Kegiatan tambang juga tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia, proses penambangan dan pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan partikel-partikel polusi udara yang berbahaya, seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel debu halus. Polusi ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, kardiovaskular, dan penyakit lainnya. Di daerah yang dekat dengan tambang, masyarakat lebih rentan terkena dampak kesehatan ini, terutama dalam menghadapi perubahan iklim yang memperburuk kualitas udara akibat peningkatan suhu dan penurunan hujan.
Ironisnya, perubahan iklim juga memberikan dampak langsung pada operasi penambangan, naiknya suhu global, perubahan pola curah hujan, banjir atau kekeringan ekstrim di area tambang.
Selain itu, kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global juga dapat merusak infrastruktur di daerah pesisir.
Dengan semakin mendesaknya krisis iklim, serta adanya tekanan global untuk beralih dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Industri tambang berada di persimpangan jalan, di mana mereka perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan transisi energi.
Di satu sisi, ada kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan minyak bumi, kemudian di sisi lain, beberapa bahan tambang seperti tembaga, nikel, dan litium sangat penting untuk pengembangan teknologi energi bersih seperti baterai dan panel surya.
Kedepan industri tambang perlu beradaptasi agar bisa mendukung transisi energi ini tanpa terus merusak lingkungan.
Industri tambang memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan iklim, baik melalui emisi gas rumah kaca, deforestasi, maupun pencemaran lingkungan. Namun, di sisi lain, sektor ini juga memegang peran penting dalam menyediakan bahan baku untuk teknologi energi terbarukan yang diperlukan dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon.Â
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, perusahaan tambang, dan masyarakat internasional untuk bekerja sama dalam mengurangi dampak negatif tambang agar iklim tetap stabil, sambil tetap mendukung upaya transisi energi yang berkelanjutan. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H