Betapa senang melihat foto di atas. Nenek-nenek ceria sedang sibuk menulis pada laptopnya di alam terbuka. Barangkali seusai beliau merawat kebun, lalu menulis, atau melihat gambar yang entah apa. Â Apapun, bagi saya gambar ini menggugah dan bikin saya tersenyum.
Pernah baca atau bahkan bertemu dengan almh Mba Lindu? Saya belum. Beruntung teman-teman yang pernah makan gudegnya dan bertemu langsung beliau. Saya hanya sempat membaca tulisan tentang kisah hidupnya. Pernah juga menonton profil beliau di Netflix, seri Street Food Asia, episode Jogyakarta, Indonesia. Mbah Lindu, perempuan lanjut usia yang semangatnya membara dan produktif banget di usia lansianya.Â
Pernah bertemu Jay Fang ? itu loh nenek-nenek nyentrik yang terkenal dengan kedai Street Food di Bangkok. Beliau langsung memasak di kedainya. Omelet Crabnya terkenal dan konon enak banget dan kedainya mendapat Bintang Michelin untuk kategori makanan street food. Beruntung bagi yang pernah bertemu atau makan makan di kedainya di Bangkok. Saya, he, belum.Â
Hanya saya masih tetap merasa beruntung bisa memenemukan profilnya dengan mudah di internet. Bisa menonton bagaimana uniknya gaya beliau memasak di laptop saya, gara-gara nonton Street Food Asia di Netflix.
Ada lagi Jeong Kwan, nenek-nenek bhiksu di Korea yang semangat menjalankan kehidupan rahibnya sambil terus memasak dan menyebarkan makanan biara.Â
Makanan yang disebut sebagian orang sebagai makanan  filsuf. Makanan sederhana dan membumi ala bhiksu. Tanpa hewani, tanpa bumbu banyak yang menyengat dan berasal dari kebun yang mereka kelola sendiri. Saya menemukan beliau juga di Netflix, seri Table's Chef, lupa episode ke berapa.
Para perempuan lansia di atas hanya contoh bahwa produktivitas itu tak kenal usia. Banyak orang yang justru makin produktif dan makin bersinar saat lansia. Barangkali karena perjuangan itu sebuah proses dan jelas memakan waktu. Baru berhasil saat usia tua, bisa jadi. Artinya, usia lanjut itu bukan halangan untuk tetap produktif sepanjang sehat. Sehat jasmanni, sehat rohani.Â
Jumlah lansia (penduduk berusia 60 tahun ke atas) Indonesia hasil sensus penduduk Tahun 2020 adalah 9,78 persen dari total jumlah penduduk. Jangan tanya, berapa yang sudah divaksinasi Covid-19 ya? sebab masih banyak yang belum divaksin. Tetapi dari angka tersebut menunjukkan bahwa pada Tahun 2020 Indonesia sedang berproses menuju era Ageing Population, era ketika penduduk Lansia berjumlah 10 persen ke atas.Â
Pada beberapa kalangan, banyak lansia sengaja tetap bekerja di masa Lansia dengan banyak alasan. Antara lain untuk mengurangi pikun. Ada pula yang karena alasan mengurangi kebosanan.Â
Apapun itu, buat saya itu mengagumkan dan patut dicontoh sisi positifnya. Itu juga kalau mau, kalau gak ya jangan. Hiks tiba-tiba inget video tiktok resep masakan emak-emak betawi yang dishare Nana Pink, teman di Kompal, haha. Kalau saya sih mau. Bagi kita yang pengen menyerap sebanyak mungkin hal positif yang dibagi dunia, kenapa gak ya.Â
Omong-omong soal produktivitas perempuan, meski gambaran statistik tenaga kerja dari Sarkernas BPS belum begitu menggembirakan, setidaknya contoh perempuan Lansia aktif produktif dan sukses di atas adalah sebuah contoh yang baik. Sayang belum ada data terkait rasio Lansia Perempuan/Laki-laki yang masih aktif dan produktif.
Pandemi Covid-19 memeperparah kondisi Ketenaga Kerjaan Dunia juga Indonesia. Ini telah kita saksikan bersama.
- 1,62 juta orang menjadi pengangguran karena Covid-19
- 0,65 juta orang menjadi bukan angkatan kerja karena Covid-19
- 1,11 juta orang sementara tidak bekerja karena Covid-19
- 15, 72 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours) karena Covid-19
Tetapi jika dibandngkan periode Februari 2020, Tingkat Pengganguran Terbuka  (TPT) perempuan, juga laki-laki, meningkat pada Agustus 2020 (yang disebabkan Covid-19 tadi) lalu agak menurun sedikit pada Februari 2021.
Kebetulan saya sering melihat data BPS, angka TPAK perempuan selalu lebih rendah dibandingkan laki-laki dari tahun ke tahun. Gak percaya, silahkan lihat dataya di web BPS
Siapa yang membenahi? Ya semua lini. Seluruh stake holder. Pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan dan keperempuanan dalam banyak nama itu. Hal paling penting bagi saya adalah para perempuan sendiri.
Perempuan harus bangkit. Jangan ragu dan tetaplah semangat. Tidak ada yang bisa menghalangi perjuangan seseorang kecuali kita sendiri yang melempem. Himbauan saya juga kepada semua kawan-kawan Kompasiana, baik laki-laki maupun perempuan, ayo beri semangat kepada perempuan.Â
Perempuan itu Ibu Kehidupan. Garda terdepan keluarga. Jika Perempuan berdaya, anak-anak dalam Rumah tangga  juga ikut berdaya, keluarga menjadi ikut mapan.Â
Mbah Lindu telah memberi contoh. Usaha Gudegnya tetap eksis dan kini diteruskan keluarganya. Â Begitupula Jay Fang dan Dona Emi dari La Paz yang sampai sekarang masih aktif.
Mau liat tayangan Jay Fang dan Mba Lindu  ya liat di netflix. Ini cuplikannya yang saya liat di Neflix,Â
Keduanya masuk dalam seri Street Food Asia. Sedangkan Dona Emi, Emilianna Conburi saya saksikan di seri Street Food Amerika Latin
Seperti halnya Mbah Lindu yang harus bangun lewat sedikit tengah malam, begitu pula Dona Emi. Dia harus bangun jam 3 dinihari dan mulai memasak. Jam 7 pagi berjualan di kedainya.Â
Sore beliau belanja bahan segar yang dia butuhkan di pasar tradisional. Tidur cepat supaya bisa bangun dinihari dan setiap hari begitu. Bagi orang hidup, setiap hari adalah bekerja, begitu kata Bu Emi.
Bahwa Covid-19 memperparah kondisi, ya itu terjadi dimana-mana. Donna Emi, Emiliana Condori, Perempuan Bolivia yang telah berjuang 31 tahun berjualan kentang tumbuk isi daging dengan saus salsa (Relleno de papa) itu mengalami dampak Covid-19. Penjualannya berkurang. Beliau bahkan harus mengurangi pegawainya dari 12 menjadi hanya 7 orang. Tetapi beliau tetap semangat.Â
Semangat terus berjualan Rellenos sambil menjalankan protokol kesehatan penanganan Covid-19. Senyum dibalik topi dan selempang cardigan khas selatan dengan rok lebar itu begitu berbinar.
Gambar ilustrasi pembuka tulisan hanya contoh bahwa hidup lansia juga menyenangkan dan produktif. Usia Adalah Senja Yang Berbinar Semangat. Usia hanya angka, tetapi hidup lebih bermakna dan bermanfaat adalah pilihan.Â
Sebab hidup produktif dan bermakna itu tak sekadar bermanfaat untuk diri sendiri dan keluarga juga buat orang lain. Itu kalau mau, kalau gak ya jangan, masih teringat video tiktok itu, haiyah.
Selamat Hari Lansia Nasional bagi yang merayakan. Selamat menjalani hidup produktif dan bermakna bagi kita semua. Â
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.
Jay Fang dan Jeong Kwan, Dua Perempua AsiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H