Cuaca Surabaya lebih terik dari biasanya. Bukan saja hawa lembab yang lengket tapi juga polutan yang terasa begitu pekat. Sayangnya, pilihan untuk leyeh-leyeh di kost harus pudar sebab demi masa depan, sepuluh gram berlian, dan pelesir keliling dunia (huahahaha), saya harus bergegas ke lokasi Tes CPNS. Setelah diumumkan bahwa saya lolos tahap verifikasi berkas, tahapan yang menanti adalah tes SKD.Â
Untuk wilayah Jatim sendiri, Politeknik Pelayaran dipilih menjadi lokasi. Bertempat di daerah Gunung Anyar, lokasi ini agak sulit ditemukan. Tepat kemarin, saya akhirnya mengikuti tes tersebut. Ada beberapa hal yang saya amati dan rasakan secara langsung.
- Pelarangan Botol Minum Sendiri
Mari kita mulai dari yang negatif. Saya terheran sedemikian dengan pelarangan membawa botol minum sendiri ke area verifikasi. Alhasil botol air mineral berseliweran dan membuat saya begitu miris. Bagi saya aturan ini jelas tidak ramah lingkungan. Saya memahami betul bahwa panitia meminimalisir terjadinya kecurangan melalui aturan itu. Tapi mari kita runut baik-baik.Â
Setelah peserta tiba, kami diinstruksikan untuk meletakkan tas sekaligus melepas perhiasan. Di papan dalam ruangan tercatat "boleh membawa air minum". Alhasil botol air minum warna pink, saya bawa sekalian dengan kartu peserta dan KTP.
Sesampainya di pintu menuju area isolasi, diberi tahu bahwa hanya botol air mineral yang dibolehkan. Rasanya mau marah, tapi berusaha memahami. Setibanya di area isolasi itu segera berjalan proses verifikasi. Dan kami menunggu sekitar satu jam sebelum masuk ke area tes.Â
Menurut saya, botol betul jika dilarang masuk ke area tes, namun pelarangan sebelum ke ruang isolasi saya rasa berlebihan dan tidak tepat sasaran. Toh saat itu juga kami tidak akan melihat soal dalam bentuk apapun. Saya agak kecewa dengan hal ini karena dua hal. Pertama karena saya jadi kehausan. Kedua karena hal itu membuat sampah plastik begitu menumpuk.
- Masalah Lawas: Ngaret
Saya mendapatkan giliran sesi empat untuk tes, namun telah sampai di lokasi saat sesi tiga hendak mulai masuk ruang isolasi. Jika dihitung, keterlambatan sesi tiga sekitar 50 menit. Namun ajaibnya, menuju ke sesi empat hal itu diperbaiki. Memang masih terlambat, namun tidak sampai 50 menit. Maka, apresiasi bagi panitia yang bergegas mengurangi rentang keterlambatan.
- Tidak Adanya Petunjuk Praktis
Petunjuk praktis yang saya maksud adalah papan step by step ketika peserta tiba di lokasi, harus kemana dan ngapain dulu. Memang positifnya hal itu menambah interaksi para peserta yang sebagian besar jelas tidak saling mengenal. Namun hal itu membuat alur terasa membingungkan. Hal tersebut bukan saja sebelum tes namun juga setelah tes.Â
Di samping pintu keluar ruang tes terdapat dua layar komputer yang menampilkan hasil secara real time. Pasti itu adalah hal yang baik, sayangnya failitas serta teknologi itu tidak dibarengi kejelasan yang mumpuni. Misalnya tentang apa perbedaan antara layar satu dan dua. Lalu di layar yang lebih besar terbagi atas tiga kolom, apa beda masing-masingnya. Akhirnya saya dan banyak peserta lain menebak-nebak. Alangkah enaknya jika ada kertas atau petunjuk pembacaan informasi. Toh juga selembar akan cukup kok.
- Instruksi di Ruang Tes yang Mengganggu Pengerjaan Soal
10 menit setelah pin ruang dibagi, seorang petugas dari BKN masih saja berbicara melalui microfone. Sejujurnya ini agak menyebalkan semata karena mengganggu konsentrasi. Memang konten yang dibicarakan kontekstual, yaitu peringatan dan petunjuk teknis. Tapi semua itu seharusnya tuntas dilakukan sebelum tes benar-benar dimulai. Semoga jadi bahan perbaikan.
- Petugas yang Sigap dan ...
Saya senang dengan atmosfer yang dibuat selama menunggu masuk ke ruang tes. Kondisi dibuat santai dengan bapak-bapak yang berdiri memegang mic dan membuat guyonan untuk mencairkan kondisi. Begitu pula dengan kesiapan tenda serta kursi. Walau jelas berpanas ria, kondisi menunggu menjadi tak begitu menyiksa
- Perhatian Khusus Terhadap Ibu Hamil