Saat guru mengajar di kelas apakah pada saat yang sama murid juga belajar?
Sejatinya kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan saling, kegiatan timbal balik. Namun seringnya adalah guru mengajar dan murid ogah belajar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Dalam Pendidikan Guru penggerak, para calon guru penggerak disadarkan bahwa tak selamanya murid di dalam kelas siap untuk belajar. Kesiapan belajar inilah yang perlu diketahui oleh para guru. Menurut saya sebagai salah satu peserta Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6, program ini sangat baik dan berdampak bagi perubahan iklim pendidikan Indonesia.
Program Pelatihan Guru Penggerak merupakan salah satu program Merdeka Belajar episode 5 yang digadang menjadi pelopor transformasi kepemimpinan sekolah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berharap melalui program guru penggerak, para guru dilatih dan dibekali untuk dapat menjadi pengajar yang berkompeten, calon kepala sekolah dan pengawas sekolah di kemudian hari.
Alur belajar dalam pendidikan guru penggerak dinamakan dengan MERDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari diri; Eksplorasi konsep; Ruang kolaborasi; Demonstrasi kontekstual; Elaborasi pemahaman; Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Dimana pada setiap modul pembelajaran, para calon guru penggerak akan menyelesaikan tiap langkah alur MERDEKA. Alur yang cukup apik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pendidikan guru penggerak, guru diajak untuk merefleksi perannya sebagai seorang guru. Guru menggali lagi teori berpikir tentang hakikat pendidikan. Seperti dikutip dari konsep Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Menurutnya pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.Â
Dengan demikian mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani.
Hal ini juga senada dengan konsep pendidikan menurut John Holt yang menekankan pada pembelajaran yang kritis, konstruktivis, dan pembelajaran nyata. Alternatif yang disuguhkan Holt terhadap sekolah adalah menjadikan sekolah dan ruang kelas sebagai tempat yang di dalamnya setiap anak dapat memuaskan rasa ingin tahunya masing-masing dengan cara mengembangkan kemampuan dan talentanya, mengejar minat-minatnya, dan merasakan keragaman serta kekayaan kehidupan yang begitu besar dari orang-orang dewasa serta anak-anak yang lebih tua di sekitarnya.Â
Sekolah harus menjadi pusat aktivitas intelektual, seni, kreativitas, dan olahraga, di dalamnya setiap anak dapat memperoleh apa yang dia inginkan.
Dewasa ini tantangan pendidikan semakin kompleks dengan luasnya informasi yang mudah diakses oleh murid. Bagai dua sisi mata uang, kecanggihan teknologi ini bisa berdampak positif maupun negatif.
Keluasan dan kemudahan mengakses informasi dalam pembelajaran di kelas tentu akan memudahkan kegiatan pembelajaran. Guru akan mudah menunjukkan contoh contoh yang relevan dengan mengajak para murid berselancar di internet. Namun sisi lainnya, pengaruh negatif juga semakin mudah di jangkau. Hal ini akan membawa dampak bila tidak diimbangi dengan kedewasaan dan kesadaran akan kebutuhan belajar.
Setelah rampungnya program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6 ini, tercatat sebanyak 31.928 Guru Penggerak di Indonesia. Angka yang cukup besar untuk merealisasikan reformasi perubahan paradigma Pendidikan.
Menurut hemat saya, perubahan paradigma berpikir tentang hakikat pendidikan harus tertanam pada setiap orang, bukan hanya pendidik, namun juga murid, orang tua, dan masyarakat. Sehingga perubahan dapat terjadi.
Layar telah terkembang dengan mengedukasi puluhan ribu guru untuk menggerakkan kapal pendidikan Indonesia. Maka layaknya pendidikan kita tidak lagi hanya legalitas ijazah, namun mati hakikatnya dengan lulusan yang dijajah menjadi buruh, tenaga industri, TKI, bahkan sekedar ASN sekalipun.Â
Pendidikan yang memerdekakan harusnya mampu melahirkan mereka yang menciptakan peluang kerja, menjadi penemu teknologi, menjadi penggagas perubahan sosial, menjadi pemimpin yang jauh dari korup. Sejatinya itulah makna belajar, terbebas dari belenggu penjajahan intelektual, sosial, ekonomi. Sekolah haruslah menjadi kawah candradimuka untuk mewujudkan itu semua melalui Program Merdeka Belajar yang digagas pemerintah. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H