Rasanya di beberapa kota hal tersebut sudah terjadi, di Jakarta, di Palembang juga (rasanya di Jogya juga sudah kan). Sepertinya pengusaha cafe dengan para mahasiswa di Palembang sudah saling memahami. Bahkan saya pernah liat iklan cafe co working space di sebuah Cafedi Palembang yang membandrol harga kongkow tugas bersama itu sebesar Rp.250.000 per 2 atau 3 jam (lupa) untuk 12 orang. Tentu saja itu di luar makan dan minum, baru harga tempat nyaman, beserta free wifi dll.
Lalu  masalahnya dimana ? ya memang tidak ada masalah. Kejadian viral pengusaha cafe itu ya mungkin selama ini tingkat keterus-terangannya sangat rendah, sangat sopan.Â
Mungkin rasa tidak.enak. Mengingat Jogyakarta sebagai kota pelajar, berkumpul mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia dengan berbagai karakter dan kondisi.Â
Selama ini mungkin dianggap biasa. Saya yakin karena kebanyakan pengusaha cafe tersebut memiliki sisi welas asih yang tinggi, mungkin melihat mahasiswa tersebut dia ingat anaknya juga dll.
Alasan lain, ya mungkin saja budaya Jawa yang ewuh pekewuh, sehingga membiarkan saja kondisi orang ngumpul nugas padahal yang beli cuma sebii dua biji. Ketika akhirnya beliau tidak tahan, meski sudah ditahan-tahan, hatinya tak rela, batin menjerit, lalu keluarkan uneg-uneg viral tersebut, wew. Kira-kira seperti ini.
"Mereka Rojali, Rombongan Jarang Beli..."Â
"Nongkrong lama. Ada 30 orang, yang beli cuma 10..."
"itu terjadi hampir setiap malam..."
Win-Win Solution
Maraknya mahasiswa ngumpul di Cafe bikin tugas itu fenomena wajar. Lalu menjadi masalah ketika mereka jarang beli, yang disebut di pengusaha cafe itu sebagai oknum mahasiswa. Sebetulnya itu peluang loh, asal tau caranya. Bapak pengusaha cafe di Jogya itu kurang calak saja (Bahasa Palembang, artinya kira-kira kurang Lihay dan kurang jeli). Â Coba tiru cara owner cafe di Jakarta, Palembang, atau kota-kota lain.Â
Ada caranya. Ini menurut saya loh, hasil melihat dan membaca situasi, yang tentu saja pendapat pribadi. Begini kira-kira,
- Buang jauh-jauh keluhan. Jadikan itu peluang. Tidak ada yang namanya oknum mahasiswa, yang ada hanya mahasiswa kurang beruntung, kalau tidak bisa disebut mahasiswa melarat. Harap diingat, mahasiswa itu toh anakmu juga. Mereka adalah generasi penerus bangsa ini.
- Lengkapi fasilitas cafe sehingga nyaman dan layak, ruangan besar dilengkapi meja kursi, colokan, free wifi, AC dll
- buat aturan yang jelas, sediakan paket ruangan untuk berkerja atau Tugas bersama dengan harga paket. Misal sekian ratus ribu untuk durasi sekian jam, untuk mahasiswa berjumlah sekian orang. Â Kan mahasiswa tinggal berpikir. Jika sanggup let's go. Jika tidak, ya nugas rame-rame ke kosan teman, atau taman kota yang free wifi dll. Atau mereka bisa urunan. Jika ada yang kurang mampu tapi otaknya encer, biasanya teman-temannya tidak keberatan bayari dia. Setau saya rasa setia kawan mereka tinggi, jika ada yang kurang mampu, bisa ditutupi oleh teman lain. Kalau Nah dari harga paket ruang saja kan sudah lumayan.Â
- Agar mereka juga pesan semua makanan dan minuman, ya kasih diskon harga makanan dan minuman untuk mahasiswa.
- Banyak senyum dan doa. Jangan ewuh-pekewuh, eh tau duarrrr, mengeluh di sosmed, ah gak banget. Â
Selanjutnya dari sisi mahasiswa ya... taulah kalian. Masa muda harus diisi dengan perjuangan, banyak membaca, banyak belajar. Jika memang harus kumpul di ruang kerja bersama, ya ikutlah. Belilah segelas es teh, atau apa. Masih banyak pos lain yang bisa dihemat. Misal tidak merokok. Banyak peluang rezeki halal di zaman canggih ini, semua bisa jadi duit. Â Jangan pelit-pelit, hehe.