, lalu mengapa yang menjadi korban hanya Rins dan Marc?

Kedua, pada saat yang sama sebelum ajang MotoGP dimulai, hujan turun dengan deras dan membasahi lintasan. Belum lagi video yang memperlihatkan kilat menyambar di beberapa titik di sekitar lintasan. Wajar jika saat itu balapan ditunda beberapa saat hingga hujan reda dan pihak penyelenggara menyatakan lintasan aman untuk digunakan kembali. 

Di tengah hujan lebat dan ditundanya pertandingan untuk sementara waktu, sebuah insiden unik menarik perhatian banyak penonton baik live, melalui layar maupun timeline internet. Adalah pawang hujan, Rara Istiati Wulandari yang bertugas dan melakukan ritual di sepanjang jalan Mandalika, saat gelaran MotoGP 2022 menjadi pusat perhatian. 

Mbak Rara tampak melakukan beberapa gerakan dan ucapan supaya hujan bisa segera berhenti. Sontak aksinya langsung menarik perhatian semua orang yang datang. 

Mulai dari penonton, kru, hingga pembalap semuanya menyaksikan langsung aksi yang dilakukan Mbak Rara. Bahkan Monster energy, Pebalap Yamaha Favio Quartararo sampai meniru tindakan yang dilakukan Mbak Rara saat upacara. Sesaat usai upacara di pit lane, hujan pun tampak mereda sehingga balapan bisa dilanjutkan usai sempat tertunda selama satu jam lebih. Aksi yang dilakukan Mbak Rara langsung memicu banyak komentar dari penonton dan netizen.  

Ada yang tetap mendukung ritual yang dilakukan oleh Mbak Rara agar balapan bisa segera dimulai dan ada juga beberapa orang yang menganggapnya aneh dan tidak penting. 

Ditambah lagi ini adalah ajang MotoGP yang berdasarkan sains dan dikombinasikan dengan data. Bahkan, banyak orang yang menggolongkannya sebagai eskapisme, okultisme dan lain sebagainya. Ada juga yang secara terang-terangan mengakuinya karena ikut merasa malu. Pasalnya, tayangan seremonial pawang hujan ini benar-benar ditampilkan dan menjadi pusat perhatian dunia. Pertanyaannya kenapa dia merasa malu? Kamu siapa? Ya, itu lucu.

Namun ternyata aksi Mba Rara sebagai pawang hujan ini mampu menarik banyak media asing loh. Diantaranya ialah media Jerman, Speedweek. 

Mereka menuliskan cerita secara khusus yang mengevaluasi tindakan Mbak Rara. Dengan judul cerita "Lombok, Apa Yang Bisa Dilakukan Pramugara Hujan Sekarang?" Speedweek menggambarkan kondisi di Mandalika Racetrack saat hujan. Mereka memberitakan bahwa hujan tiba-tiba menjadi reda berkat Rain Handler atau pawang hujan di area start/finish.

Tak lama setelah banyak guyonan tentang mbak Rara dan profesinya sebagai pawang hujan, beberapa pengguna internet berinisiatif mengunggah tangkapan layar pesan @bigalphaid yang mengungkapkan upah bayaran Mbak Rara tiga digit dalam 21 hari. Upah yang cukup fantastis. 

Melihat hal ini seharusnya netizen yang tadinya merasa malu sama profesi Mbak Rara ini, seharusnya dialah yang merasa malu melihat upah fantastis itu. Sementara sebenarnya sebagian dari kita masih asing dengan teknik bekerja yang dilakukan oleh seorang pawang hujan, rumusnya cukup sederhana. 

Mari kita coba memahaminya dengan menggunakan teori Johari Window sebagai dasar: cobalah untuk mengerti sebelum membenci. Secara sederhana, teori Johari Window menjelaskan bagaimana seseorang dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain melalui komunikasi dan saling pengertian. 

Terdapat empat bagian yang harus kita dipahami. Pertama, buka: di mana kamu dan orang lain mengetahui informasi tentang dirimu. Kedua, ego itu buta: kamu tidak tahu, tetapi orang lain tahu. 

Ketiga, ego laten: kamu tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Keempat, unknowing self: kamu dan orang lain sama-sama tidak tahu. Memang, teori ini dimaksudkan untuk membantu kita lebih memahami satu sama lain. Namun secara umum masih sangat layak diterapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan wawasan atau ilmu pengetahuan. 

Termasuk profesi pawang hujan. Tidak perlu terburu-buru mengatakan malu, sesat, musyrik, mistik, ketika kita sendiri tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Masalahnya adalah banyak hal bisa menjadi rumit jika banyak orang menilai secara acak. 

Maksudnya, berkat teori Johari Window, setidaknya mereka yang menganggap diri mereka paling berpengetahuan mampu mengendalikan pemikiran mereka sejak dini, untuk tidak menghakimi dan hanya mengatakan orang lain sepenuhnya salah. 

Pendapat tersebut tentu tidak salah. Menilai dan memberi tanggapan memang diperbolehkan. Namun, jika kamu salah menilai, tentu saja, itu akan menjadi masalah yang berbeda. Dan ritual yang dilakukan Mbak Rara sebagai pengelola hujan atau pawang hujan tersebut, bukannya memalukan seperti yang dikatakan kebanyakan orang, namun bisa jadi memiliki daya tarik tersendiri bagi beberapa orang juga tentunya. 

Paling tidak, kita jadi bisa melihat lebih dekat seperti apa upacara dan etika profesi pawang hujan. Toh, dari sekian banyak hal menarik yang dihadirkan di ajang MotoGP, kenapa begitu mudah teralihkan fokusnya pada pembahasan soal malu pakai pawang hujan, paranormal dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun