Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Makan Nasi Bungkus Dengan Tangan, Benarkah Tidak Anggunly dan Barbarly?!

9 Mei 2022   15:15 Diperbarui: 10 Mei 2022   07:42 3195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

He sejujurnya agak aneh bagi saya menemukan banyak sekali istilah kekinian dan slank campuran Bahasan Indonesia dsn English yang bermunculan sekarang ini. Ada yang istilah Jujurly, yang  berarti : secara jujur. Ada yang menyebut Anggunly, yang diartikannya: Secara Anggun. Kemudian Barbarly, konon artinya secara barbar (tidak beradab), dan lain sebagainya.

Tetapi, bukan apa dan kenapa istilah itu muncul yang menarik bagi saya saat ini. Saya tertarik, tepatnya tertegun dan tersekat, wew, dengan trendnya Tagar "Anggunly" yang dimunculkan seseorang di Twitter terkait soal table manner menyantap Nasi Bungkus tepatnya Nasi Padang, kata dia. Sebut saja dia Bunga, eh, Vindy Lee, seorang chef dan koki hebat.

Vindy Lee membuat Video ajakan cara makan Nasi Bungkus dengan table manner, sosok badan tegak, dan menggunakan sendok garfu supaya cara makan tersebut terlihat anggun, elegan, tidak barbar. Tidak lupa dia beri hastag #Anggunly. 

Nasi bungkus dikempeskan dulu. Lalu dibuka dan disantap dengan pisau garfu. Makannya pelan-pelan. Bukan kita yang ke nasi bungkus tapi nasi yang ke kita, dengan bantuan pisau dan garfu tadi. Sosok tubuh, body shape tetap tegak, tidak bungkuk. He, mantap.


Sesungguhnya saya suka melihat ada yang menyantap nasi bungkus secara pelan dan anggun seperti itu.  Jadi apa yang masuk ke mulut bisa dihayati, dikunyah dengan seksama, kelihatan elegan, katanya. 

Di sisi lain... ya saya suka juga dengan cara menyantap nasi bungkus seperti yang biasanya dilakukan oleh banyak orang berabad-abad, dengan tangan. Rasanya lebih afdol. Saya ingat bagaimana jemari saya mengumpalkan nasi dengan sedikit sambal ijo, bumbu rendang dan sedikit daun singkong rebus itu, rasanya sederhana dan magis. Saya ingat bagaimana enaknya menjilati sisa bumbu di jemari saya.

3 (tiga) Alasan  Makan Nasi Bungkus Dengan Tangan

Ya makan dengan tangan itu telah dilakukan oleh beberapa budaya di berbagai belahan dunia sejak berabad lalu. Bagi saya pribadi, makan nasi bungkus dan nasi apapun dengan tangan itu sedikitnya dengan 3 (tiga) alasan,

  1. Memudahkan Pencernaan. Guru biologi saya zaman SMP berkata bahwa (guru saya bilang dalam jari jemari dan telapak tangan kita ada enzim salah satunya RNAse yang membantu memudahkan makanan dicerna tubuh).
  2. Lebih Hikmat dan Meneruskan Tradisi. Makan dengan tangan itu sebuah tradisi. Tradisi yang mengajarkan kita lebih menghargai makanan, kita bekerja dengan tangan kita, makan pun dengan tangan langsung. Tradisi yang sekaligus mengakarkan kita untuk mencuci tangan dulu sebelum makan. Maka kalian ingat saja, saat di kampung atau di RM Padang ketika mengajikan nasi dan aneka lauk, pasti ada kobokan (mangkuk berisi air pembasuh tangan). Bahkan sekarang mereka menyiapkan wastafel dengan sabun dan tisu.
  3. Sunnah Nabi. Ya makan dengan tangan sesungguhnya disunahkan. Duduk, kemudian makan  dengan porsi secukup dengan tangan sampai habis adalah cara yang diajarkan Rasulullah SAW. Kalau mau dapat pahala lebih, tak cukup baca Bismillah, kaum Musliim akan makan dengan tangan.

Makan Nasi Bungkus dengan Tangan otomatis Tidak Anggun !?

Saya jadi berpikir, apa iya makan nasi bungkus dengan tangan itu tidak anggun !? tidak beradab dan barbar (Barbarly) !? Ah gak juga ya. Jawabannya relatif, tergantung siapa yang menjawab, alias tergantung sudut pandang masing-masing. Bagi mereka yang dibesarkan dalam budaya Nusantara dimana kita mengenal tradisi makan dengan tangan, baik makan sendiri atau makan bersama keluarga atau makan bersama dengan keluarga besar dan kaum adat yang dikenal dengan banyak nama seperti ngobeng, megibung, ngariung, liwetan, dsb, makan dengan tangan itu sangat beradab dan khidmat. Anggunkah...? tergantung sudut pandang.

Kemarin tidak sengaja ketemu video Tamara Blezenky makan nasi bungkus dengan tangan, ah anggun juga bagi saya.  

Sumber: IG Tamara Blezinky
Sumber: IG Tamara Blezinky

Anggun atau tidak anggun tentu kembali ke pandangan pribadi. Tetapi, masak iya makan nasi bungkus harus pakai pisau garfu, kalau dengan tangan maka tidak anggun !? Kata saya sih gak. Makan nasi bungkus dengan sendok garfu, sikap tubuh rapi dan tegak, itu bagus, mau disebut anggunlah ya bisalah. Tapi yang makan dengan tangan bagus juga dan anggun juga asal makannya tidak celamitan, tidak  grasa-grusu. Sebab tiap budaya memiliki table manner sendiri .

Budaya Asia Selatan Asia Barat Daya, Timur Tengah, makan nasi itu dengan tangan. Budaya Asia Tengah, Jepang, China dan sebagian Asia Tenggara makan itu menggunakan sumpit. Budaya Eropa dan Amerika makan itu menggunakan sendok dan garfu. Dan lain sebagainya. Semua sudah ada alasannya. Kenapa orang Eropa makan steik dengan pisau dan garfu ? ya memudahkan potong-potong steiknya, kalau dicomot pakai tangan kan bisa belepotan dan aneh, yekan. 

Jadi makan nasi bungkus dengan tangan itu otomatis tidak anggun (anggunly)  atau barbarly ? Hehe, kejauhan mikirnya. Kecuali saat makan nasi bungkus  sambil ketawa-ketiwi gak jelas atau selesai nasi padang di warung makan kabur, gak bayar itu baru tidak anggunly dan barbarly. 

Semua kembali ke pribadi masing-masing. Mau makan nasi bungkus, nasi padang cara biasa, oke banget. Mau makan nasi padang dengan pisau garfu ala western boleh dong kalau mau, biar tetap anggun, elegan dan slay.  Sangat dipahami mba Vindy Lee ini menempuh pendidikan di luar negeri, katanya ada darah peranakan juga sehingga gak biasa makan pakai tangan, paling lemah pakai sumpit. 

Begitulah. Sudahlah anda makan nasi bungkus atau nasi padang hari ini ? Belum, ayo makan dulu. Jangan lupa pakai tangan aja ya, hehe. Salam.

Dok. Kompal
Dok. Kompal

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun