Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan yang Produktif Ketika Lansia, Sebab Usia adalah Senja yang Berbinar Semangat

29 Mei 2021   10:44 Diperbarui: 31 Mei 2021   16:26 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Data dan Foto: Web BPS Indonesia

Betapa senang melihat foto di atas. Nenek-nenek ceria sedang sibuk menulis pada laptopnya di alam terbuka. Barangkali seusai beliau merawat kebun, lalu menulis, atau melihat gambar yang entah apa.  Apapun, bagi saya gambar ini menggugah dan bikin saya tersenyum.

Pernah baca atau bahkan bertemu dengan almh Mba Lindu? Saya belum. Beruntung teman-teman yang pernah makan gudegnya dan bertemu langsung beliau. Saya hanya sempat membaca tulisan tentang kisah hidupnya. Pernah juga menonton profil beliau di Netflix, seri Street Food Asia, episode Jogyakarta, Indonesia. Mbah Lindu, perempuan lanjut usia yang semangatnya membara dan produktif banget di usia lansianya. 

Pernah bertemu Jay Fang ? itu loh nenek-nenek nyentrik yang terkenal dengan kedai Street Food di Bangkok. Beliau langsung memasak di kedainya. Omelet Crabnya terkenal dan konon enak banget dan kedainya mendapat Bintang Michelin untuk kategori makanan street food. Beruntung bagi yang pernah bertemu atau makan makan di kedainya di Bangkok. Saya, he, belum. 

Hanya saya masih tetap merasa beruntung bisa memenemukan profilnya dengan mudah di internet. Bisa menonton bagaimana uniknya gaya beliau memasak di laptop saya, gara-gara nonton Street Food Asia di Netflix.

Ada lagi Jeong Kwan, nenek-nenek bhiksu di Korea yang semangat menjalankan kehidupan rahibnya sambil terus memasak dan menyebarkan makanan biara. 

Makanan yang disebut sebagian orang sebagai makanan  filsuf. Makanan sederhana dan membumi ala bhiksu. Tanpa hewani, tanpa bumbu banyak yang menyengat dan berasal dari kebun yang mereka kelola sendiri. Saya menemukan beliau juga di Netflix, seri Table's Chef, lupa episode ke berapa.

Para perempuan lansia di atas hanya contoh bahwa produktivitas itu tak kenal usia. Banyak orang yang justru makin produktif dan makin bersinar saat lansia. Barangkali karena perjuangan itu sebuah proses dan jelas memakan waktu. Baru berhasil saat usia tua, bisa jadi. Artinya, usia lanjut itu bukan halangan untuk tetap produktif sepanjang sehat. Sehat jasmanni, sehat rohani. 

Jumlah lansia (penduduk berusia 60 tahun ke atas) Indonesia hasil sensus penduduk Tahun 2020 adalah 9,78 persen dari total jumlah penduduk. Jangan tanya, berapa yang sudah divaksinasi Covid-19 ya? sebab masih banyak yang belum divaksin. Tetapi dari angka tersebut menunjukkan bahwa pada Tahun 2020 Indonesia sedang berproses menuju era Ageing Population, era ketika penduduk Lansia berjumlah 10 persen ke atas. 

Pada beberapa kalangan, banyak lansia sengaja tetap bekerja di masa Lansia dengan banyak alasan. Antara lain untuk mengurangi pikun. Ada pula yang karena alasan mengurangi kebosanan. 

Sumber Foto: shutterstock.com
Sumber Foto: shutterstock.com
Lebih banyak pula karena tuntutan hidup, kalau tidak bekerja akan makan apa, kira-kira seperti itu. Banyak pula yag tetap berkerja meski finansialnya sudah mapan dengan alasan ingin memberi kemanfaatan pada kehidupan. Memberi semangat pada yang muda-muda dalam keluarganya dan lingkungan, bisa jadi.

Apapun itu, buat saya itu mengagumkan dan patut dicontoh sisi positifnya. Itu juga kalau mau, kalau gak ya jangan. Hiks tiba-tiba inget video tiktok resep masakan emak-emak betawi yang dishare Nana Pink, teman di Kompal, haha. Kalau saya sih mau. Bagi kita yang pengen menyerap sebanyak mungkin hal positif yang dibagi dunia, kenapa gak ya. 

Omong-omong soal produktivitas perempuan, meski gambaran statistik tenaga kerja dari Sarkernas BPS belum begitu menggembirakan, setidaknya contoh perempuan Lansia aktif produktif dan sukses di atas adalah sebuah contoh yang baik. Sayang belum ada data terkait rasio Lansia Perempuan/Laki-laki yang masih aktif dan produktif.

Pandemi Covid-19 memeperparah kondisi Ketenaga Kerjaan Dunia juga Indonesia. Ini telah kita saksikan bersama.

Sumber data dan Foto: Web BPS Indonesia
Sumber data dan Foto: Web BPS Indonesia
Berdasarkan Data BPS Indonesia, bahan infografis dan tayangan Berita resmi Statistik Keadaan Ketenaga kerjaan Indonesia Februari 2021, Nomor: 37/05/TH.XXIV, 05 Mei 2021, Tenaga kerja Ada 9,3 % penduduk usia kerja mengalami dampak Pandemi Covid-19 . Dari 205, 36 juta penduduk usia kerja, ada 19,10 juta orang mengalami dampak Covid-19 dengan rincian,
  • 1,62 juta orang menjadi pengangguran karena Covid-19
  • 0,65 juta orang menjadi bukan angkatan kerja karena Covid-19
  • 1,11 juta orang sementara tidak bekerja karena Covid-19
  • 15, 72 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours) karena Covid-19

Sumber Data dan Foto: Web BPS Indonesia
Sumber Data dan Foto: Web BPS Indonesia
Jika dilihat per jenis kelamin, memang perempuan masih lebih bertahan dimana pada Agustus 2020 angkanya di 6,46 persen sementara laki-laki di angka 7,46 persen. 

Tetapi jika dibandngkan periode Februari 2020, Tingkat Pengganguran Terbuka  (TPT) perempuan, juga laki-laki, meningkat pada Agustus 2020 (yang disebabkan Covid-19 tadi) lalu agak menurun sedikit pada Februari 2021.

Smber data dan Foto: Web bps indonesia
Smber data dan Foto: Web bps indonesia
Jika dilihat Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK), maka TPAK perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pada Periode Februari ke Agustus Tahun 2020 angka TPAK Perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. 

Kebetulan saya sering melihat data BPS, angka TPAK perempuan selalu lebih rendah dibandingkan laki-laki dari tahun ke tahun. Gak percaya, silahkan lihat dataya di web BPS

Sumber Foto: web bps indonesia
Sumber Foto: web bps indonesia
Belum lagi kalau kita lihat data Indeks Pemberdayaan Gender, dimana data share perempuan pada pendapatan keluarga belum cukup otimal. Angka perempuan di Parlemen juga masih jauh dari kuota 30 persen itu. Hal ini menunjukkan masih banyak hal yang harus kita benahi. 

Siapa yang membenahi? Ya semua lini. Seluruh stake holder. Pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan dan keperempuanan dalam banyak nama itu. Hal paling penting bagi saya adalah para perempuan sendiri.

Perempuan harus bangkit. Jangan ragu dan tetaplah semangat. Tidak ada yang bisa menghalangi perjuangan seseorang kecuali kita sendiri yang melempem. Himbauan saya juga kepada semua kawan-kawan Kompasiana, baik laki-laki maupun perempuan, ayo beri semangat kepada perempuan. 

Perempuan itu Ibu Kehidupan. Garda terdepan keluarga. Jika Perempuan berdaya, anak-anak dalam Rumah tangga  juga ikut berdaya, keluarga menjadi ikut mapan. 

Mbah Lindu telah memberi contoh. Usaha Gudegnya tetap eksis dan kini diteruskan keluarganya.  Begitupula Jay Fang dan Dona Emi dari La Paz yang sampai sekarang masih aktif.

Mau liat tayangan Jay Fang dan Mba Lindu  ya liat di netflix. Ini cuplikannya yang saya liat di Neflix, 

Keduanya masuk dalam seri Street Food Asia. Sedangkan Dona Emi, Emilianna Conburi saya saksikan di seri Street Food Amerika Latin


Seperti halnya Mbah Lindu yang harus bangun lewat sedikit tengah malam, begitu pula Dona Emi. Dia harus bangun jam 3 dinihari dan mulai memasak. Jam 7 pagi berjualan di kedainya. 

Sore beliau belanja bahan segar yang dia butuhkan di pasar tradisional. Tidur cepat supaya bisa bangun dinihari dan setiap hari begitu. Bagi orang hidup, setiap hari adalah bekerja, begitu kata Bu Emi.

Bahwa Covid-19 memperparah kondisi, ya itu terjadi dimana-mana. Donna Emi, Emiliana Condori, Perempuan Bolivia yang telah berjuang 31 tahun berjualan kentang tumbuk isi daging dengan saus salsa (Relleno de papa) itu mengalami dampak Covid-19. Penjualannya berkurang. Beliau bahkan harus mengurangi pegawainya dari 12 menjadi hanya 7 orang. Tetapi beliau tetap semangat. 

Semangat terus berjualan Rellenos sambil menjalankan protokol kesehatan penanganan Covid-19. Senyum dibalik topi dan selempang cardigan khas selatan dengan rok lebar itu begitu berbinar.

Sumber Foto: casipop.com
Sumber Foto: casipop.com
Sumber Foto : paginasiete.bo
Sumber Foto : paginasiete.bo
Begitulah tentang Para Perempuan Yang Tetap Produktif Ketika Lansia. Bagi mereka hidup adalah perjuangan. 

Gambar ilustrasi pembuka tulisan hanya contoh bahwa hidup lansia juga menyenangkan dan produktif. Usia Adalah Senja Yang Berbinar Semangat. Usia hanya angka, tetapi hidup lebih bermakna dan bermanfaat adalah pilihan. 

Sebab hidup produktif dan bermakna itu tak sekadar bermanfaat untuk diri sendiri dan keluarga juga buat orang lain. Itu kalau mau, kalau gak ya jangan, masih teringat video tiktok itu, haiyah.

Selamat Hari Lansia Nasional bagi yang merayakan. Selamat menjalani hidup produktif dan bermakna bagi kita semua.  

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.

Sumber Foto: Dok. Kompal
Sumber Foto: Dok. Kompal
Perempuan dan Pemberantasan kemiskinan

Jay Fang dan Jeong Kwan, Dua Perempua Asia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun