Mohon tunggu...
Eliza Yanti
Eliza Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dari sekutil kata, mungkin saja kemudian berubah benih yang menumbuhkan manfaat! Sedang belajar menuangkan tulisan, kritik dan saran sangat diperlukan. terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyalakan Jejak "Pelita" dari Kota Suci, Bid'ahkah?

28 September 2024   02:17 Diperbarui: 28 September 2024   02:17 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 "Pada hari Senin aku dilahirkan, dan pada hari Senin pula wahyu diturunkan kepadaku." (HR. Muslim Hadits no. 1162).

Dari perilaku tersebut, jelas sekali Beliau mengistimewakan hari Senin sebagai wujud peringatan atas kelahirannya dengan cara berpuasa. Dan kaum muslimin memperingatinya dengan cara membaca sejarah kehidupan beliau, melakukan perbuatan terpuji seperti bersedekah, membaca selawat dan lain sebagainya.

Substansi yang perlu diutamakan dari perayaan Maulid Nabi Saw. adalah ekspresi rasa syukur kita sebagai umat muslim atas karunia serta nikmat yang telah dianugerahkan berupa kelahiran Rasul yang mulia, yang telah menjauhkan kita dari sifat-sifat jahiliyah, dan menghidupkan sifat-sifat Islamiyah. Sebagaimana yang kita ketahui, kondisi Masyarakat Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw. hidup dalam kebodohan, tidak mengenal halal dan haram, tidak bisa membedakan benar dan salah. Mereka hidup hanya mengikuti hawa nafsunya.

Dan tentu saja dalam kegiatan semarak Maulid Nabi Saw., juga memperhatikan adab-adab dan aturan yang berlaku sesuai syariat Islam. Aktivitas tersebut tidak boleh menimbulkan maksiat seperti mencampurkan kaum laki-laki dan perempuan dalam satu majelis tanpa tirai pembatas, sehingga terjadi adu pandangan di antara keduanya yang menimbulkan dosa. Sehingga aktivitas ibadah tersebut malah berujung sia-sia karena menambah kemungkaran.

Referensi:

Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani. 2019. Buku Pintar Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi. Yogyakarta: Laksana.

Dra. Udji Asiyah, M.Si. 2016. Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya'ban. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mahmud Syaroni. 2023. Mengenal Asyura dan Maulid Nabi. Semarang: Mutiara Aksara.

M. Syukron Maksum. 2013. Maulid al-Barzanji. Yogyakarta: Media Pressindo.

Neni P. Indrianurdin. 2014. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw. Jakarta Timur. CV Rizky Aditya Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun