Jalan Kekerasan , Bukanlah Solusi
Warga syiah sampang, sekalipun dirinya mengklaim merupakan bagian dari penganut syiah, sebagian besar dari mereka masih banyak yang belum paham tentang syiah dan apa saja yang menjadi akar perbedaan dengan muslim sunni. Dan segala sesuatu yang dinyatakan sesat oleh MUI terkait syiah, tidak sepenuhnya telah dijalankan menjadi sebuah ajaran dan keyakinan bagi warga syiah sampang. Hanya sebagian kecil saja, salah satunya mereka yang di sekolahkan di YAPI yang telah benar-benar paham dan menjalankan ajaran sesat syiah. Sementara warga syiah setempat, tidak banyak yang dipahami kecuali penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Kholifah Ali . Selebihnya, mereka hanya menjalankan aktifitas ibadah layaknya warga Nahdiyin pada umumnya.
Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan pendekatan dan pembinaan secara intensif , terutama harus turun langsung ulama /kiayi untuk membantu mnyegarkan kembali secara perlahan pemahaman mereka yang sudah terkena paham syiah . Peran Kiayi sangatlah penting, mengingat posisi kiayi di posisikan tinggi oleh warga madura, apapun golongannya. Karena penghormatan kepada kiayi pula, mereka yang kini menjadi pengikut syiah menjadi taklid buta hingga perlahan terpengaruh oleh KH. Tajul Muluk. Oleh karena itu masih terbuka lebar kesempatan untuk bisa kembali mengajak warga syiah untuk kembali ke asal dengan aswaja nya, tekanan dengan kekerasan malah semakin membangun ketakutan dan kebencian yang mendalam, bahkan sebaliknya rasa cinta yang berlebihan akan semakin tumbuh menjadi seorang syiah.
Peran Negara, Bekukan Syiah
Apa yang sudah terjadi di Sampang, apapun alasannya harus segera diambil tindakan secara cepat oleh pemerintah dan pihak terkait. Terlebih, karena sudah menelan korban jiwa dan pembakaran, maka harus segera pula mencari dan menangkap pihak-pihak yang paling bertanggungjawab dalam kejadian ini.
Namun, tidak hanya terhenti disitu. Menangkap dan memproses hukum bukanlah solusi mendasar untuk mengahiri konflik tertsebut , akar permasalahan tetap kembali kepada ajaran syiah itu sendiri. Syiah dan Sunni lebih tepatnya bagaikan air dan minyak yang sangat tidak mungkin bisa disatukan , inilah fakta yang sulit terbantahkan. Masyarakat Madura yang kita kenal sebagai sebuah komunitas islam yang kental , selama ini sangat toleran dalam menerima perbedaan dan keyakinan lain (agama lain) , terbukti dalam sepanjang sejarah belum pernah ada konflik dengan agama lain, agama lain bisa hidup berdampingan dengan komunitas islam di Madura.
Berbeda dengan syiah, dakwah mereka akan selalu bersingguhan dengan komunitas islam sunni, karena apa yang selama ini dimuliakan oleh muslim sunni, sebaliknya menjadi objek hinaan dan penghujatan oleh syiah, inilah yang membuka celah dan potensi untuk konflik. Kondisi seperti ini, tidak akan pernah bisa sejalan dengan komunitas muslim Madura yang dikenal keras dalam membela akidah.
Sejatinya, jika ada pihak yang seolah peduli dan membela kaum minoritas yang saat ini sedang terdholimi, kemudian mereka mengutuk kejadian ini dan mendesak untuk membiarkan syiah beraktifitas di Madura dengan atas dasar hak dan kebebasan, maka saya katakana hanya ada dua kemungkinan . Pertama, mereka tidak paham fakta tentang Madura dan syiah. Kedua, mereka tidak ada niatan untuk mengakhiri kasus-kasus serupa sehingga kembali ada pihak-pihak yang terdholimi.
Inilah fakta, bahwa celah untuk konflik akan terus ada jika tetap membiarkan aktifitas syiah terus berjalan di sampang, Madura. Kondisi masyarakat Madura sangat sulit di leburkan jika di saat yang sama akidah yang mereka yakini merasa ternodai, bagaimanapun kita memoles nya. Pun, dalam beberapa waktu kondisi terlihat sudah menerima, maka dalam beberapa waktu yang lain tidak ada jaminan akan terus bisa hidup berdampingan.
Oleh karena itu, solusi agar tidak ada kasus serupa terjadi di sampang. Maka pemerintah perlu kembali mempertegas regulasi tentang undang-undang penodaan agama . Dengan kata lain, aktifitas syiah tidak boleh ada lagi di sampang. Inilah salah satu solusi, jika kita tidak ingin melihat ada lagi orang-orang yang kembali menjadi pihak yang terdholimi. Regulasi yang sama, juga untuk Indonesia secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H