Saya diberi tahu bahwa ayahnya menonton video tersebut dan sempat menyatakan rasa terima kasih dengan mengacungkan jempolnya.
Sayangnya, beberapa hari kemudian, saya menerima surel berikutnya yang mengabarkan bahwa beliau telah meninggal dunia. Beliau menghembuskan napas terakhir sambil menggenggam tangan sang istri.
Hati saya hancur, air mata mengalir.
Betapa besarnya kehilangan yang dirasakan oleh keluarga.
Terlalu cepat mereka kehilangan seorang suami dan ayah.
Namun, sungguh mengejutkan mendengar Yesus berkata bahwa justru orang-orang yang berduka itulah yang berbahagia. "Berbahagialah orang yang berdukacita," (Matius 5:4).
Yesus tidak mengatakan bahwa penderitaan dan dukacita itu baik, melainkan bahwa belas kasihan dan kebaikan Allah dicurahkan ke atas mereka yang paling membutuhkannya.
Mereka yang diliputi rasa duka karena kematian atau bahkan karena dosa mereka sendiri adalah yang paling membutuhkan perhatian dan penghiburan Allah.
Kepada merekalah Yesus berjanji, "mereka akan dihibur" (ayat 4).
Allah menghampiri kita, anak-anak-Nya yang terkasih, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (ayat 9).
Dia menghadirkan kebahagiaan dalam air mata kita.