Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

[Polling] Di Antara Nastar, Khong Guan Isi Rengginang, dan Keripik Garfu, Kamu Pilih Mana?

15 Mei 2020   08:04 Diperbarui: 15 Mei 2020   08:07 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaman masih sempat buat sendiri | Sumber Foto : Dokpri

Zaman dulu sekali sebelum masa kolonial Belanda, nenek moyang kita menyajikan hidangan lebaran sederhana dan sekenanya saja. Ketika ada tamu mereka spontan menggoreng Ubi, menggoreng pisang.

Loh, lebaran yang harusnya tinggal ramah-tamah dan salam-salaman kok baru mau goreng ubi? Tidak semua begitu. Ada juga yang menyajikan makanan yang memang sudah disiapkan seperti opak, keripik singkong dan lain sebagainya, tergantung apa komoditi yang melimpah di suatu wilayah.

Zaman itu penyiapan kue kering  lebaran belum dilakukan secara khusus, belum membudaya secara luas di Indonesia. Kini, Kue kering (Cookies) telah menjadi Budaya di seantero dunia termasuk Indonesia saat menyiapkan sebuah perayaan. Entah Lebaran (Idul Fitri dan Idul Adha, Natal, Imlek dan lain sebagainya).

Sejarah Kue Kering (Cookies) 

Menyajikan Kue kering (cookies) yang memang disiapkan untuk sebuah perayaan berkembang lebih dulu di Persia (Sekarang disebut Iran). Menurut rangkuman Kompas, penemuan Kue kering disana dilakukan secara tidak sengaja. Ketika para tukang roti akan memanggang roti, maka dia akan mengetes kesiapan oven (oven zaman dulu yang belum secanggih sekarang) dengan memasukkan sedikit adonan roti dalam oven. 

Adonan sedikit dan tipis  yang  dijadikan uji coba untuk mengetes kesiapan oven itulah yang menjadi cikal bakal munculnya kue kering (cookies). Zaman itu kue kering adalah versi kecil roti dan kue dalam ukuran tipis dan kering.  

Kue kering berkembang dan menyebar diantara rumah-rumah para bangsawan. Saya kira sejarah Kue Ka'ak yang saya temukan di Kampung Arab Al Munawar bisa saja terjadi berawal dari perkembangan Kue Kering di Persia (Iran) lalu menyebar ke jazirah Arab. Kemudian dibawa saudagar Arab ke Palembang. Benar tidaknya, tentu saja membutuhkan penelitian yang mendalam.

Sumber foto: shopee.com
Sumber foto: shopee.com

Kue kering menyebar pesat di Eropa. Hal tersebut bermula saat penaklukan Andalusia (Spanyol) oleh pasukan Muslim. Ketika kemudian era berikutnya eropa menajadi pusat budaya dunia, perkembangan kue kering semakin pesat. Eropa menjadi titik penyebaran Kue Kering di Dunia. Apalagi Eropa menguasai pasar rempah-rempah dunia, maka Kue Kering pun berkembang. Kita mengenal aneka kue kering eropa yang menggunakan rempah-rempah seperti Kayu Manis (Cinnamon), Kapulaga (Cardamom), Cengkeh (Clove), Pala (Nutmeg) dan rempah lain seperti  Kastangel, Jan Hagel, spekulaas  dan lain sebagainya.

Masih menurut rangkuman Kompas, Kue Kering menyebar di Indonesia oleh Eropa. Ingat saja sejarah, kita mengalami beberapa kali penaklukan Eropa seperti Portugis lalu Belanda. Maka kita mengenal aneka kue kering Eropa yang kemudian berkembang menjadi aneka kue kering yang kita sajikan saat perayaan Lebaran, Natal, Sincia dan lain sebagainya. 

Saya pernah menulis bahwa meski Belanda sudah jauh tapi kue kering peninggalannya masih eksis DI SINI. 

Perkembangan aneka Kue Kering (Cookies) Eropa di Indonesia tentu dengan penyesuaian komoditi dan rempah yang banyak di Indonesia. Pasti asyik ya eksplorasi kuliner mereka sebab Negara kita banyak Kayu Manis, Cengkeh, Pala dan lain sebagainya. Ya rempah-rempah ini yang membuat Eropa datang ke Indonesia menyebabkan kita mengalami masa kolonialisasi.

Konon Kue Nastar berasal dari kata Ananas (Nanas) dan Tart (Pie). Ketika itu Orang Belanda kesulitan mencari blueberry. Buah yang tersedia melimpah adalah nanas. Maka mereka mengganti isi kue tersebut dengan selai Nanas dan akhirnya kita mengenal kue Nastar hingga sekarang. Nastar memang enak pake banget. Hayo siapa yang suka Nastar? Saya suka juga kok.

Polling, Mana Kue Lebaran yang Paling Kamu Suka

Sejarah membuktikan perkembangan kuliner kue Lebaran di seantero wilayah negara kita begitu pesat. Kita mengenal banyak sekali jenis kue kering (cookies) untuk lebaran. Nah saya mau melakukan polling kecil-kecilan dulu. Polling ini saya bagi berdasarkan selera saya saja. Ada kue kering peninggalan Belanda agak manis, ada kue gurih dan jadul.

  1. Nastar. Kalau ditanya kue kering apa saja yang paling saya suka, pasti saya jawab nastar. Tapi nastar yang seperti apa? nastar buatan sendiri, kalo sempat bikin. Faktanya, sudah berapa kali bulan Lebaran tiba, saya tak sempat membuatnya. Gampang, bisa beli dimana saja dengan kualitas apa saja tergantung isi kantong kita. Tapi kalau ditanya lagi nastar yang seperti apa? saya akan menjawab nastar yang begitu masuk mulut lembut, lumer, gurih sekaligus agak manis tapi jangan terlalu manis. Nastar yang menggunakan kuning telur rebus pada resepnya, tidak masalah menteganya Wisman atau margarine biasa, haha. Nastar yang selai nanasnya segar dan tidak terlalu manis, juga tidak terlalu asam. Apah...? sepertinya memang harus bikin sendiri. 
    Zaman masih sempat buat sendiri | Sumber Foto : Dokpri
    Zaman masih sempat buat sendiri | Sumber Foto : Dokpri
    Taraaa, ini hasilnya | Sumber Foto: Dokpri
    Taraaa, ini hasilnya | Sumber Foto: Dokpri
    Sebab repot, akhirnya 3  (tiga) tahun ini saya beli saja Nastar sama pembuat kue langganan saya. 
  2. Rengginang. Kue kering kedua yang saya suka adalah Khong Guan. Apaaaa....? He, tenang, itu hanya kalengnya  saudara-saudara. Sebab Khong Guan yang saya buka isinya adalah rengginang. Ini cerita kami saat sanjo (Red: kunjung-mengunjungi saat lebaran) ke  rumah seorang bibi kami di pelosok.  Jadi saya gak kecil hati kalau hanya disajikan sekaleng Khong Guan, senang malah. Biasanya saya akan bertanya langsung ke bibi saya, isinya apa ? Dia jawab Rengginang kegemaranmu, cihuy. Langsung saya peluk kaleng itu. Tuh, tadinya suami saya khawatir bibi saya tersinggung (haiyah, saya kenal bibi saya). Pernah juga menemukan kaleng Khong Guan isinya Kembang Goyang, enak juga. Hanya, saya lebih suka makanan gurih.  
    Sumber foto: indoamaterasu.com
    Sumber foto: indoamaterasu.com
     
  3. Kue Keripik Garfu. Ini isi toples lebaran berikutnya yang akan saya peluk saat lebaran, kalau ada. Kenapa....? Hiks, ini makanan nostalgia. Zaman dulu waktu saya masih bocah, ibu saya selalu membuat ini. Sebab Abah kami membawa pulang bingkisan lebaran dari kantornya berupa bahan lebaran seperti terigu, mentega, minyak goreng dan lain sebagainya. Bahan-bahan itu yang dengan antusias akan dibuat Umak (ibu) kami menjadi semacam keripik. Tinggal beliau tambah telur, santan, bumbu, seingat saya ketumbar dan bawang putih. Setelah diadon, dicetak lalu digoreng. Kenapa kami sebut Keripik Garfu ? Karena resep dasarnya seperti keripik dan dibentuk dengan sebuah garpu. Ambil sejumput kecil sekali, kira kira dua bulatan sebesar telur cicak, lalu letakkan dipunggung garpu. Gulung ke atas, jadilah bentuknya seperti buah/kembang Pacar Cina yang meletek bijinya keluar. Ibu saya akan memberi kami adonan untuk dibentuk dengan garfu. Maka sambil menonton TV saya dan adik saya akan membentuk adonan dengan garfu sambil mata kami memandang TV. Lama-lama saya dan adik saya jadi  pakar juga mencetaknya. Main perasaan saja, tangan mencetak kue garfu, mata di televisi sambil terkantuk-kantuk hingga adonan habis, haha. Mengenangnya,  ha... saya bangga pernah melalui masa kecil seperti itu. 
    Sumber foto: merahputih.com
    Sumber foto: merahputih.com

Itulah Kue kering lebaran yang saya suka. Sejujurnya, kue kering biasanya hanya pelengkap meja saja. Orang-orang, kebiasaan kami di Palembang akan lebih dulu menyantap pempek, tekwan dan makanan Palembang lain yang lebih menggoda. 

Kue kering biasanya baru akan disantap sambil rebutan dengan adik saat sudah minggu kedua ketika pempek dan aneka kue basah sudah habis. Tapi ketika sanjo ke rumah kerabat atau family biasanya saya cicip juga 1-2 buah dari toples-toples yang mereka siapkan. Toples mana ?, toples yang isinya nastar, rengginang atau keripik garfu, kalau ada.

Begitulah. Kamu, lebih suka mana ? Nastar dan aneka kue kering lain seperti putri salju atau kastangel? atau kue tradisional macam rengginang dan keripik garfu ? Silahkan jawab di kolom komentar ya. Psssttt, berhadiah piring cantik, hahaha.

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.

Sumber : 

1. 5 Fakta Dibalik Kue Lebaran

2. Belanda Sudah Jauh, Bernarkah Kue Peninggalannya Masih Menjajah Kita ?

Sumber foto: Dok.Kompal
Sumber foto: Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun