Mohon tunggu...
Ella Safira
Ella Safira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Tanpa Henti: Kendala Orang Tua dari Anak Berkebutuhan Khusus

13 Januari 2025   15:08 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh keluarga dengan anak-anak yang memiliki disabilitas adalah dalam mencari Pendidikan dan pengasuhan anak yang sesuai. Minimnya Unndang-undang di Indonesia yang mebjamin kesejahteraan bagi anak berkebutuhan khusus maupun keluarga dari anak berkebutuhan khusu,  banyak keluarga masih mengalami kesulitan dalam menemukan kesempatan pengasuhan dan pendidikan awal yang tepat untuk anak-anak mereka.

Data dari survei nasional menunjukkan bahwa orang tua dengan anak disabilitas lebih mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan perawatan dibandingkan dengan orang tua dari anak yang tidak memiliki disabilitas. Selain itu, orang tua melaporkan berbagai hambatan, termasuk kurangnya slot yang tersedia, tantangan penjadwalan, dan kekhawatiran tentang kualitas perawatan. Masa awal anak-anak adalah periode penting untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan perilaku. Namun, beberapa anak mungkin mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan harapan, yang dapat mengarah pada diagnosis disabilitas atau keterlambatan. Diperkirakan sekitar 15 persen dari populasi anak-anak di Indonesia memiliki disabilitas.

Krisis Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Orang tua sering kali merasa khawatir tentang pengalaman dan pengetahuan penyedia layanan dalam menangani anak-anak dengan disabilitas. Mereka meragukan apakah penyedia perawatan memiliki keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak mereka. Banyak program pengasuhan anak mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan untuk melakukan modifikasi yang diperlukan untuk mengakomodasi anak-anak dengan disabilitas. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak dengan disabilitas sering kali dikecualikan dari program yang seharusnya inklusif, yang menambah kekhawatiran orang tua tentang apakah anak mereka akan mendapatkan perawatan yang aman dan sesuai.

Ada juga kekhawatiran bahwa jika penyedia layanan tidak memiliki pelatihan yang memadai dalam menangani kebutuhan khusus, hal ini dapat berpotensi menimbulkan risiko bagi keselamatan anak-anak. Orang tua khawatir bahwa anak-anak mereka mungkin tidak mendapatkan perhatian yang tepat atau dapat terpapar pada situasi yang tidak aman. Ketidakpastian mengenai kualitas perawatan dapat menyebabkan stres tambahan bagi orang tua, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka serta anak-anak mereka. Ketidakpastian ini dapat menciptakan lingkungan yang kurang mendukung bagi perkembangan anak. Secara keseluruhan, kekhawatiran ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam pelatihan dan sumber daya untuk penyedia layanan pengasuhan anak agar dapat memberikan perawatan yang berkualitas dan aman bagi anak-anak dengan disabilitas.

Kesejahteraan Orang Tua Anak Berpendidikan Khusus

Faktanya, hasil dari data gabungan (combined sample) dari National Survey of Children's Health (NSCH) antara tahun 2016 hingga 2018 menunjukkan sekitar 18 persen orang tua dari anak-anak dengan disabilitas melaporkan telah membuat pengorbanan karir, seperti meninggalkan pekerjaan, tidak mengambil pekerjaan baru, atau melakukan perubahan signifikan dalam pekerjaan mereka akibat masalah pengasuhan. Ini menunjukkan bahwa orang tua dari anak-anak dengan disabilitas lebih rentan terhadap gangguan karir dibandingkan dengan orang tua dari anak-anak tanpa disabilitas, di mana angka tersebut hanya sekitar 10 persen.

Banyak orang tua melaporkan tingkat stres yang tinggi akibat tantangan dalam mencari pengasuhan yang sesuai dan memenuhi kebutuhan anak mereka. Kecemasan ini sering kali berkaitan dengan kekhawatiran tentang kesehatan dan perkembangan anak, serta kesulitan dalam mengakses layanan yang diperlukan .Banyak orang tua merasa terisolasi karena kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Mereka mungkin merasa sulit untuk terhubung dengan orang lain yang memahami situasi mereka, yang dapat memperburuk perasaan kesepian dan isolasi. Stres yang berkepanjangan dan kelelahan dapat mempengaruhi hubungan dalam keluarga. Beberapa orang tua melaporkan bahwa masalah pengasuhan dan tekanan yang dihadapi dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan pasangan, serta mengganggu interaksi dengan anggota keluarga lainnya.

Undang-Undang di Negara Amerika yang Patut di Adaptasi

Masa pemerintahan Biden telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan melalui proposal anggaran tahun fiskal 2024. Diperkenalkan setiap Kongres sejak 2017, Undang-Undang Perawatan Anak untuk Keluarga Bekerja mendirikan penitipan anak berkualitas tinggi yang terjangkau bagi keluarga dan mengatasi kasus kekurangan penitipan anak berkebutuhan khusus, Penitipan Anak untuk Undang-undang Keluarga Bekerja akan memastikan bahwa keluarga yang bekerja membayar tidak lebih dari 7 persen dari gaji mereka biaya penitipan anak,

Child Care for Working Families Act bertujuan untuk membuat pengasuhan anak lebih dapat diandalkan dan terjangkau bagi semua keluarga. Undang-undang ini diusulkan oleh Senator Patty Murray dan Wakil Bobby Scott dan mencakup investasi signifikan dalam sistem pengasuhan anak. Undang-undang ini mengusulkan untuk meningkatkan pasokan pengasuhan yang dapat diakses dengan mewajibkan negara bagian untuk menggunakan sumber daya untuk memperluas opsi pengasuhan yang inklusif. Ini termasuk menciptakan aliran dana baru untuk menyediakan layanan intervensi dini di lingkungan pengasuhan.

Undang-undang ini juga mencakup ketentuan untuk pendidikan konsumen bagi orang tua, membantu mereka memilih penyedia pengasuhan yang sesuai. Ini bertujuan untuk mengurangi stres yang dialami orang tua, terutama yang baru pertama kali mencari pengasuhan setelah diagnosis anak mereka. Selain itu, undang-undang ini berfokus pada peningkatan kualitas pengasuhan dengan meningkatkan gaji untuk seluruh tenaga kerja pendidikan anak usia dini. Ini bertujuan untuk merekrut dan mempertahankan pendidik yang berkualitas serta memberikan pelatihan khusus tentang perawatan anak-anak dengan disabilitas.

Jika ketentuan-ketentuan undang-undang ini ini diterapkan juga di Indonesia, diharapkan orang tua tidak perlu menarik anak-anak mereka dari pengasuhan untuk menerima layanan yang diperlukan, dan fasilitas pengasuhan dapat ditingkatkan untuk menjadi lebih aksesibel bagi keluarga dengan anak-anak disabilitas. Secara keseluruhan, Child Care for Working Families Act dapat diusulkan di Indonesia sebagai langkah komprehensif untuk memperbaiki sistem pengasuhan anak, memastikan bahwa semua keluarga, termasuk yang memiliki anak dengan disabilitas, memiliki akses ke perawatan yang berkualitas dan terjangkau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun