Rasanya.... seperti ibu pertiwi mulai bergerak, wew. Maksudnya, dengan banyaknya perempuan mengambil peran, semoga kelestarian lingkungan dan hutan menjadi hal yang cepat tercapai.Â
Katanya perempuan adalah rahim kehidupan, sebuah metafora yang menggambarkan perempuan dan sikap "keibuan" mereka akan membantu penyelamatan lingkungan dan hutan. Harapan saya begitu.
Banyak perubahan terjadi pada bumi kita. Perubahan yang tak bisa dihindari tapi seharusnya bisa kita kendalikan. Sebagaimana Thomas Robert Mathus mengatakan bahwa manusia bertambah menurut deret ukur, sedang bahan makanan bertambah menurut deret hitung. Dua hal yang sangat tidak seimbang yang ditenggarai membuat manusia melakukan eksploitasi terhadap lingkungannya.Â
Kegiatan manusia yang berlebihan menimbulkan peningkatan efek gas rumah kaca. Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim yang akhirnya menimbulkan dampak bencana bagi kehidupan dan tentu saja manusia. Kita memerlukan solusi berupa adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan lingkungan tersebut.
Berdasarkan data The Climate Change Reality Project (TCRP) yang dikemukakan DR.Amanda Katili Niode, Manager TCRP Indonesia, pemanasan global membuat 60 juta manusia mengalami dampak cuaca ekstrim. Di Indonesia, sampai  tahun 2018 ada 2.481 bencana terjadi dan ada 10 juta orang menderita akibat bencana tersebut.Â
Hal tersebut senada dengan paparan DR. Atiek Widayati tentang Pengelolaan Hutan dan Lanskap yang Berkelanjutan. Hutan kita mengalami deforestasi, degradasi dan konversi hutan. Hal lebih parah, mengakibatkan terjadinya bencana kebakaran hutan dan kabut asap juga bencana banjir. Oleh karenanya kita perlu upaya mengembalikan fungsi hutan melalui pengelolaan lanskap berkelanjutan.
Di sisi lain, menurut Ir. Murni Titi Resdiana, masyarakat sekitar hutan juga harus dilibatkan pada pengelolaan kelestarian hutan. Bagaimana menggerakkan ekonomi kreatif yang ramah lingkungan, ekonomi kreatif yang memanfaatkan hasil hutan secara berkelanjutan. Pohon ekonomi kreatif.Â