Syiah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu , kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu, kaisaniyah, Imamiyyah (Rafdhah), Zadiyyah, Ghulat dan Isma’illiyah. Dari kelimanya, lahir pula sekian banyak cabang-cabangnya (Al-Milal Wan Nihal hal 147, karya Asy-Syihristani).
Tidak diketahui secara pasti, syiah disampang termasuk golongan yang mana. Namun, berdasarkan temuan MUI Jatim yang sudah mengkaji sejak tahun 2006, berdasarkan kitab-kitab rujukan yang ditemui di lapangan, MUI memutuskan bahwa ajaran Tajul Muluk merupakan ajaran syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat menyesatkan.
Fatwa tertanggal 21 Januari 2012 itu menyatakan, penggunaan istilah Ahlul Bait oleh Syiah adalah pembajakan kepada keluarga Rasulullah SAW. Hasil kajian MUI jatim membuktikan syiah Imamiyah meyakini para Imam mereka ma’shum (terjaga dari dosa) seperti para nabi, syiah menolak keaslian Al-qur’an dan meyakini masih ada wahyu setelah wafatnya Rasulullah SAW. Selain itu, Syiah meyakini orang-orang yang tidak beriman kepada imam-imam Syiah adalah syirik dan kafir, syiah mengkafirkan para sahabat nabi SAW dan menganjurkan nikah kontrak ( baca fatwa MUI tentang syiah ).
Jalan Panjang Menuju Damai
Seperti yang terjadi di berbagai penjuru negeri lainnya, pertentangan antara muslim sunni dan syiah menyisakan konflik yang panjang dalam ratusan tahun silam. Mulai dari sejak munculnya syiah dari seorang yahudi dari Shan’a Yaman, Abdullah bin Saba’ yang menabuh genderang perpecahan dalam tubuh umat islam di masa Kholifah Usman bin Affan , perpecahan tersebut terus terjadi dan semakin melebar dari masa ke masa serta tidak pernah kunjung usai, mulai dari padang pasir, Irak, hingga sampai ke padang garam, sampang.
Di sampang, terhitung sejak tahun 2006 benih-benih konflik sudah mulai terasa. Dan sejak itu pula sudah tiga kali perundingan (2007,2009 dan 2011) telah menghasilkan kesepakatan antara tokoh muslim sunni dan syiah yang difasilitasi oleh pemerintah setempat. Namun , konflik masih tetap berlangsung.
Mencari Penyebab Konflik.
Ada banyak data yang bisa terus berkembang terkait penyebab terjadinya konflik syiah di sampang, masing-masing saling terkait dan kembali kepada satu muara yaitu “sesat dan tidak sesat” . Ungkapan “sesat” menjadi senjata yang ampuh untuk memberikan profokasi dan memobilisasi massa , dengan ungkapan sesat ini pula kejadian demi kejadian terjadi berulang dalam kasus-kasus serupa di banyak daerah lainnya.
Salah satu yang menjadi akar permasalahan yang memancing amarah warga karena adanya pelanggaran dari kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya. Klausul tentang adanya larangan aktifitas dakwah syiah di Karang Gayam Omben Sampang, tidak di jalankan oleh pihak syiah.
Selain itu, pertentangan antara internal keluarga antara KH. Tajul Muluk , dengan adiknya KH. Roisul Hukama (muslim sunni) , juga disebut menjadi latar belakang terjadinya konflik. Dalam hal ini, tidak ada kaitan antara muslim sunni dan syiah. Karena pertentangan internal keluarga lah, yang menjadi pemicu hingga meluas menjadi konflik muslim sunni dan syiah.
Sementara itu, ditengah-tengah kondisi yang masih tergolong belum stabil, terdengar kabar bahwa KH. Tajul Muluk akan mendirikan Masjid dan pondok pesantren syiah di sekitar desa karang gayam, ini terlihat dalam beberapa hari terahir terlihat didatangkannya material di kawasan tersebut. Hal ini pula yang menyulut amarah warga, yang mudah terprofokasi hingga konflik tak terhindarkan.