"Jika kau tak ingin kehadiranku, pulanglah"
"Ya kau benar tidak seharusnya aku kesini, tempat ini adalah saksi bisu kebersamaanku dengannya"
Di tengah malam, tiba-tiba aku merasa sangat dingin kutarik selimutku hingga menutup kepalaku. Terdengar suara hujan begitu deras diluar, sesekali suara petir menggelegar ditengahnya, aku tak bisa kembali lelap.Â
Dibalik selimut aku rasakan kehadiran hujan, kunikmati suara air yang berjatuhan itu. Suasana ini, sesungguhnya aku tak menyukainya, kubuka selimutku lalu kunyalakan lampu kamarku dan kakiku mengarahkanku ke jendela memintaku untuk mengintip hujan diuar. Dari sebrang jendela kamarku, ia datang....
"Hai...ini aku..."
"Pergilah Rindu, aku tak memanggilmu dan tak menginginkanmu"
"Maka kau jangan mengingatnya, jika kau tak menginginkan kehadiranku jangan lagi mengingatnya"
"Diam!"
Air mataku mulai menetes, entah kenapa bayang-bayang masalalu itu mengeroyok isi kepalaku seakan-akan mereka memberontak untuk dilepaskan dari sesuatu yang menjerat mereka.
"Biarkanlah aku sejenak" Sapa Rindu
Aku hanya terdiam dan kubiarkan air mataku terus mengalir. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi aku tak sanggup menahannya, tak bisa kulawan lagi, tak bisa kuusir dan kuminta pergi. Pada akhirnya harus kuakui, aku memang merindukannya.