Mohon tunggu...
Elis Shofiyatin
Elis Shofiyatin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

seorang ibu rumah tangga dengan lima orang anak http://sariberitacoco.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sejuta Cerita Hitam Putih Avanza

18 Desember 2013   11:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Putih Avanza adalah kendaraan roda empat yang pertama kali kami kenal dekat bersama keluarga. Bersama si Avanza berpelat nomor satu lima empat lima ini, kami dibawa berjalan-jalan mulai keliling Surabaya sampai mudik lebaran, menghadiri reuni SMP, SMA, hingga RMA, serta ragam urusan kantor dan keluarga.

Dengan kehadiran si Putih, kami mulai lebih leluasa untuk berkendara, karena tidak lagi repot-repot telepon taksi untuk membawa kami ke acara keluarga. Itu pun masih harus berdesak-desakan. Maklum, kami termasuk keluarga besar, Saya, Suami, dan lima orang anak. Bisa dibayangkan kan, bagaimana kami harus mengatur duduk kami di dalam taksi.

[caption id="attachment_284630" align="aligncenter" width="500" caption="Ceria Bersama (doc. Pribadi, Pic by Admin, Lok. Jombang)"][/caption]

Nah, dengan adanya si Putih yang lapang, kami bisa jalan-jalan bareng. Mulai dari jalan-jalan di dalam kota sampai di luar kota. Mulai sekedar meluangkan waktu bersama, sampai acara keluarga besar kami. Yupps, dengan si Putih ini kami jadi bisa menikmati waktu bersama-sama. Dan, setiap hari libur, anak-anak pasti minta diajak keluar, setidaknya hanya untuk menikmati segarnya udara di luar, walau hanya satu atau dua jam. Entah itu ke pantai, ke taman kota, atau ke hutan kota. Atau bahkan untuk sekedar makan di luar mencari sensasi lidah dan rasa.

Selama bersama-sama si Putih, kami sering rasan-rasan mengenai si Putih. Mulai dari kelapangan interiornya sampai hemat BBM nya, dan bahkan suspensinya. Betapa tidak, dengan Si Putih, saya bisa duduk di bangku depan berdua suami, empat putri kecil kami memilih duduk bersama di bangku tengah, dan si sulung duduk di bangku belakang. Tahu nggak yang dilakukannya di bangku belakang. Kalau nggak main laptop, handphone, ya tidur.

Terkait hemat BBM nya, kami sudah membuktikannya dan mnegakuinya. Ini ada satu cerita waktu perjalanan ke Lamongan, dan suami kelupaan mengisi BBM. Awalnya berencana mengisi BBM di daerah dekat-dekat Lamongan saja agar nanti bisa lebih tahan lama, karena kami berencana menginap. Nah, ternyata sepanjang perjalanan kelupaan, hingga sampai di desa kami yang terpelosok. Dengan cadangan BBM yang menipis, ternyata kami masih bisa mengajak jalan-jalan anak-anak ke tempat-tempat yang bisa dikunjungi, seperti gua kecil di dusun sebelah dan membeli es krim di desa tetangga. Maklum, desa kami masih sangat terpelosok.

Hingga akhirnya kami masih bisa keluar dari desa kami untuk kembali ke Surabaya. Waktu itu, kami membeli BBM di kota kecamatan yang berjarak sekitar 7 Kilometer dari desa. Bisa dibayangkan, begitu keluar dari desa, maka jalanan yang kami lalui adalah jalanan berbatu dan di sisi kiri kanan hutan-hutan kecil, dan sesawahan.

Karena itu, begitu sampai di kota kecamatan, tujuan kami adalah tempat pengisian BBM. Dan, setelah itu meluncurlah kami ke Surabaya.

Cerita lainnya bersama si Putih adalah ketika mudik lebaran kemarin, di mana kami harus berbagi dengan keluarga adik yang mudik ke Gresik. Nah, saat mudik ke Lamongan, kami mengajak keluarga adik kami yang kebetulan memiliki anak berusia 6 bulan dan dua anak remaja. Daripada naik sepeda motor atau naik angkutan, kasihan si kecil. Akhirnya, si Putih harus mengangkut kami bertujuh dan ditambah lima anggota keluarga adik. Wih, berduabelas orang kami menikmasti perjalanan mudik. Belum lagi bawaan kami, mulai pakaian, makanan ringan, toilettes, dan saya dan si sulung juga bawa laptop yang harus dijaga agar tidak tertindih. Alhamdulillah, sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan yang menghambat. Dan kami pun bisa menikmati liburan lebaran di desa kami.

Bukan hanya sampai di situ, setelah mudik ke Lamongan, kami langsung mudik ke Blitar. Pastinya, kami harus pula menghampiri adik kami yang di Gresik agar bisa bersama-sama berangkat ke Blitar, desa suami.

Nah, kami berangkat dari desa pukul tujuh pagi dan terjebak macet di Duduk Sampean, Gresik, sampai kisaran pukul sepuluh. Setelah menghampiri adik dan anggota keluarganya, kembali si Putih harus membawa kami berdua belas menuju Blitar. Perjalanan kami lalui dengan lancar, hingga akhirnya kami terjebak kemacetan di Lawang, Singosari, Malang.

Sebuah kemacetan yang panjang dan berat. Beruntung, si Putih menyediakan AC yang mendinginkan udara di salam mobil, sehingga si kecil pun turut menikmati perjalanan tanpa rewel. Juga ada media yang mengalunkan musik pilihan, sehingga suami yang memegang setir tetap terjaga sambil bersenandung.

Anak-anak pun menikmati aktivitasnya masing-masing. Ada yang jeprat-jepret mengambil gambar sepanjang perjalanan, ada yang main game via handphone, ada yang sms an, ada yang bertelepon ria, dan pastinya ada yang tidur.

Kemacetan yang panjang dan berat tersebut berlangsung sampai di wilayah Blitar. Bahkan kami harus tersesat, karena hari sudah mulai gelap dan ada pengalihan jalan, sehingga sulit untuk mengenali jalan ytang sudah lama tidak kami lalui. Maklum, sudah sekitar sembilan tahunan kami tidak mudik ke Blitar.

Hingga akhirnya, si Avanza Putih bisa membawa kami memasuki wilayah yang kami kenal. Hhh ... Saking capeknya, kami memutuskan untuk singgah di sebuah warteg. Di sini kami menikmati keunikan sajian dan cara memasak makanannya yang masih menggunakan anglo. Tungku yang terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar arang.

[caption id="attachment_284627" align="alignleft" width="300" caption="Istirahat Setelah Seharian Terjebak Macet Bersama si Putih (doc. Pribadi, Pic by Admin, Lok. Blitar)"]

13873486892005853989
13873486892005853989
[/caption]

Sambil meluruskan tulang punggung dan kaki, kami menikmati sajian yang diolah secara tradisional tersebut. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke desa suami yang juga berada di pelosok, melalui jalan yang tidak rata dengan pepohonan di sisi kiri dan kanan. Dan pastinya, menerobos kegelapan.

Setelah membawa kami dalam perjalanan lebih dari 12 jam (kami tiba di desa sekitar pukul setengah sembilan an malam) menuju desa yang benar-benar masih alami, si Putih pun masuk ke halaman rumah saudara kami di desa. Dengan segala kesegaran udara, keindahan alamnya, kehangatan persaudaraan, keaslian dan keunikannya.

Dan, ragam perjalanan keluarga telah kami lalui dengan si Putih.

Hingga akhirnya, dengan berbekal pengalaman bersama si Putih, yang irit, longgar, dan suspensi yang telah kami hafal kenyamanannya, beberapa bulan yang lalu suami memutuskan untuk membeli Avanza berwana hitam yang elegan. Si Hitam yang berpelat nomor satu dua tiga empat ini juga melesat menemani perjalanan kami baik di luar maupun di dalam kota.

[caption id="attachment_284622" align="aligncenter" width="300" caption="Si Hitam dan Si Putih (doc. Pribadi, Pic by Admin, Lok.  Surabaya)"]

1387348327287634335
1387348327287634335
[/caption]

Jika si Putih hanya menyediakan radio dan CD Room, si Hitam menyediakan multimedia yang lebih lengkap, sehingga anak-anak bisa mendengarkan sekaligus menyaksikan lagu beserta video klipnya. Anak-anak juga bisa menyaksikan film kesukaan sepanjang perjalanan, nonton TV, dan tetap bisa mendengarkan siaran lalu lintas via radio. Intinya, si Hitam membuat perjalanan semakin ceria.

[caption id="attachment_284629" align="aligncenter" width="442" caption="Lapang untuk Keluarga ...."]

1387348785479724026
1387348785479724026
[/caption]

Perkara hemat BBM dan kelapangan, serta suspensi? Jangan ditanya lagi. Si Hitam tetap memberi kami keleluasaan dan kenyamanan perjalanan. Dan, kami telah membuktikannya dengan mengajak si Hitam meluncur ke desa kami yang jalannya masih berbatu, dan dikelilingi hutan serta persawahan.

Terimakasih Putih, terimakasih Hitam, terimakasih Toyota Avanza ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun