Musim Durian telah tiba. Tiba-tiba pula, saya ingat fiksi yang pernah saya buat di Kompasiana dan kini entah di mana dengan Judul "Musim Durian Tiba di Kathmandu". Durian, memang punya kekuatan maha asyik eh dahsyat.
Durian (Durio zibethinus) sebagaimana kita tahu disebut  pula King of Fruit adalah buah tropis yang berasal dari Asia Tenggara yang akan selalu muncul meriah pada musimnya yang berbeda-beda antar daerah. Mulai dari Aceh sampai pelosok timur Indonesia akan meriah oleh durian.
Durian di Palembang biasanya akan mulai musim pada akhir tahun sampai Januari. Kalau di Palembang durian Favorit adalah Durian dari Ujan Mas, Muara Enim. Warnanya kuning, sehingga kami sebut durian tembaga, rasanya manis. Durian dari Kikim, Lahat favorit saya juga.Â
Sebab durian pula, kami anggota Kompal telah ngumpul bersama kemarin. Kumpul makan durian di rumah Pak Dues K.Arbain, sedap. Kebetulan pula pak Dues dan tim baru memenangkan BRI Excellence Award 2018.
Begitulah asyiknya di Kompal, kami selalu ada alasan untuk ngumpul dan silaturrahim. Cukup dengan keyword "Pempek" atau "Durian" kami akan ngumpul.
Pertemuan yang syahdu sebab sudah lama tidak bertemu dengan pak Dues yang kami panggil Mangdu karena kesibukkan beliau sebagai Kacab BRI Sarolangun, Jambi. Ruame sebab ada dokter Posma, Pak Edy Susanto, Mas Eko, Ara, Nindy, bikcik Kartika dan suami, tentu saja saya.
Sejujurnya, he, saya agak takut juga dengan Durian. Sebab usia, maka tentu saya harus hati-hati dengan buah ini. Ah saya kan cuma meramaikan, paling icip-icip sedikit. Rencana...
Kenyataan, oh.... Saya mengalami Mabuk Durian alias mabok duren. Hal yang membuat saya diantar pulang oleh dokter Posma. Terima kasih dok.
Kembali ke cerita makan durian bareng Kompal itu. Nah durian yang dibeli pak Dues ini masih dirahasiakan berasal dari mana. Mungkin dari Ujan Mas. Pokoknya duren kata Ara. Gratis pula, hahaha.
Begitu dibuka eh benar durian warna kuning yang masih agak keras tapi sudah matang, pulen, dan manis. Cicip lagi...
Buka durian baru, cicip lagi. Begitu terus hingga tak terasa saya makan durian mungkin sudah 7 biji. Apah....?
Alhasil ada yang berubah dengan suara saya. Badan terasa panas, terutama muka yang jadi memerah. Keringat terus mengucur. Apa ini gejala kebanyakan makan durian ? Entahlah.Â
Memang bagi yang usia dewasa menjelang tua seperti saya harus membatasi makan durian. Juga bagi yang punya penyakit diabetes, mag katanya. Berikut 3 cara asyik makan durian saat musim durian tiba:
1. Pelajari mitos dan fakta seputar buah durian. Mitos soal durian sangat banyak, dari yang disebut pemicu kolesterol sampai bikin gemuk. Padahal kata para dokter tidak. Semua harus dipahami dengan benar. Tinggal cari tips dokter di search engine. Atau konsultasi dengan dokter keluarga.
2. Makan seperlunya. Jangan tegiur dengan aneka rupa durian menggoda di depan mata. Jangan lupa diri. Terutama bagi yang punya penyakit. Misal diabetes, jangan makan lebih dari 3 biji. Yang punya riwayat Magh juga harus hat-hati.Â
3. Siap stamina dan obat. Jika terlanjur makan kebanyakan seperti saya kemarin, ya segera istirahat. Banyak minum air putih dan menjauhi dulu durian sampai siap siap lagi. Jangan kapok, bisa makan durian beberapa hari lagi asal jangan kebanyakan. Bagi yang diabetes rupanya tidak boleh dari 3 biji.
Demikian. Selalu ada cara maha asyik menyikapi banyak hal. Termasuk menyikapi musim durian ini. Silahkan dinikmati asal berhati-hati.
Rugi dong tidak mencicipi durian saat musim durian tiba seperti ini. Bagi yang masih muda, bisa makan banyak. Bagi yang ada penyakit tertentu, usia tinggi ya harus hati-hati. Apa-apa yang berlebihan itu memang tidak baik.Â
Mabuk Durian di atas, he it's true story😊. Terimakasih undangan makan durian bersama Kompal pak Dues K.Arbain. Ditunggu undangan selanjutnya. Selamat juga atas BRI Excellence Award 2018 nya.
Selamat menikmati musim durian kawan. Salam kompak selalu. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Nusantara. Salam manis musim durian.
Sumber: Fakta dan Mitos Kesehatan tentang Durian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H