Mohon tunggu...
Retno Dwi
Retno Dwi Mohon Tunggu... wiraswasta -

belajar menulis\r\nhttp://schifachikomi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Meta Kalbu

28 Mei 2015   02:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

berpuluh-puluh tahun yang lalu. engkau datang ke tempat yang sama sekali tak kau bayangkan akan kau jejaki

tetesan kerinduan akan kasih sayang ikatan darah tak kau hiraukan demi sebuah kewajiban

perlahan-lahan kau mulai rajut persahabatan dengan setiap orang yang kau temui.

kesamaan yang dilakukan atau kesamaan wacana yang akan didiskusikan membuatmu semakin merasa ingin terus memandang indah tempat itu

musim berganti musim. entah berapa mentari telah kau habiskan di tempat yang jauh dari cinta orang yang kau sayangi

pertemuan demi pertemuan telah terjadi, dan kau mulai merasakan adanya kenyamanan ikatan dengan seseorang yang kau anggap masa depan

kau rangkai senyum dan tangis bahagia bersamanya

kau langkahkan kaki mengikutinya

membangun tawa bersama orang yang menjadi buah hati kalian

saat lahan padi berganti menjadi tempat berdirinya sang beton

seseorang yang menjagamu kembali ke rumah abadinya..

kau merasa kehilangan, hanya harapan dari sang senyum kecil membuatmu bertahan

kau kuatkan hati dari kesepian

kau bangun ketangguhan di dalam kesedihanmu

kau buka jalan untuk kaki kecil itu

saat kau mulai merasa sudah menerima keadaan

satu persatu persahabatan itu mulai meninggalakanmu dan kembali ke rumahnya

bertemu dengan sesorang yang kau cintai

sempat kau ingin bersamanya, kau pernah bertanya kapan waktuku akan bersama seseorang tersebut

tapi mentari pagi selalu membangunkanmu dalam harapan

dan memulai keadaan yang sama seperti sebelumnya

goresan garis dalam wajahmu, tak mampu menutupi bahwa kau sudah mulai terluka

warna kulitmu tak mampu menyembunyikan bahwa kau mulai merindukan semua persahabatan itu

bertahan dan bertahan, hanya itu yang bisa di doakan oleh kaki kecil ini

tersenyum dan tersenyumlah meskipun senyum kecil ini belum bisa memberi senyum yang kau banggakan

teruskah memandang keluar jendela itu, teruslah menatap harapan

karna kaki kecil inipun sudah mulai merasakan yang sama sepertimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun