Mohon tunggu...
Elma Fadilah Putri
Elma Fadilah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Small people with a big dreams.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030049

Selanjutnya

Tutup

Money

Di Saat Harga Jual Tempe Tahu Meroket, Tidak dengan di Pedagang Satu Ini!

5 Maret 2022   21:11 Diperbarui: 5 Maret 2022   21:27 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat Eko berjualan tempe tahu di Pasar klandasan. (inibalikpapan.com)

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberitakan kenaikan harga kedelai di pasar internasional akan terus berdampak pada harga tahu dan tempe. Terutama dari Australia sebagai pengekspor kedelai terbesar ke Indonesia. Menurut analisis pihaknya sebelum perang Ukraina-Rusia, harga kedelai diperkirakan turun mulai Juni 2022, Kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan. "Mudah-mudahan tidak terpengaruh perang ini. Tapi kita pastikan sampai puasa dan lebaran itu masih terlihat indeksnya akan terjadi kenaikan," kata Oke dalam sesi diskusi virtual, Sabtu (5/3).

Akibatnya pemerintah menekan eksportir kedelai Australia untuk memastikan ketersediaan stok dalam negeri. Di sisi lain, masyarakat juga melakukan kegiatan sosialisasi tentang perubahan harga tahu dan tempe. "Bahwa akan terjadi penyesuaian harga pada harga kedelai Rp 11.300 di tingkat pengrajin. Kemungkinan bisa sampai ke Rp 12.000 per kg di tingkat pengrajin," ujar q@W1. Jadi mari kita minta masyarakat untuk memahami rencana menaikkan harga. Walauopun demikian, pemerintah berjanji akan mengamankan cadangan kedelai untuk produksi tahu dan tempe hingga akhir tahun.

Salah satu pengrajin tahu dan tempe yang melakukan aksi mogok produksi  adalah Pabrik tempe Ibu Cuci, Malabar, Kota Bogor. Mogok produksi dilakukan selama tiga hari dari Senin 21 Februari 2022 sampai Rabu 23 Februari 2022. Hal ini menyebabkan beberapa konsumen mulai mengeluhkan tahu dan tempe yang hilang dari beberapa pasar. Kelangkaan kedelai telah mendorong harga tahu dan tempe di pasaran. 

Pemogokkan pabrik tahu dan tempe ini diprakarsai oleh Koperasi Produsen Tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta.  Rencana mogok produksi tahu dan tempe telah direncanakan oleh KOPTI dan para produsen tempe yang bertujuan supaya konsumen tahu dan tempe sadar bahwa kelangkaan dan kenaikan harga tahu dan tempe adalah akibat harga kedelai yang tinggi. Semua pabrik tahu dan tempe telah menerima pamflet yang meminta untuk bergabung dalam aksi. 

Pimpinan KOPTI bahkan melakukan penyisiran di semua sektor. Pabrik tahu dan tempe yang masih berproduksi akan diminta berhenti dan tidak melakukan produksi. "Iya benar (aksi mogok produksi tersebut), kemarin sempet dapet selebaran dari KOPTI buat mogok produksi selama tiga hari, dari Senin sampai Rabu," ujar Ibu Cuci saat dijumpai di pabrik tempe miliknya, di Malabar, Minggu (27/2/2022).

Ibu Cuci pun kebingungan akan kejadian kelangkaan kedelai yang terjadi. Ia mengaku berat hati dengan kenaikan harga tahu dan tempe, sebab kebanyakan pelanggannya hanya pedagang pasar tradisional, pedagang kaki lima atau tetangga di sekitar rumahnya. Alhasil Ibu Cuci mengatasi masalah ini dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe yang dijualnya. "Nggak berani naikin harga (tempe), paling ukurannya aja dikecilin. Soalnya kasian tukang sayurnya, nanti jualnya gimana," kata Ibu Cuci.

Para Produsen masih tidak tahu seberapa cepat harga tahu dan tempe akan turun. Sebab harga kedelai belum juga kembali normal dan terus mengalami kenaikan sampai saat ini. "Katanya masih naik lagi (harga kedelai), belum turun juga. Tapi saya juga kurang tau, soalnya belum pesen (kedelai) lagi. Kemarin ada tetangga yang pesen (kedelai) dan udah dateng, harganya Rp11.400,00 (per kilo), berarti masih naik terus kan," ucap Ibu Cuci.

Ibu Cuci mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada tindakan atau solusi dari Pemkot Bogor mengenai kelangkaan kedelai yang mengakibatkan harga tahu dan tempe melambung tinggi. Tentunya produsen tempe tahu dan masyarakat terus berharap pemerintah secepatnya memberikan solusi atas permasalahan ini karena mereka khawatir jika harga tempe dan tahu, makanan sehari-hari mereka menjadi mahal harganya. 

Kejadian langkanya kedelai yang mendongkrak harga tempe dan tahu juga pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, malah sudah hampir menjadi kebiasaan tahunan. 

Nah, Ibu Cuci yang ternyata juga sempat mengalami mogok produksi di awal tahun 2021. Menurutnya, lonjakan harga tahun ini merupakan yang paling drastis.  

"Tahun sebelumnya pernah (terjadi kenaikan harga kedelai), tapi ini yang paling parah. Dulu (harga kedelai) naik tapi bisa turun lagi, kalo sekarang enggak, naik-naik terus malah. Waktu tahun baru 2021 juga pernah mogok (produksi) tiga hari. Jadi hampir setahun sekali,"

Namun demikian, kenaikan harga tahu dan tempe tidak menyurutkan minat masyarakat untuk mengonsumsi tempe dan tahu. Pada kenyataannya banyak orang yang tetap membeli dan menjadikan tempe dan tahu sebagai makanan sehari-hari di saat melonjaknya harga kedelai, mereka bisa memahami kalau ukuran tempe dan tahu sekarang sedikit lebih kecil. "Pembeli masih tetep beli (tempe), paling cuma nanya harga doang. Diakalin kita sendiri aja dikecilin (ukuran tempe) atau gimana," tambahnya.

Kementerian Perdagangan berspekulasi bahwa penyebab kenaikan harga kedelai internasional dikarenakan China membeli begitu banyak kedelai guna mendukung reformasi peternakan babi di dalam negeri. Diperkirakan reformasi akan membutuhkan pasokan kedelai yang besar sebagai salah satu bahan baku pakan ternak. Oleh sebab Indonesia 80% sampai 90% bergantung pada pasokan kedelai impor, tentunya akan terkena dampak langsung. Khususnya produsen tahu dan tempe yang membutuhkan kira-kira 3 juta ton kedelai per tahun.

Di saat harga tahu dan tempe mengalami kenaikan yang begitu tinggi, ada salah satu pedagang di pasar yang justru memilih untuk tidak menaikkan harga tahu dan tempe yang dijualnya. Pedagang ini bernama Eko. Dia berdagang di Pasar Klandasan, Balikpapan. Eko merupakan salah satu pedagang tahu dan tempe yang sungkan untuk menaikkan harga jual. 

Ia mengakui, walau harga kedelai mahal, tempe yang dijualnya tidak mengalami kenaikkan harga. Hal tersebut ia lakukan sebab ia khawatir, kalau ia menaikkan harga, nantinya ia bisa saja ditinggal pembeli. "Harga jualnya tetap, tapi pembelinya saat ini juga ikut menurun." ucapnya, dilansir dari Inibalikpapan.com Jaringan Suara.com, Jumat (4/3/2022).

Dirinya mengakui, sempat ada niatan untuk mengusahakan supaya komoditas yang dijualnya tetap memperoleh untung. Tetapi hal itu tidak jadi dilakukan olehnya, pasalnya ia bingung bagaimana cara mengakalinya. Alhasil ia memilih solusi lain yaitu dengan menurunkan jumlah produksi, tetapi harga jual yang digunakan tetap sama. "Kalau ukurannya dikurangi nanti tambah ditinggal pembeli (karena) kok makin kecil (ukuran tempenya). Dalam sehari paling mengolah 100 kg kedelai jadi tempe," ujar terakhirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun