Tak berapa lama, aku keluar sambil membawakan handphone miliknya dan langsung ku taruh handphone itu di atas meja. Perlahan, aku duduk dihadapannya. Sambil kulihat setiap detail raut wajah yang selalu buatku rindu itu. Kupegang tangannya dan ku usap sepenuh hati, karena aku pikir saat ini yang ia butuhkan hanyalah dukungan dan tempat untuk bersandar, bukan untuk kembali bertengkar. Entah karena apa, ia mulai luluh dan akhirnya menyandarkan kepalanya di pelukanku. Dengan lembut aku usap setiap helai rambutnya sambil berusaha menyemangatinya lagi.
"Udah dong, senyum dulu dong sebelum pulang, kan tadi kita udah ketawa-tawa udah seneng-seneng, masa pulangnya mukanya begitu sih." Tanpa jawaban ia masih menundukkan kepala dan tanganku masih mengusap rambutnya dengan pelan.
"Pulang langsung istirahat yah, makan, mandi terus sholat, baru tidur yah" Ucapku padanya yang disambut dengan sebuah anggukan kepala. Perlahan ia mulai luluh dan tidak lagi termakan emosinya. Aku sadar itu, dan aku peluk ia dengan sangat eratnya, sebagai tanda aku juga bisa merasakan apa yang sedang ia rasakan saat itu.
Tiba-tiba ia angkat kepalanya dan menjauh dari tubuhku, lalu mendekatkan kepalanya tepat di depan wajahku. Dan ciuman itu mendarat tepat di bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan nyaman sekali di bibirku. Perlahan kedua tangannya mulai memegangi wajahku sambil terus menciumi bibirku, tanpa penolakan aku pun terhanyut dalam kenikmatan dunia itu. Sebuah pelukan erat pun akhirnya mendarat di tubuhku sebagai pelengkap indahnya malam itu.
"Udah malem, aku pulang yah." Pintanya padaku sambil tersenyum. Â Tapi sepertinya malam belum berkenan membiarkan ia pergi.
"Yaahh, ujaan, yah ga bisa pulang dong."
"Yauda gih kamu masuk duluan aja, nanti aku juga pulang ko." Memintaku untuk masuk duluan. Tapi seperti biasanya aku pun menolak permintaannya.
"Ga mau ah, masa aku ninggalin orang diluar si." Jawabku padanya.
Akhirnya kami terlarut dalam diam masing-masing. Perlahan kurasakan tangannya mulai memegang erat tanganku. Kutengok wajah itu sedang tersenyum memandangku tanpa penyesalan sudah membentakku sebelumnya.
"Nih, senyum kan, ga marahan kan?" Sambil terus menyunggingkan senyum penuh kepalsuan.
"Halah, iya paling malam ini doang, besok-besok mah ya ga tau deh gimana." Jawabku dengan nada sedikit ketus.