Semoga bukan. Katanya kue-kue itu memang enak sih.
Kemajuan teknologi
Termasuk teknologi pertanian dalam arti luas. Saya masih ingat, zaman saya kecil telor ayam itu termasuk makanan mewah. Jarang bisa mendapat 1 (satu) telor ayam utuh, biasanya separuh. Bawang putih harganya naudzubileh (sehingga zaman itu ibu-ibu kalo masak sangat hemat bawang putih). Sekarang, telor ayam sudah dibudidayakan dengan kemajuan teknologi budidaya peternakan yang pesat. Orang mau bikin kue apa saja yang menggunakan telor ayam ya mudah dicari dan tinggal beli. Dulu, telor ayam budidaya masih jarang. Lebih populer telor itik dan telor ayam kampung yang dipelihara secara tradisional.
Teknologi IT juga memudahkan penyebaran informasi. Termasuk penyebaran kue-kue lama "wah" peninggalan zaman Belanda dulu. Orang mau belajar masak apa, tinggal lihat tutorialnya di youtube. Ada cookpad yang menu apa saja ada, mau menu zaman baheula sampai menu kekinian semua ada. Hiks, saya lihat ada menu Anam, memang beda dengan resep anam ibu saya. Resep pempek kulit ada juga di cookpad, kan. Bahkan di Cookpad ada label khusus kue kering zaman Belanda. Cari saja. Isinya Lapis spekkoek, Kastangel, Spekulas, Jan hagel, dan lain sebagainya yang berisi lebih dari 200 resep, bukan main.
Merebaknya Sosial Media
Sekarang zamannya orang dengan mudah cekrek dan Upload. Orang semangat menunjukkan hasil masakan. Orang juga semangat menunjukkan menu buka puasa. Orang-orang semangat menunjukkan kue lebaran (anak saya bilangnya ini "pamer") yang membuat orang lain tergerak juga membuat kue-kue zaman Belanda yang enak itu sehingga jadi semakin meluas.
Akulturasi dan Asimilasi Budaya.
Ya ambil positifnya saja. Toh ini memperkaya khasanah kuliner Indonesia. Akulturasi dan asimilasi budaya terjadi, termasuk kuliner. Di Belanda sendiri makanan tradisional Indonesia seperti nasi goreng, sate dan gado-gado sampai sekarang begitu populer dan mudah dicari. Ada lagunya kan 😏
Begitulah alasan kue-kue peninggalan Belanda sekarang semakin eksis dan mewabah saat lebaran, natalan, imlek dan hari raya lainnya menurut saya.
Hanya, he, saya tetap setia dengan kue tradisional kesukaan saya, ketan lapik dan keripik yang dibentuk dengan garfu. Ada sih nastar, kue putri salju tapi sekadarnya saja. Biasanya kue-kue ini wah peninggalan Zaman Belanda ini malah tidak ditoleh tamu kami (saya sih suka nastar). Yang disukai wong Plembang saat Sanjo lebaran, Natalan, Imlek, teteup pempek dan aneka turunannya.
Tentu ini pendapat pribadi. Menurut Kompasianer gimana ...?
Salam Kompal. Salam Kompak selalu. Salam Kompasiana. Salam mesra kue lebaran zaman Belanda yang kurang laku di rumah saya dan masih penuh toplesnya. Mumpung semangat, ayo kembali produktif menulis.
Sumber:
1. Kuliner Indonesia yang berasal dari Belanda
2. Pertumbuhan Kelas Menengah Indonesia