Mohon tunggu...
Eliyani
Eliyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\nhttp://elysta-simplewish.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka?

12 Agustus 2016   20:23 Diperbarui: 12 Agustus 2016   20:34 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

🍃


:di tangannya

Ingin disajikannya jamuan tropis dipekarangan

lengkap dengan rumah pohon dan tangga tempat gereja kecil berbincang

tentang hukum alam dengan bukit hijau sebagai sajadah saat matahari bertasbih menegur nurani.

Ada lentera dari kunang menggantungi pohon kenang ketika malam rebah pada selimut lumut

 

:dikeningnya

Masih lekat sekuat ikatikat bambu Utuh seteduh ingatan

pada saung saung ladang di pedesaan

 

:di matanya

Paru dunia mengelupas

Seperih duri yang menyayat lengannya ketika mengibas
sebuah golok rompal menggorok leher rumput liar.

Seberang burung dan berang-berang membaui asap

mengepul dari kepekaan tumpul.

 

Roda truk pengeruk memudarkan motif batik pada telur cortunix cortunix

Deru mesin kerap membuat sapi terpeleset ngeri dalam lenguh keluh

sebab rumput yang disalaminya serta merta menjadi gurun pasir.

"Oh yang benar saja, aku bukan onta yang digariskan takdir bertahan bertahun tahun digurun"

Umpatnya sambil memuntahkan debu yang dinasabkan nasibnya oleh nisbi

Lambungnya menimbun cemas pada peti kemas

 

Sungai mengalir hanyalah perhentian gabus mengungsi

sebelum kalah saing dengan ikan sapu dan limbah besi

 

Kemudian dari matanya awan putih terbang

melewati

beranda seperti kepergian belibis eksotis melarikan diri pada

pergantian musim

Lalu mengabarkan pada anak gerimis,

tak ada lagi ranting yang ikhlas mengais.

 

Selamat menikmati jamuan seadanya, Tuan, Nyonya dan balita.

Hanya ada seduh peluh dan pasir tanpa gula

Bawalah bekal akal dan sekotak akhlak

Mungkin lusa kita dibangunkan dalam wujud berbeda

Bukan! Bukan reinkarnasi menjadi peri penikmat teh melati

Bisa jadi...

Kita terlahir menjadi robot industri yang merenta dengan modernisasi

 

Sudah merasa merdeka di tanah sendiri?

🍃

 

Eliyani LinKaRan, Agustus, bukan di tahun 1945

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun