Saya orang yang menikmati hidup. Susah senang ya dijalani saja. Awal tahun 2020, diterpa banjir. Air masuk rumah hingga ketinggi 150 cm. Sedih? Ya iyalah. Makanya begitu dapat informasi Clik Kompasiana mau jalan-jalan, saya segera mendaftar. Piknik atau jalan-jalan nggak harus jauh-jauh. Buat saya piknik itu penting untuk menyeimbangkan kehidupan.
Saya tinggal di kawasan Ciledug, titik kumpul kegiatan bersama Click-Kompasiana di pusatkan di Stasiun LRT Veldrome Rawamangun. Jarak tempuh yang lumayan. Untungnya, tempat tinggal saya nggak jauh dari rest area km 14, Jakarta-Tangerang. Sepuluh menit dari rumah, cuz mengggunakan transjakarta koridor 12. Poris Plawad-Juanda. Lanjut Ojek on line, Pk. 13.20 tiba di stasiun LRT Veldrome Rawamangun.
Semua sudah masuk ke dalam area, saya setengah berlari menyusul. Menggunakan e-money, tinggal tap dan bergabunglah saya dengan kawan-kawan yang lain. Ini kali ke 3 saya menggunakan LRT. Pertama kali saat masih uji coba jadi gratis. Kedua kali bersama anak-anak dan ini yang ke-3 kali. Sebagai orang Indonesia, saya bangga dengan transportasi modern. Sama bangganya ketika pertama kali ada transjakarta dan MRT.
Transportasi modern khususnya transportasi masal adalah salah satu kebutuhan untuk memfasilitasi aktifitas masyarakat. Waktu tempuh yang bisa dipersingkat membuat perputaran ekonomi makin kuat. Makanya saat banjir melanda Jabodetabek, sumpah nggak terbayang berapa kerugian secara ekonomi. Karna banyak deal-deal bisnis yang gagal atau batal.
Saya masuk dan melihat ke toilet baik untuk umum maupun untuk disabilitas. Toilet bersih dan bagus. Mungkin karena masih baru. Berhatrapnya bersih akan terus terjga selamanya. Sempat lihat beberapa orang (mungkin warga sekitar kelapa gading) yang menggunakan toilet untuk bebersih akibat banjir. Terlihat dari tampilan mereka yang basah hingga di atas paha dan membawa ransel di punggung. Dalam hati saya cuma bisa berdoa, semoga mereka baik-baik dan sabar   melewati banjir ini.
Ternyata kawan blogger Si Doel ini, lahoir dari Ibu yang masih keturunan  Pangeran Jayakarta. Nah keluarga besar si Doel masih tinggal di sekitaran Mesjid Jami Assalafiyah. Bahkan yang menjadi narasumber saat kami berkunjung ke Makam Pangeran Jayakarta, juga masih kerabat si Doel. namanya bang Sachroel, Ketrunan ke 16 dari pangeran sageri yang adalah cucu keponakan dari pangeran Jayakarta IV
Mesjid Jami Assalafiyah berdiri sejak tahun 1620, artinya sudah 4 abad. Sudah beberapa kali direnovasi namun tetap mempertahankan bebereapa bangunan yang utama, seperti 4 tiang ditengah. Mesjid dan area pemakaman terbuka buat umum dan lintas agama. Asal memenuhi peraturannya, Antara lain tidak melakukan hal yang melanggar norma susila dan agama, serta ketertiban umum.
Bicara pangeran Jayakarta, ternayata itu bukan nama orang tapi gelar. Nah yang dimakamkan di sini adalah pangeran Jayakarta ke IV yang nama asli Achmad Jakerta. Pangeran Jayakarta I, pasti tahu dong. Yup dia adalah Fatahilah. Pangeran Jayakarta ke II, Tubagus Angke yang dimakamkan di Mesjid Dekat kali Angke. Pangeran Jayakarta ke III. Di makamkan di Banten. Ini informasi baru buat saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H