Mohon tunggu...
Elizabeth Adelyne
Elizabeth Adelyne Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif S1-Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa aktif S1-Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga yang tertarik dengan dunia Jurnalis serta Public Relations. Saya harapkan kritik dan saran atas setiap penulisan saya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tiktok dan Masalah Eksistensi Diri

24 Mei 2023   09:18 Diperbarui: 25 Mei 2023   20:37 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TikTok (antonbe via tekno.kompas.com)

Perkembangan teknologi di bidang komunikasi membawa manusia memasuki era dimana siapapun dapat mengakses segala informasi dari mana saja dan kapan saja. 

Teknologi komunikasi sangat melekat di kehidupan setiap manusia, karena teknologi tersebut menyediakan cara yang lebih baik dalam berinteraksi, mendapatkan informasi, belajar, hingga membangun sebuah jaringan. Salah satu hasil dari kemajuan teknologi komunikasi adalah media sosial.

Media Sosial (social media) adalah platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan sosialisasi satu sama lain secara online tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. 

Saat ini, terdapat banyak jenis-jenis platform media sosial seperti YouTube, Twitter, Facebook, Snapchat, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya. Setiap media sosial memiliki ciri khas tertentu karena menawarkan fitur yang berbeda-beda dan platform media sosial tersebut terus berkembang mengikuti perubahan zaman.

Tentunya media sosial memiliki dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang dulunya orang "biasa" dapat menjadi "terkenal" hanya dalam sekejap mata, begitu pula sebaliknya. Jika kita mampu memanfaatkan media sosial dengan baik, banyak sekali manfaat yang bisa didapat, seperti sebagai sarana perdagangan, mencari relasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagainya. 

Namun, jika kita yang menjadi korban dari media sosial baik secara langsung maupun tidak langsung, maka akan menciptakan beberapa kerugian seperti kecanduan, kesulitan bergaul di dunia nyata, autis, dan lain-lainnya. Tak hanya itu saja, media sosial juga menjadi tempat yang paling banyak digunakan untuk bereksistensi diri. 

Eksistensi diri menjelaskan upaya manusia untuk memahami makna sebuah kehidupan menggunakan pemahaman tentang diri sendiri, yang seharusnya menjadi sebuah ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain. 

Dalam pelaksanaan eksistensi diri, seseorang ini perlu mendapatkan sebuah respon dari orang lain terkait hasil kerja atau sebuah performa untuk membuktikan bahwa keberadaannya diakui oleh orang lain. Salah satu platform media sosial yang kerap dipakai untuk mengekspresikan diri adalah aplikasi TikTok. 

Dibuat oleh : Elizabeth Adelyne Putri
Dibuat oleh : Elizabeth Adelyne Putri

TikTok merupakan sebuah platform video pendek yang dibuat dengan durasi 15 detik atau lebih, dikenal sebagai konten TikTok. 

Banyak individu yang mengekspresikan diri mereka lewat TikTok hanya untuk diakui atau menunjukkan eksistensi diri mereka. Tentunya, platform satu ini sangat cocok untuk menunjukkan eksistensi diri mereka, lantaran selalu dibicarakan oleh berbagai kalangan usia, dari yang muda hingga yang tua, sehingga akan banyak respon yang didapat, baik respon negatif maupun respon positif.

Masalah Eksistensi Diri

Seiring berjalannya waktu, kebebasan yang ada di aplikasi TikTok ini sering disikapi dengan tidak bijak. Banyak individu yang memperlihatkan keberadaannya secara tidak tepat, yaitu dengan menampilkan citra diri yang terkesan aneh dan melanggar norma serta nilai yang berlaku di masyarakat. 

Tujuannya hanyalah untuk menarik perhatian orang lain dan meningkatkan eksistensinya. Beberapa contoh tindakan tersebut adalah menari dengan pakaian yang tidak pantas, konten dewasa atau pornografi yang tidak sesuai untuk anak-anak, konten kekerasan, perilaku bullying, dan konten yang membahas tentang kegalauan yang membuat penontonnya melakukan self-diagnosis. Meskipun konten tersebut kurang pantas, namun banyak orang yang tetap menggemari konten tersebut.

Mengapa Bisa?

Konten-konten yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial di Indonesia selalu populer di kalangan banyak orang karena masyarakat Indonesia cenderung untuk mengejek atau merendahkan isi konten tersebut, bahkan mereka tidak menyadari kurangnya pemahaman akan nilai-nilai tersebut. 

Hal ini menyebabkan penggemar konten akan terus menonton dan mengikuti konten-konten tersebut, sehingga para pembuat konten akan terus membuat konten serupa karena dapat menciptakan sensasi yang membuat mereka merasa mendapatkan sebuah "panggung" untuk eksistensi diri.

Dampak Eksistensi Diri Negatif

Konten-konten TikTok yang menciptakan eksistensi diri secara negatif sangat berdampak bagi para penikmat atau penontonnya. Berikut beberapa dampak dari eksistensi diri negatif.

1. Sikap Anonimitas

Dalam berinteraksi dalam dunia digital, manusia dapat melepaskan sisi-sisi agresifnya tanpa harus bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya. Sehingga fenomena cyberbullying terus terjadi yang menyebabkan banyak yang menderita penyakit mental seperti depresi, kecemasan, anxiety, dan lain sebagainya.

2. Sikap Hiperrealitas

Akibat banyaknya pencitraan diri secara fiksi yang ditampilkan melalui video, kata-kata, maupun gambar, hal tersebut dapat membuat manusia berpikiran sempit dan terjebak dalam pemikiran diri sendiri sehingga mereka tidak dapat membedakan antara mana yang nyata dengan mana yang hanya pencitraan semata.

3. Sikap Narsistik

Dengan adanya sikap tidak ingin kalah yang dimiliki seseorang, maka orang tersebut akan melakukan berbagai cara agar eksistensi dirinya tetap diakui. Salah satunya yaitu dengan cara narsis yang berlebihan yang dimana ia selalu ingin diperhatikan, mudah iri, merasa dirinya paling hebat, dan sulit menerima kritik dari orang lain.

Cara Mengatasi

Setelah mengetahui beberapa dampak negatif dari eksistensi diri, pastinya terdapat beberapa solusi untuk menghindari perilaku negatif tersebut, antara lain,

1. Pengawasan Orang Tua

Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka, baik dari usia dini hingga usia remaja, untuk menggunakan handphone dan mengakses informasi tanpa pengawasan dapat berdampak buruk. 

Orang tua sering merasa lelah dengan tanggung jawab keluarga kecil mereka, namun mereka harus ingat bahwa anak-anak mereka membutuhkan pendidikan karakter dan pengawasan dalam mengakses media sosial. 

Jika orang tua membiarkan anak-anak mereka mengakses informasi tanpa pengawasan yang tepat, maka di masa depan orang tua akan menghadapi kesulitan saat anak mereka menunjukkan perilaku seksual dan perilaku norma yang tidak pantas.

2. Memberikan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangat penting untuk anak-anak dan remaja. Pendidikan karakter dapat diberikan melalui keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. 

Dengan memberikan pendidikan karakter, setiap individu dapat membentuk dan memperkuat kepribadian mereka, serta melatih diri secara mental dan moral untuk mencegah berperilaku yang berakhlak buruk.

3. Kontrol Diri

Banyak masalah dalam kehidupan seringkali terjadi karena kurangnya kemampuan individu untuk mengendalikan diri. Salah satu contohnya adalah perilaku yang berlebihan dan tidak pantas dalam membagikan informasi pribadi di media sosial. Seharusnya, kemampuan untuk mengontrol diri meningkat seiring bertambahnya usia. 

Ketika kita dapat mengendalikan diri dari godaan luar maupun dalam, kita dapat bertindak dan bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia.

4. Selektif Saat Menggunakan Media Sosial

Konten yang ada di dalam media sosial menjadi faktor yang penting dalam menentukan eksistensi diri. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat menikmati dan menciptakan setiap konten yang terdapat di media sosial. 

Jauhi konten yang mendorong perilaku seksual yang menyimpang hingga konten yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat Indonesia.

Dengan pemaparan yang telah saya berikan, semoga kita semua dapat sadar bahwa kita harus lebih bijak dalam penggunaan teknologi komunikasi, terutama pada kalangan usia remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun