Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diunggak Ijan, Kiay Kuponah

10 Maret 2019   12:01 Diperbarui: 21 Juli 2019   08:42 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok.Pribadi

Sayangna, sikandua mak nomu versi lama lagu sina. Mih Nomu versi baruna dija.


Terjemahannya:

Alhamdulilah, hari telah terang.  Jadi saya akan bercerita kepada kalian semua. Ya karena Kompal mempunyai agenda "menulis Dengan Bahasa Ibu", jadi  saya ikut meramaikan agenda ini. Bahasa Ibu saya adalah Bahasa Komering, sebab saya orang Komering. 

Laily, gadis cantik dari Dusun Surabaya Komering sedang duduk di tangga rumahnya (rumah di dusun zaman dahulu adalah rumah panggung yang memiliki tangga). 

Wajahnya terang benderang. Persis seperti matahari baru keluar dari peraduannya yang disebut orang dengan "sunrise". Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi, badannya tidak kurus dan tidak pula gemuk.  Pokoknya cantik dan cakeplah. Laily adalah Bunga Desa bagi warga dusun itu. 

Sambil ia duduk di tangga, dari bibirnya Laily bernyanyi,

"Hatiku sedih, sakit didalam hati

Semenjak engkau pergi, tidak pulang juga

Abangku sayang, jangan tidak ingat (jangan lupakan) aku 

Jangan lama, jangan lama kali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun