Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

5 Hal Kenapa Pangan Lokal Lebih Disukai

20 Februari 2020   08:23 Diperbarui: 20 Februari 2020   08:27 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pangan lokal adalah pangan tradisional yang dihasilkan suatu daerah di indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan olahan baik makanan pokok maupun makanan tambahan. 

Di sekitar kita masing-masing sudah pasti ada dan banyak pangan lokal. Kita, tepatnya saya, dibesarkan oleh pangan lokal yang ada di sekitar saya. Saya tumbuh dan besar oleh makanan yang disajikan ibu saya dulu. Nasi yang dimasak dari beras kiriman Kampung dan aneka lauk-pauknya. 

Makanan ringan di keluarga kami dulu ya sederhana seperti pisang goreng yang dibuat dari Pisang Gedah ranum, dihancurkan dengan gelas, diberi tepung dan sedikit kelapa parut lalu digoreng yang kami sebut "Pel*r Kambing". 

Sumber Foto: cookpad
Sumber Foto: cookpad
Kadang ibu saya membuat Kecampit atau Brusbus yang dibuat dari Beras Ketan kiriman Saudara beliau di Kampung, pisang ranum beli di warung yang dihancurkan dan sedikit kelapa parut lalu dibungkus dengan daun pisang dan direbus. Lain waktu ibu saya akan membuat pempek. Pempek zaman saya kecil beda dengan pempek zaman sekarang yang sudah semakin enak dan banyak varian.

Kecampit atau Brusbus. Sumber Foto :cookpad
Kecampit atau Brusbus. Sumber Foto :cookpad
Ya saya besar oleh nasi dan ikan pindang, sayur terong masak kuning yang diberi ikan, tumis kangkung, makanan kecilnya pel*r kambing, kecampit dan aneka makanan lokal lain yang ada di sekitar saya. 

Ketika zaman berkembang,  pangan lokal yang ada di sekitar saya juga berkembang. Tepatnya melakukan banyak inovasi sehingga tetap eksis dan mampu bersaing dengan aneka makanan asing dan fasfood yang mulai merambah Indonesia termasuk Palembang. 

Saya sih gak khawatir soal pangan lokal di Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel) secara umum.  Menurut saya pangan lokal Sumsel akan tetap eksis.  Contoh Pempek palembang sebagai salah satu pangan lokal di Palembang dan Sumsel. 

Jika ditanya pada 10 (sepuluh) orang apakah lebih suka pempek (yang merupakan pangan lokal di Palembang dan Sumsel) atau jenis Fasfood dan makanan asing yang mulai marak juga di Palembang semacam Korean Barbeque, rasanya 8 dari sepuluh orang itu akan lebih memilih pempek ketimbang makanan asing ataupun fasfood. 

Kenapa demikian? Karena pempek memang enak, juga mengenyangkan. Apalagi sekarang pempek dan aneka turunannya memiliki banyak varian.  

5 Hal Kenapa Pangan Lokal Lebih Disukai

Hasil pengamatan terhadap perilaku orang-orang di sekitar juga beberapa hasil penelitian memang pangan lokal sejatinya lebih disukai daripada pangan impor. Saya sampai melakukan polling kecil-kecilan di grup Kompal. Dan benar saja , 8 (delapan) dari 10 (orang) anggota Kompal lebih memilih Pempek ketimbang Korean BBQ. Berikut 5 Hal kenapa Pempek Sebagai Pangan lokal Palembang itu lebih disukai dibanding makanan asing,

  1. Rasanya enak dan familiar di lidah. Kita tidak akan kaget dan merasa asing saat menyantapnya karena kita telah tau rasanya dan kita mengenal rasanya. Sebagai contoh, saya lebih suka Pecel  dan Urap ketimbang kimci, ya...karena rasa pecel dan urap sudah akrab di lidah saya. Kalau disuruh memilih diantara Shusi dan Pempek, saya pilih pempek karena saya sudah terbiasa dengan rasa pempek, he.
  2. Lebih segar karena tidak didapat dari daerah sekitar dan bukan impor yang membutuhkan waktu yang lama dari dia dipanen hingga diimpor dan sampai kepada kita. Makanan lokal lebih dekat dengan kita dibandingkn makanan impor. Hampir pasti rentang waktu untuk sampai kepada kita lebih kecil. Lokasi yang jauh membutuhkan waktu pengangkutan yang lama hingga kesegaran bahan makanan berkurang.
  3. Lebih sehat karena pangan lokal itu sederhana, dibuat dari bahan yang ada di sekitar hingga tidak membutuhkan pengawet dan food additif yang bisa berbahaya bagi tubuh. Ada penelitian yang mengatakan bahwa semakin dekat kita dengan sumber asal bahan makanan, maka kemungkinan makanan tersebut sehat adalah lebih besar. Karena tidak membutuhkan pengawet juga cold storage yang menghabiskan energi yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming)
  4. Lebih murah. Rata-rata pangan lokal harganya lebih murah dibandingkan pangan import. Paling tidak karena pangan lokal tidak membutuhkan bea masuk impor. Jika dengan jumlah uang yang sama kita bisa mendapat lebih banyak pangan lokal, kenapa harus beli makanan asing, ya gak?
  5. Bikin happy karena menyantap makanan lokal adalah seperti membuka kotak kenangan. Rasa enak yang terpatri dalam ingatan ini kuat pengaruhnya. Bisa dipahami mengapa orang Palembang yang sedang merantau sampai bela-belain beli pempek online atau mungkin minta bantuan saudara untuk mengirim ke alamatnya.

Tidak hanya Pempek, rasanya Pangan Lokal di sekitar kita akan lebih disukai dibandingkan pangan impor ataupun makanan asing. Coba saja amati selera dan pilihan makanan orang-orang di sekitarmu gaes.   

Kandungan Nutrisi,  Keberagaman,  Keamanan dan Keseimbangan Pempek Palembang

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah pangan lokal sendiri harus dielaborasi dan dikembangkan dengan baik supaya memenuhi kriteria Bergizi, beragam, seimbang dan aman (B2AS) sehingga layak dikonsumsi secara rutin. 

Apakah pempek cukup bergizi atau bernutrisi? saya jawab iya. Pempek sangat  bernutrisi karena dibuat dari daging ikan yang kaya protein. Pada beberapa resep pempek Top di Palembang termasuk resep Pempek Kompal proporsi daging ikan segar giling dan tepung tapioka atau sagunya adalah 6:4. 

Apakah Pempek cukup beragam? Cukup beragam. Pempek bisa dibuat dari jenis ikan yang beragam. Ikan gabus, ikan tenggiri, ikan Kakap, dll. Dilihat dari tepung yang digunakan beragam juga, bisa dibuat dari tepung tapioka lokal atau tepung sagu. Bahkan hasil pempeknya sangat beragam, ada banyak jenis pempek dan aneka turunannya, he. Pempek juga bisa dibuat makanan lain yang beragam, seperti tekwan, model, celimpungan dan lain sebagainya.

Apakah kandungan gizinya seimbang?  Nah ini perlu kejelian melihatnya. Pada pempek sendiri, dia kaya protein. Juga mengandung karbohdrat dan aneka mineral dari ikan yang digunakan. Berdasarkan cukanya, ya mengandung vitamin C dari asam dan cabai yang digunakan. Mau lebih seimbang lagi, ya tinggal tambah irisan ketimun pada cuka kan lengkap ada sayurannya. 

Hasil penelitian organisasi.com terhadap Pempek Palembang menunjukan bahwa dari 100 gram Pempek Palembang mengandung energi sebesar 182 kilokalori, protein 9,2 gram, karbohidrat 27,8 gram, lemak 3,8 gram, kalsium 401 miligram, fosfor 116 miligram dan zat besi 2,4 miligram. Selain itu pempek juga mengandung Vitamin A sebesar 13 IU (International Unit), Vitamin B1 sebesar 0,16 miligram.

Apakah pempek aman ? Ya aman karena dibuat dari bahan lokal yang aman seperti ikanya ikan lokal yang segar seperti ikan gabus, tenggiri, zaman dulu masih banyak Ikan Belida. Tepungnya menggunakan tepung tapioka dan sagu lokal Indonesia. Membuat cukanya dari Gula Aren yang kami sebut Gula Batok Linggau. Apalagi Pengrajin Pempek Palembang sudah mulai dibina oleh Dinas terkait dan Badan Standarisasi Nasional agar membuat Pempek berstandar dan hiegenis dan bersertifikat SNI. 

Meski lengkap jangan pula seharian makan pempek doang hehe. Bisa bosan dan klenger juga.

Pempek hanya salah satu conton makanan dari pangan lokal yang dikembangkan di Palembang dan Sumsel secara umum. Ada banyak pangan lokal lain di daerah sekitar kita yang layak dikembangkan dan dipopulerkan. Kita bisa mengembangkan sumber karbohidrat lain selain beras, misal sagu, ubi, jagung, jewawut, ganyong, gadung yang ada di sekitar kita. Diversifikasi Pangan sudah lama jadi tema di Kementerian Pertanian kita. 

Kita bisa mempopulerkan buah lokal yang ada di sekitar kita ketimbang buah import. Di Palembang Duku lebih disukai ketimbang Apple Washington, ya selain cinta produk lokal karena harga Duku Palembang (tepatnya Duku Komering) lebih murah dibanding Apple Washington. Rasa duku juga lebih disukai dan akrab dengan lidah kami.

Kita bisa lebih memilih bahan-bahan lokal pada bumbu dan bahan tambahan seperti garamnya garam lokal dari madura bukan Himalayan Salt yang mehong itu. Kita bisa menggunakan gula aren atau gula enau lokal ketimbang brown sugar impor.  Faktanya kami di Palembang fanatik menggunakan Gula Batok dari Lubuk Linggau untuk membuat aneka kue dan Cuko Pempek karena lebih pas dan enak.  Tentu saja banyak contoh lain.

Ketika ngopi sudah menjadi lifestyle kaum urban, ayolah pilih kopi lokal kita. Kopi lokal kita malah jauh lebih enak. Di Palembang dan kawasan Sumsel secara umum, ada Kopi Semende, Kopi Robusta Parar Alam yang rasanya gak kalah bersaing. Saya sampai meluangkan waktu khusus loh demi mengkampanyekan gerakan minum Kopi Lokal Kita, ya lewat tulisan. 

Menjadi Locavore

Jika carnivore adalah hewan atau mahluk pengkonsumsi daging-dagingan dan herbivora hewan pengkonsumsi sayurar-sayuran, maka manusia dikenal sebagai omnivore yaitu mahluk pemakan segala. Manusia mengkonsumsi hampir semua jenis makanan untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya. Daging-dagingan iya, sayuran-sayuran dan buah-buahan iya juga. Selain carnivora, herbivora dan omnivora tadi, rupanya ada lagi istilah Locavore. 

 Locavore, kelompok manusia yang mengkonsumsi bahan-bahan local.  Kita konsumsi Pangan lokal di sekitar kita. Gerakan Locavore konon cukup memberikan hasil yang signifikan di Amerika dan Eropa. Bagaimana menjadi Locavore? Caranya sangat mudah, antara lain 

  1. Pilih menu makanan lokal. Tidak ada cara paling ampuh untuk kita membela dan mengembangkan pangan lokal di sekitar kita kecuali dengan keberpihakan kita pada makanan lokal di sekitar kita. Ya pilihlah dan belilah makanan lokal  
  2. Beli bahan-bahan lokal dari pasar tradisional kita, kalaupun harus beli di gerai dan mall pilihlah bahan-bahan lokal
  3. Bila diperlukan dan memungkinkan, tanam sendiri bahan-bahan lokal di halaman kita. Tanam cabai, tanam terong, tanam pisang , selain sehat bisa hemat juga kan. 

Begitulah. Memang gerakan cinta Pangan Lokal itu harus dimulai dari sekarang dan mulai dari yang kecil (salah satu contohnya adalah event menulis Pangan Lokal ini). Mulai dari kita, blogger dan Kompasianer Ketjeh ini.  Ayo jangan ragu kita gaungkan dan kita kampanyekan pangan lokal kita. Locavore atau apapun istilahnya, ayo konsumsi dan cintai Pangan lokal kita.

Salam kompasiana. Salam Kompal selalu. Salam pempek dak becuko apo lemaknyo. Salam Pempek Lenggang.

Sumber Foto: cookpad
Sumber Foto: cookpad
Sumber: 

Kandungan Gizi Pempek Palembang

Pempek Palembang  Berstandar SNI

Menjadi Locavore

#ESTAFET Tim Pempek Lenggang. Tulisan untuk event  Bikin Konten Sambil Mengasah Kerjasama, Siapa Takut

Inilah yel-yel Tim Pempek Lenggang

"Pempek Lenggang oi Pempek Lenggang

Pempek untuk orang tersayang

Pempek Lenggang oi Pempek Lenggang

Makan sikok pastilah Kenyang.."

Tim Pempek Lenggang : Arako, Elly Suryani dan Grant Gloria Kesuma

Sumber Foto : Dok.Kompal
Sumber Foto : Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun