Mohon tunggu...
Elly Rosiana
Elly Rosiana Mohon Tunggu... -

A simple girl who very love in imagining

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabtu Sore Itu...

10 Oktober 2011   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:08 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tadi siang, waktu Alia ke madrasah ada dua orang laki-laki pake jaket hitam ke warung Alia. Kata Bapaknya Nanda, laki-laki itu membawa ayah Alia ke mobil jeep. Warungnya ditinggal begitu saja."

"Ah????" Alia panik, "Ayah Alia diculik?" Alia langsung panik "Alia janji, kalo Alia ketemu sama penculiknya, Alia bakal pukulin penculiknya sampai menyerah. Alia janji." Ada api di mata Alia, api kemarahan gadis lugu enam tahun.

"Mungkin itu teman ayah Alia. Nanti malam kalau belum pulang baru Alia cari ya." Ibu Nanda mencoba menenangkan Alia.

Nanda keluar dari rumahnya, lalu bergegas pergi ke musholah untuk mengadi. Sepanjang jalan menuju musholah itu, Alia terus berfikir tentang apa yang terjadi dengan ayahnya. Masa iya ayahnya diculik tapi diam saja? Ayah kan jagoan, masa dibawa paksa ga ngelawan? Pikiran itu terus menghantui Alia. Gadis dengan pikirannya yang masih bersih itu terus berfikir tentang ayahnya yang menghilang secara misterius. Rasanya bercampur aduk. Alia sedih, Alia marah, Alia cemas, Alia bingung, Alia kesal, semuanya bercampur jadi satu dalam hati Alia. Ayah Alia kemana? Pertanyaan itu bahkan tak terjawab sampai saat Alia keluar dari musholah. Bergegas untuk kembali ke rumah.

Jam di dinding rumah Dika menunjukkan pukul 19.30, Alia yang lugu itu memutuskan untuk jajan di warung Dika sebelum ia pulang ke rumah.

"Alia, bapak kamu sudah pulang, nak?" Tanya ibu Dika kepada Alia yang sedang sibuk memilih snak yang ia suka. Seketika Alia terhenti.

"Tidak tahu. Memangnya ayah Alia kemana? Kok semua orang pada nanyain ayah? Ayah diculik pake mobil jeep ya, Bu?" Serentetan pertanyaan ingin tahu Alia terlontar dengan mulus.

"Bukan, sayang. Ayah Alia tidak diculik. Tapi..."

"Ayah kamu kan dibawa polisi, itu gara-gara selingkuh sama Lonte depan rumah Dika." Dika memotong kata-kata ibunya. Sebuah kalimat yang benar-benar membuat perasaan Alia hancur saat itu juga. Seketika Alia berlari kencang, butiran hangat turun dari matanya. Deras. Alia terus berlari. Sejuta rasa bercampur dalam hatinya. Alia marah, Alia benci, Alia kesal. Alia terus berlari. Ingin sekali ia meninju Dika yang dengan teganya menghina ayah Alia.

BRUKK!!!!

Alia mendorong pintu rumahnya kencang-kencang. Berharap ia bisa menemukan ayahnya sedang duduk di ruang keluarga bersama bunda yang sedang hamil calon adiknya. Alia ingin sekali mengadukan Dika yang telah menghina ayahnya. Alia kesal. Tapi tak ada Ayah dan Bunda di rumah itu. Masih sepi. Masih sama seperti saat Alia tinggal pergi ke masjid sore tadi. Apa Dika benar? Batin Alia mulai bertanya-tanya. Ia berlari ke warungnya, berharap ayahnya ada di sana bersama bundanya. Tapi sekali lagi harapan gadis lugu itu sirna. Tak ada ayah di sana, hanya ada Bunda. Alia berjalan menghampiri bundanya yang tengah duduk di kursi. Warung itu sepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun