Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberitakan kenaikan harga kedelai di pasar internasional akan terus berdampak pada harga tahu dan tempe. Terutama dari Australia sebagai pengekspor kedelai terbesar ke Indonesia. Menurut analisis pihaknya sebelum perang Ukraina-Rusia, harga kedelai diperkirakan turun mulai Juni 2022, Kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan. "Mudah-mudahan tidak terpengaruh perang ini. Tapi kita pastikan sampai puasa dan lebaran itu masih terlihat indeksnya akan terjadi kenaikan," kata Oke dalam sesi diskusi virtual, Sabtu (5/3).
Akibatnya pemerintah menekan eksportir kedelai Australia untuk memastikan ketersediaan stok dalam negeri. Di sisi lain, masyarakat juga melakukan kegiatan sosialisasi tentang perubahan harga tahu dan tempe. "Bahwa akan terjadi penyesuaian harga pada harga kedelai Rp 11.300 di tingkat pengrajin. Kemungkinan bisa sampai ke Rp 12.000 per kg di tingkat pengrajin," ujar q@W1. Jadi mari kita minta masyarakat untuk memahami rencana menaikkan harga. Walauopun demikian, pemerintah berjanji akan mengamankan cadangan kedelai untuk produksi tahu dan tempe hingga akhir tahun.
Salah satu pengrajin tahu dan tempe yang melakukan aksi mogok produksi  adalah Pabrik tempe Ibu Cuci, Malabar, Kota Bogor. Mogok produksi dilakukan selama tiga hari dari Senin 21 Februari 2022 sampai Rabu 23 Februari 2022. Hal ini menyebabkan beberapa konsumen mulai mengeluhkan tahu dan tempe yang hilang dari beberapa pasar. Kelangkaan kedelai telah mendorong harga tahu dan tempe di pasaran.Â
Pemogokkan pabrik tahu dan tempe ini diprakarsai oleh Koperasi Produsen Tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta. Â Rencana mogok produksi tahu dan tempe telah direncanakan oleh KOPTI dan para produsen tempe yang bertujuan supaya konsumen tahu dan tempe sadar bahwa kelangkaan dan kenaikan harga tahu dan tempe adalah akibat harga kedelai yang tinggi. Semua pabrik tahu dan tempe telah menerima pamflet yang meminta untuk bergabung dalam aksi.Â
Pimpinan KOPTI bahkan melakukan penyisiran di semua sektor. Pabrik tahu dan tempe yang masih berproduksi akan diminta berhenti dan tidak melakukan produksi. "Iya benar (aksi mogok produksi tersebut), kemarin sempet dapet selebaran dari KOPTI buat mogok produksi selama tiga hari, dari Senin sampai Rabu," ujar Ibu Cuci saat dijumpai di pabrik tempe miliknya, di Malabar, Minggu (27/2/2022).
Ibu Cuci pun kebingungan akan kejadian kelangkaan kedelai yang terjadi. Ia mengaku berat hati dengan kenaikan harga tahu dan tempe, sebab kebanyakan pelanggannya hanya pedagang pasar tradisional, pedagang kaki lima atau tetangga di sekitar rumahnya. Alhasil Ibu Cuci mengatasi masalah ini dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe yang dijualnya. "Nggak berani naikin harga (tempe), paling ukurannya aja dikecilin. Soalnya kasian tukang sayurnya, nanti jualnya gimana," kata Ibu Cuci.
Para Produsen masih tidak tahu seberapa cepat harga tahu dan tempe akan turun. Sebab harga kedelai belum juga kembali normal dan terus mengalami kenaikan sampai saat ini. "Katanya masih naik lagi (harga kedelai), belum turun juga. Tapi saya juga kurang tau, soalnya belum pesen (kedelai) lagi. Kemarin ada tetangga yang pesen (kedelai) dan udah dateng, harganya Rp11.400,00 (per kilo), berarti masih naik terus kan," ucap Ibu Cuci.
Ibu Cuci mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada tindakan atau solusi dari Pemkot Bogor mengenai kelangkaan kedelai yang mengakibatkan harga tahu dan tempe melambung tinggi. Tentunya produsen tempe tahu dan masyarakat terus berharap pemerintah secepatnya memberikan solusi atas permasalahan ini karena mereka khawatir jika harga tempe dan tahu, makanan sehari-hari mereka menjadi mahal harganya.Â
Kejadian langkanya kedelai yang mendongkrak harga tempe dan tahu juga pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, malah sudah hampir menjadi kebiasaan tahunan.Â
Nah, Ibu Cuci yang ternyata juga sempat mengalami mogok produksi di awal tahun 2021. Menurutnya, lonjakan harga tahun ini merupakan yang paling drastis. Â