Dalam tinjauan marketing, dakwah dapat dipandang sebagai produk atau layanan yang "dipasarkan" kepada masyarakat. Gus Miftah memosisikan dirinya sebagai "brand" dengan nilai-nilai:
* Inklusivitas: Humor mencerminkan keterbukaan kepada semua golongan, termasuk yang dianggap jauh dari agama.
* Fleksibilitas: Candaan menunjukkan bahwa agama bisa dikomunikasikan dengan cara-cara yang menyenangkan dan relevan dengan zaman.
Gus Miftah menggunakan humor sebagai bentuk paradoks dalam marketing dakwah, sesuatu yang terlihat sederhana, bahkan tidak serius, tetapi justru mampu menyampaikan pesan mendalam dan menjangkau audiens yang lebih luas. Paradoks ini menjadi kekuatan utama dalam membangun identitas dakwahnya sebagai inklusif, relevan, dan menyenangkan.
Namun perlu menjadi perhatian di tengah gempuran arus informasi keterbukaan saat ini, kita harus siap dalam menghadapi pertentangan maupun kiritik dalam menggunakan metode yang dianggap diluar kaidah masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H