Jarvish terdiam sejenak, memandang Athena yang jarang sekali menunjukkan sisi lemahnya.
"Kamu tahu, Athena?" Jarvish akhirnya berbicara. "Menurutku, kamu salah satu orang paling positif dan keras kepala yang aku kenal. Kalau kamu gagal, itu bukan akhir. Itu cuma bagian dari perjalanan."
Athena mengangkat kepala, menatap Jarvish. "Kamu serius?"
Jarvish mengangguk. "Kalau aku di posisimu, aku nggak yakin aku bisa sekuat kamu. Jadi, jangan terlalu keras sama dirimu sendiri."
Athena tersenyum tipis. Kata-kata Jarvish selalu punya cara untuk membuatnya merasa lebih baik.
***
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka tetap seperti dulu---dekat, tapi tidak pernah lebih dari sekadar sahabat. Athena mulai menyadari bahwa kehadiran Jarvish dalam hidupnya adalah sesuatu yang tak tergantikan. Sementara Jarvish, meskipun sering terlihat acuh, tahu bahwa Athena adalah bagian penting dalam dunianya.
Pada suatu malam, mereka duduk di teras rumah Jarvish, memandangi bintang.
"Jar, kamu pernah nggak sih kepikiran pindah dari sini?" tanya Athena tiba-tiba.
"Pernah," jawab Jarvish singkat.
Athena menoleh, matanya melebar. "Hah? Serius? Terus aku gimana?"