Pelecehan seksual bukan juga karena korban berpakaian minim/seksi/terkesan mengundang untuk diganggu. Saya TEGASKAN pakaian seseorang sekalipun seksi dan minum TIDAK OTOMATIS membuat pemakainya BOLEH DILECEHKAN. Cara berpakaian dan tubuh seseorang adalah hak individual.Â
Korban pelecehan seksual saat ini terjadi pada laki-laki dan perempuan. Walau pelaku pelecehan seksual masih kebanyakan laki-laki. Bukan berarti pelaku pelecehan perempuan tidak ada. Saya belum punya datanya. Tapi tulisan ini tidak menyoroti gender pelaku pelecehan seksual. Tulisan ini lebih menekan pada perlunya pelecehan seksual DILAWAN
Lindungi diri dan sekitar kita dari pelecehan seksual dengan saling jaga, saling peduli. Jika melihat pelecehan seksual di manapun, tegur pelaku, dorong atau minta korban bersuara. Tarik perhatian orang di sekitar kejadian dengan membuat keramaian, berteriak, misalnya. Jangan tinggalkan korban dan pelaku pelecehan seksual.Â
Memang menyita waktu, tapi percayalah kebaikan itu bekerja dengan cara yang ajaib. Jika anda menyediakan sedikit waktu untuk peduli pada pelecehan seksual di sekitar anda, anda tidak pernah tahu kebaikan yang anda atau keluarga anda akan terima. Saya percaya hukum tabur tuai. Satu pohon bisa menjadi ribuan batang korek api tapi satu batang korek api juga bisa membakar ribuan pohon.Â
Kepedulian melawan PELECEHAN SEKSUAL adalah salah satu bentuk SOLIDARITAS menjaga dan melindungi sesama. Sama seperti pada kasus COVID-19. IMUNITAS KOMUNITAS yang terbentuk bakal melindungi lebih banyak orang. PELECEHAN SEKSUAL? Satu kata LAWAN.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H