Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamu Maunya "DiUrus" atau Jadi Independen Woman ?

20 Juni 2024   17:45 Diperbarui: 21 Juni 2024   16:19 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: www.womensweb.in

Entah sejak kapan Hints ini ngendon di kepala saya. Hm, kapan ya...? Sepertinya saat saya sibuk berkutat mencoba kemampuan saya sebagagai afiliate di tiktok dan video cewek lagi ngobrol iseng, soal kecapekan kerja dan pengen segera ketemu jodoh supaya ada yang "Urus" itu muncul terus  di timeline saya sebab viral.

Semua orang menggunakan sound tersebut, entah setuju, entah sekadar parodi dan sebagainya.  Oh....

Lalu, muncul pertanyaan, iseng juga, dari kepala saya,

"Memangnya kalau udah nikah, kalian cewe-cewe ini jadi santai, dan betul-betul gak urus apa-apa lagi ? Sesimple itukah, hahaha.

Hey bangun sayang. Menikah itu soal komitmen dan kesepakatan  antara 2 (dua) orang. Komitmen antara perempuan dan laki-laki dalam membina rumah tangga. It's take two tanggo. 

Tidak  berarti begitu sudah menikah yang perempuan bisa santai, ongkang-ongkang aja di rumah.  Sekalipun finansial suamimu cukup mapan dan kamu disuruh di rumah saja. Kamu masih harus mengurus rumah tangga. Mengurus suami, anak-anak. Itu rumit loh. 

Hal yang agak bikin saya ngikik adalah, obrolan itu jadi seperti membandingkan antara Perempuan Independen dan Perempuan yang maunya "Diurus" atau katakanlah Ibu Rumah Tangga

Seolah kalau sudah berumah tangga maka keindependenannya sirna, sebaliknya kalau tidak menikah maka dia akan menjadi perempuan independen selamanya dan bagi dia itu melelahkan.

"Apa itu independen women, ah...."

"Capek, capek..."

"Urus gua, please..."

He, seperti itu kira-kira monolog di videonya.

Dia santai ngomong sendiri, temannya tertawa-tawa. Itulah sepenggal monolog dari video tikto viral tersebut.

Saya pun tertawa. Di balik tawa saya itu, ada tawa lain yang makin lama makin terdengar bak tawa meringis. Rupanya saya meringis 

Aduhai adinda sayang, berapa banyak perempuan independen di luar sana yang baik-baik saja, bahagia, kerja santai yang halal ( di luar ani-ani ya) hingga akhir masa.

Dalam waktu bersamaan, betapa banyak perempuan yang sudah berumah tangga dia tetap mengindependen kan dirinya, baik karena kesadaran sendiri maupun karena dipaksa keadaan. Kesadaran sendiri adalah karena dia ingin tetap berjaga-jaga, pengen punya karir dan keuangan sendiri, tentunya atas izin suami. 

Ada pula yang melakukan karena kondisi. Suami tidak cukup rezeki atau penghasilan tidak memadai, perlu dibantu istri. Selama mereka berdua saling menjaga, saling support dan bahu-membahu, ini tidak masalah dan malah melegakan bagi saya.

Nah apesnya, ada cukup banyak perempuan yang dipaksa keadaan menjadi tulang punggung rumah tangga. Alasannya suami jatuh sakit. Ya yang inj masih bisa ditolerir sih ini. 

Banyak juga perempuan terpaksa menjadi tulang punggung keluarga sementara suami di rumah karena sebuah kondisi, sakit misalnya. Jika suami-istri sepakat ini pun tak masalah. Misal istri mencari nafkah, suami mengurus rumah dan anak-anak.

Nah Menjadi berabe jika perempuan dalam hatinya tidak sepakat tapi harus berkerja karena keadaan. Suami pemalas. Suami ada penghasilan tapi sibuk menafkahi perempuan lain sehingga tidak punya lagi sisa untukmu dan rumah tangga kalian.

Hal-hal di atas adalah realita, dan banyak terjadi. Jangan sampai kau cepat-cepat ambil keputusan hanya karena ada yang iming-iming mau "MengUrus" ya. 

Ah terima aja ajakan menikah dia, supaya ada yang urus. Setelah menikah malah kau yang mengurus dia. Sebab di luar sana banyak sekali keong raacun yang tebar pesona mencari mangsa perempuan yang bekerja dengan harapan setelah berumah tangga dia lah yang "DiUrus" dan hidup ongkang-ongkang saja mengandalkanmu. Beneran, ini banyak terjadi. 

Independen Women VS Perempuan "DiUrus" atau IRT

Bagi saya, kedua hal tersebut sama terhormat dan sama-sama pilihan bebas. Setiap perempuan berhak menentukan pilihan mau menjadi apa dia. 

Independen Woman

Disitir dari beberapa tulisan, salah satunya Kumparan yang merujuk dari Oxford Language, Independen Woman ditujukan kepada sosok perempuan yang memiliki kamandirian secara finansial, secara emosional dan pribadi. Perempuan yang bisa mengambil keputusansendiri, memegang kendali atas kehidupannya serta berusaha mencapai tujuan hidup tanpa tergantung kepada pihak lain, terutama pria

Selanjutnya, terkait kriteria di atas maka ada beberapa hal yang menjadi ciri dan karakteristik Independen Woman, yaitu,

1. Mempunyai kemampuan finansial yang tetap

2. Selalu tegas dalam mengambil keputusan

3. Memiliki perencanaan keuangan yang baik

4. Memiliki Tujuan dan ambisi yang jelas

5. Tidak tergantung kepada pria untuk berbahagia 

6. Mampu mengatasi segala tantangan

 Hehe, ya silahkan saja jika mampu ya. Saya sih salut.

Sayangnya kadangkala, tidak semua poin-poin tersebut dipenuhi, perempuan tertentu disemati julukan "Independen Woman" oleh orang lain. Misal secara keuangan dan karir okelah mantap, tapi kadang untuk bahagia toh pacaran juga dengan pria, ada yang begitu, haha.

Saya ingin bicara realita nih. Ada banyak perempuan yang disemati Independen Woman baik karena dia sendiri bangga dengan hal tersebut, atau tidak, dalam hatinya pengen banget segera menemukan tambatan hati, lalu menikah, lalu ada yang urus, lalu bahagia selamanya, hehe. Salah satu contoh si Mba Video iseng Ngobrol soal Capek jadi Independen Woman yang viral di tiktok tersebut.

Perempuan yang "DiUrus" atau Ibu Rumah Tangga

Berumah tangga itu bagi saya soal jodoh. Dan jodoh, tentunya sudah ada qodho dan qadarnya. Walaupun kadang ya untuk menemukan jodoh perempuan harus usaha, katanya. Misal, memperluas pergaulan, membuka diri, dan sebagainya.

Jika berumahtangga atau menjadi perempuan "DiUrus" itu juga soal jodoh, ada hak mutlak Allah SWT disana, maka meski kita menjerit kelelahan menjadi single woman (yang kadang diplesetin menjadi "Independen Woman), ya belum.  Sebaliknya, saya menemukan ada banyak perempuan yang dulunya berapi-api menyebut dirinya Perempuan mandiri, akhirnya menikah juga sebab kepincut pria, dan alasan sebenanrya sih jodohnya tiba. 

Bagi perempuan yang telah memasuki rumah tangga, jalanilah peran dengan baik. Sisanya ikhtiar dan doa. Jika rumah tangga tak sesuai harapan, malah kamu yng "MengUrus" dan bukannya kamu "DiUrus", sabar-sabar saja. Jika tidak sabar lagi, kamu punya pilihan untuk kembali single menjadi perempuan independen.

Tetapi, pesan saya nih, perempuan berumahtangga atau sudah ada yang Urus itu, sebetulnya tetap bisa memandirikan dirinya akan hal tertentu. Misal, punya pekerjaan, karir, penghasilan sendiri. Tentunya seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, jika suami sepakat. 

Tidak harus bekerja atau berkarir di kantor. Banyak loh perempuan rumah tangga punya penghasilan cukup lumayan, kerja di rumah, wirausaha, bikin masakan yang dijual, bikin produk kerajinan dan lain sebagainya. Bahkan sekarang banyak yang menjadi pekerja online dari rumah. Sepanjang bisa mengatur waktu, kenapa tidak ya.

Begitulah kira-kira. Mau jadi Perempuan Mandiri, perempuan Diurus, ya silahkan saja. Asal dilakukan dengan ikhlas, dan happy-happy saja. Hal paling penting bagi perempuan, ya jadi perempuan baik saja. 

Ada hints yang pernah saya buat di tiktok, bahwa perempuan mau bahagia atau kaya ya tergantung dirinya sendiri. Istilah lainnya adalah ya harus ikhtiar. 

Jangan mengorbankan orang lain untuk bahagia. Kalau miskin ya kerja keras dong, jangan cari laki-laki kaya. Kalau gak sabaran ya belajar kelola emosi, bukan cari laki-laki sabar sebagai pendamping hidup. 

Intinya kita perbaiki diri dulu. Soal nanti dapat jodoh laki-laki kaya, laki-laki sabar, baik,  itu lain cerita ya. 

Bagaimana menurutmu ? Boleh komen di bawah. Salam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun