Sebuah kemacetan yang panjang dan berat. Beruntung, si Putih menyediakan AC yang mendinginkan udara di salam mobil, sehingga si kecil pun turut menikmati perjalanan tanpa rewel. Juga ada media yang mengalunkan musik pilihan, sehingga suami yang memegang setir tetap terjaga sambil bersenandung.
Anak-anak pun menikmati aktivitasnya masing-masing. Ada yang jeprat-jepret mengambil gambar sepanjang perjalanan, ada yang main game via handphone, ada yang sms an, ada yang bertelepon ria, dan pastinya ada yang tidur.
Kemacetan yang panjang dan berat tersebut berlangsung sampai di wilayah Blitar. Bahkan kami harus tersesat, karena hari sudah mulai gelap dan ada pengalihan jalan, sehingga sulit untuk mengenali jalan ytang sudah lama tidak kami lalui. Maklum, sudah sekitar sembilan tahunan kami tidak mudik ke Blitar.
Hingga akhirnya, si Avanza Putih bisa membawa kami memasuki wilayah yang kami kenal. Hhh ... Saking capeknya, kami memutuskan untuk singgah di sebuah warteg. Di sini kami menikmati keunikan sajian dan cara memasak makanannya yang masih menggunakan anglo. Tungku yang terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar arang.
[caption id="attachment_284627" align="alignleft" width="300" caption="Istirahat Setelah Seharian Terjebak Macet Bersama si Putih (doc. Pribadi, Pic by Admin, Lok. Blitar)"]
Sambil meluruskan tulang punggung dan kaki, kami menikmati sajian yang diolah secara tradisional tersebut. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke desa suami yang juga berada di pelosok, melalui jalan yang tidak rata dengan pepohonan di sisi kiri dan kanan. Dan pastinya, menerobos kegelapan.
Setelah membawa kami dalam perjalanan lebih dari 12 jam (kami tiba di desa sekitar pukul setengah sembilan an malam) menuju desa yang benar-benar masih alami, si Putih pun masuk ke halaman rumah saudara kami di desa. Dengan segala kesegaran udara, keindahan alamnya, kehangatan persaudaraan, keaslian dan keunikannya.
Dan, ragam perjalanan keluarga telah kami lalui dengan si Putih.
Hingga akhirnya, dengan berbekal pengalaman bersama si Putih, yang irit, longgar, dan suspensi yang telah kami hafal kenyamanannya, beberapa bulan yang lalu suami memutuskan untuk membeli Avanza berwana hitam yang elegan. Si Hitam yang berpelat nomor satu dua tiga empat ini juga melesat menemani perjalanan kami baik di luar maupun di dalam kota.
[caption id="attachment_284622" align="aligncenter" width="300" caption="Si Hitam dan Si Putih (doc. Pribadi, Pic by Admin, Lok. Surabaya)"]
Jika si Putih hanya menyediakan radio dan CD Room, si Hitam menyediakan multimedia yang lebih lengkap, sehingga anak-anak bisa mendengarkan sekaligus menyaksikan lagu beserta video klipnya. Anak-anak juga bisa menyaksikan film kesukaan sepanjang perjalanan, nonton TV, dan tetap bisa mendengarkan siaran lalu lintas via radio. Intinya, si Hitam membuat perjalanan semakin ceria.