Mohon tunggu...
Ellyana Dwi Farisandy
Ellyana Dwi Farisandy Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Psychologist

Seorang manusia biasa yang berprofesi sebagai Psikolog Klinis—tidak memiliki kemampuan membaca pikiran maupun meramal masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Time Heal All Wounds, Mitos atau Fakta, Ya?

19 Oktober 2020   16:01 Diperbarui: 19 Oktober 2020   16:13 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(2) dampak fisiologis, misalnya: insomnia, merasa lelah, sulit berkonsentrasi, mudah terdistraksi, dan sebagainya; serta (3) dampak perilaku, misalnya: merokok, mengonsumsi alkohol dan/atau obat-obatan terlarang, melakukan self harm, dan sebagainya (SAMHSA, 2014; Robinson, Smith, & Segal, 2020).

TIME WILL HEAL ALL WOUNDS, BENARKAH?

I will say that's a totally a myth! Proses penyembuhan luka memang membutuhkan waktu, namun waktu saja tidak cukup untuk menyembuhkan luka. Mungkin, seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya memudar, namun luka akan tetap adamenunggu kita untuk menyembuhkannya. 

Chantal Kayumba dalam TedxTalk (2019) pernah mengatakan "time doesn't heal you, it's what you do with the time that does!". Waktu adalah passive process, namun healing adalah active process. Kita tidak bisa terus menerus berharap pada waktu untuk menyembuhkan kita. Kita lah yang perlu untuk melakukan sesuatumerawat dan mengobati sehingga luka itu benar-benar mengering dan menjadi bekas luka sehingga ketika kita menyentuhnya, kita tidak akan lagi merasa sakit.

Isaac Newton pernah menjelaskan tentang objek yang bergerak, yang seringkali disebut sebagai Hukum Newton. Terdapat 3 Hukum Newton dan hukum newton pertama dikenal sebagai The Law of Inertia F=0

"Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya" 

That's the point. Trauma akan selalu ada dan bertahan didalam diri kita, kecuali ada equal or even a greater force yang mengubahnya (TedxTalk, 2019). And, the force is us. 

JADI, APA YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MENYEMBUHKAN LUKA?

Healing is a personal journey. Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk bisa merasa pulih. Ada yang melakukan therapy atau counseling, medication, mindfulness, ataupun yang lain. You do you. Do what makes you feel better and calm. 

Berikut ini terdapat beberapa cara yang mungkin dapat diaplikasikan untuk menyembuhkan luka dan/atau trauma:

  • Acknowledge and accept it. Mungkin rasanya akan sangat berat ya untuk menerima pengalaman yang menyakitkan, pun mengakui bahwa kita sedang tidak baik-baik sajabahwa kita sedang terluka. Namun, kita perlu untuk melakukan itu. Menolaknya mungkin akan membuat kita merasa sedikit lebih nyaman, namun mau sampai kapan berpaling dari realita? Hal itu akan semakin menjauhkan kita dari kepulihan.
  • Feel it. Kita perlu untuk menerima segala perasaan yang hadir, entah itu perasaan kecewa, sedih, marah, benci, muak dan apapun itu. Feeling all of negative emotion doesn't make us weak, it makes us a human.
  • Express it. Kita juga dapat mengekspresikan segala perasaan yang muncul dengan cara yang konstruktif. Perasaan perlu untuk diekspresikan sehingga tidak menumpuk di dalam diri. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan menulis, menggambar, menangis, berteriak, pun hal lain yang membuat kita merasa lebih tenang.
  • Identify the cause and pattern. Mulailah mengidentifikasi penyebab luka yang ada dalam psikologis kita, hal-hal yang memicu kilas balik memori itu muncul, serta dampak pada diri sendiri, baik secara emosi, pikiran, maupun perilaku.
  • Reaching out for help. Terkadang, kita tidak perlu menghadapinya sendirian. Kita adalah makhluk sosial, yang juga membutuhkan orang lain. Berceritalah kepada orang yang kita percaya, baik kepada sahabat, teman, keluarga, dan/atau kepada mental health professional.
  • Love yourself. Mulailah untuk memeluk diri sendiri lebih erat. Kurangi self loathing atau kritik berlebihan pada diri sendiri dan mulai lebih mencintai serta berwelas asih terhadap diri.

Prosesnya tentu nggak akan mudah, bahkan mungkin akan menyakitkan. Misalnya: ketika kita patah tulang, kita akan dioperasi. Setelah dioperasi, kita mungkin akan menjalani rehabilitasi, belajar berjalan kembali sampai akhirnya bisa berjalan tanpa bantuan penyangga. Contoh lainnya adalah ketika kita memiliki luka yang sudah sangat bernanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun