WHO juga telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif mengatasi malnutrisi. Kandungan kelor kaya akan mineral meliputi kalsium, potasium, zinc, magnesium, besi, dan tembaga. Disertai vitamin beta-karoten dari vitamin A, B, C, D dan E juga terkandung dalam tanaman berdaun mungil ini. Tanaman kelor mendapat julukan The Miracle Tree, Tree for Life, dan Amazing Tree karena seluruh bagian pohon kelor memiliki manfaat luar biasa dan mudah dikembangkan serta tidak memerlukan perawatan intensif.
Banyak ide-ide untuk mengolah daun kelor agar nikmat dikonsumsi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memasukkan daun kelor sebagai bahan pembuatan beragam jenis penganan yang banyak digemari seperti bolu, puding, es krim, nugget dan sebagainya.
Untuk “kaum mageran” yang tidak suka ribet namun masih bisa merasakan nutrisi daun kelor, maka bisa memasak telur dadar dengan membubuhi daun kelor dan bisa juga sekedar dijadikan sayur rebus atau tumisan.
Di Aceh sendiri, tumbuhan kelor biasa dijadikan sebagai pagar alami di perumahan warga yang sewaktu-waktu bisa dipetik untuk dimasak. Olahan yang sering dijumpai di wilayah yang terkenal “daerah modal” ini menjadikan kelor sebagai pelengkap Gulee Rampoe (sayur bening Aceh) yang dipercaya menambah cita rasa “manis” pada kuah sayur. Selain kelor, sayur bening ini dipadukan dengan daun singkong muda, kangkung, jagung manis, kacang panjang, beberapa irisan labu tanah, labu siam, kates dan bunganya serta ditambahkan cabe rawit hijau, belimbing wuluh muda, dan daun jeruk. Seluruh bahan yang telah disiapkan kemudian dipotong sesuai selera lalu direbus dan dibumbui garam. Setelah matang, sayur bening daun kelor siap disajikan. Alternatif mudah dan murah namun bergizi.
Di sisi lainnya di lingkungan sekolah selama ini seperti yang kita ketahui banyak jajanan yang dijual dan digemari anak seperti gorengan dan siomai atau pentol. Sehingga sebagai orang dewasa yang peduli terhadap kesehatan anak karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya maka perlu mengakali pengolahan jajanan yang disukai namun tetap bergizi. Salah satu caranya dengan menggunakan tanaman kelor atau jenis sayuran lain untuk dimasukkan sebagai bahan tambahan pembuatan jajanan tersebut.
Sehingga dalam hal ini, urgensi edukasi terhadap masyarakat mengenai stunting dan gizi buruk diperlukan secara keberlanjutan. Seluruh elemen memiliki peran vital untuk membawa perubahan terhadap generasi yang lebih baik, yang digadang menjadi generasi emas 2045.
- Program Makan Bergizi Gratis sebagai Warning
Pemerintah telah menunjukkan komitmen secara khusus terhadap peningkatan gizi seimbang anak. Namun upaya ini perlu didukung oleh para orang tua di rumah serta lingkungan sekolah, dan yang paling utama kesadaran anak sendiri untuk menjaga kesehatannya sejak dini.
Sehingga edukasi dan pembiasaan perlu dilakukan ditengah gempuran era globalisasi yang berpengaruh terhadap pilihan makanan-makanan siap saji atau fast food yang menggiurkan.
Sajian makanan bergizi di rumah dapat dilakukan dengan mengutamakan masakan dari sayuran yang mudah tumbuh, yang bisa ditanam sendiri di rumah untuk menghemat pengeluaran keluarga, seperti kelor, kangkung, bayam, singkong dan sebagainya yang tidak memerlukan perawatan mahal.
Warga Aceh sendiri, sudah memiliki kebiasaan menanam tanaman untuk masakan rumahan selain yang telah disebutkan di atas juga dilengkapi dengan tanaman serai, pohon kari, pohon belimbing serta jeruk purut sebagai penyedap menu utama masakan Aceh. Ini adalah kebiasaan positif masyarakat yang perlu diapresiasi dan dilestarikan.