Banyak individu yang mengekspresikan diri mereka lewat TikTok hanya untuk diakui atau menunjukkan eksistensi diri mereka. Tentunya, platform satu ini sangat cocok untuk menunjukkan eksistensi diri mereka, lantaran selalu dibicarakan oleh berbagai kalangan usia, dari yang muda hingga yang tua, sehingga akan banyak respon yang didapat, baik respon negatif maupun respon positif.
Masalah Eksistensi Diri
Seiring berjalannya waktu, kebebasan yang ada di aplikasi TikTok ini sering disikapi dengan tidak bijak. Banyak individu yang memperlihatkan keberadaannya secara tidak tepat, yaitu dengan menampilkan citra diri yang terkesan aneh dan melanggar norma serta nilai yang berlaku di masyarakat.Â
Tujuannya hanyalah untuk menarik perhatian orang lain dan meningkatkan eksistensinya. Beberapa contoh tindakan tersebut adalah menari dengan pakaian yang tidak pantas, konten dewasa atau pornografi yang tidak sesuai untuk anak-anak, konten kekerasan, perilaku bullying, dan konten yang membahas tentang kegalauan yang membuat penontonnya melakukan self-diagnosis. Meskipun konten tersebut kurang pantas, namun banyak orang yang tetap menggemari konten tersebut.
Mengapa Bisa?
Konten-konten yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial di Indonesia selalu populer di kalangan banyak orang karena masyarakat Indonesia cenderung untuk mengejek atau merendahkan isi konten tersebut, bahkan mereka tidak menyadari kurangnya pemahaman akan nilai-nilai tersebut.Â
Hal ini menyebabkan penggemar konten akan terus menonton dan mengikuti konten-konten tersebut, sehingga para pembuat konten akan terus membuat konten serupa karena dapat menciptakan sensasi yang membuat mereka merasa mendapatkan sebuah "panggung" untuk eksistensi diri.
Dampak Eksistensi Diri Negatif
Konten-konten TikTok yang menciptakan eksistensi diri secara negatif sangat berdampak bagi para penikmat atau penontonnya. Berikut beberapa dampak dari eksistensi diri negatif.
1. Sikap Anonimitas
Dalam berinteraksi dalam dunia digital, manusia dapat melepaskan sisi-sisi agresifnya tanpa harus bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya. Sehingga fenomena cyberbullying terus terjadi yang menyebabkan banyak yang menderita penyakit mental seperti depresi, kecemasan, anxiety, dan lain sebagainya.
2. Sikap Hiperrealitas
Akibat banyaknya pencitraan diri secara fiksi yang ditampilkan melalui video, kata-kata, maupun gambar, hal tersebut dapat membuat manusia berpikiran sempit dan terjebak dalam pemikiran diri sendiri sehingga mereka tidak dapat membedakan antara mana yang nyata dengan mana yang hanya pencitraan semata.
3. Sikap Narsistik
Dengan adanya sikap tidak ingin kalah yang dimiliki seseorang, maka orang tersebut akan melakukan berbagai cara agar eksistensi dirinya tetap diakui. Salah satunya yaitu dengan cara narsis yang berlebihan yang dimana ia selalu ingin diperhatikan, mudah iri, merasa dirinya paling hebat, dan sulit menerima kritik dari orang lain.
Cara Mengatasi
Setelah mengetahui beberapa dampak negatif dari eksistensi diri, pastinya terdapat beberapa solusi untuk menghindari perilaku negatif tersebut, antara lain,
1. Pengawasan Orang Tua
Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka, baik dari usia dini hingga usia remaja, untuk menggunakan handphone dan mengakses informasi tanpa pengawasan dapat berdampak buruk.Â