Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Protokol New Normal Itu Bukan Momok, Hanya Harus Dipahami Sebelum Digosipin

28 Mei 2020   08:50 Diperbarui: 28 Mei 2020   09:14 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : shutterstock.com

Vaksin belum ditemukan, sementara kehidupan toh harus berjalan. Saya tidak setuju jika  New Normal tidak ideal ini dianggap artinya kita pasrah seperti siap menuju Herd Immunity. Bukan itu. Dengan kondisi tidak ideal itu, kita yang masih waras ayo berusaha sebisa kita mengidealkan kondisi. Kita Jalankan protokol New Normal dengan sepenuh hati. Jalankan. Patuhi dengan baik.  

Pssst, berikut saya tampilkan lagi bahan diskusi WAG beberapa teman yang saya amini tentang perlunya kita jalankan Protokol New Normal tersebut, 

  1. Jika New Normal tidak dilakukan maka dampak sosial ekonominya tidak akan bisa tertahankan. Kebangkrutan korporasi selanjutnya ekonomi akan membawa efek domino kebangkrutan negara!
  2. Jika anda tidak setuju dengan New Normal, silakan tetap tinggal di rumah. Sebab banyak orang tetap harus keluar rumah untuk bisa menghidupi keluarganya. Tidak semua orang bisa bertahan selama berbulan2 apalagi bertahun-tahun dan tetap bisa menghidupi keluarganya.
  3. Untuk memastikan New Normal bisa berjalan baik maka pemerintah harus melakukan upaya yang sistematis, terkordinasi dan konsisten dalam melakukan pengawasan publik dan law enforcement. Di dalamnya juga termasuk memperbesar kapasitas sektor kesehatan kita untuk mengantisipasi lonjakan penderita Covid-19.
  4. Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi untuk memastikan pemeriksaan kesehatan yang massif, tersedianya sarana perawatan dan peralatan medis, melindungi mereka yang paling rentan melalui penyiapan pengamanan sosial yang tepat sasaran dan perlindungan kesehatan.

Saya setuju dengan hal tersebut. Pada akhirnya, kita sebaiknya menerima dan menjalankan Protokol New Normal sebaik yang bisa kita lakukan. Ideal atau tidak ideal, lakukan semaksimal yang kita bisa. Hidup ini hanya sekali, paling tidak berjuang sepenuh hati dengan jujur itu harus supaya bisa bangun pagi dengan lega di hati.  

Banyak sektor harus menyiapkan diri dengan baik. Bagi saya yang paling krusial perlu penyiapan SOP New Normal adalah dunia pendidikan. Bagaimana sekolah-sekolah siap melakukan proses belajar-mengajar dengan baik dan aman. Konon Pesantren sudah menyiapkan protokol belajar-menagajar di epsantren di era New Normal. Bagaimana sekolah umum? Pak Nadiem harus kerja keras ini.

Begitulah. Jadi Protokol New Normal ini bukan momok. Bukan pula sekadar "maenan baru"  atau "Bahan ghibah Baru" yang bisa kita berikan reaksi dalam obrolan kita, dalam tulisan kita sesuka hati tanpa kita pahami dan teliti mendalam. 

Selain Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan beberapa wilayah serta kabupaten/kota yang menjadi uji coba pertama Protokol New Normal, wilayah lain harus siap-siap juga. Termasuk Provinsi Sumatera Selatan tempat saya bermukim, konon sedang mengkaji persiapan protokol New Normal ini.

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.

Sumber Foto : Dok.Kompal
Sumber Foto : Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun