Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersama Click-Kompasiana, Berwisata Naik LRT, Makan Bakmi Tasik hingga ke Makam Pangeran Jayakarta

1 Maret 2020   00:32 Diperbarui: 2 Maret 2020   00:14 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toilet disabilitas di stasiun LRT

Saya orang yang menikmati hidup. Susah senang ya dijalani saja. Awal tahun 2020, diterpa banjir. Air masuk rumah hingga ketinggi 150 cm. Sedih? Ya iyalah. Makanya begitu dapat informasi Clik Kompasiana mau jalan-jalan, saya segera mendaftar. Piknik atau jalan-jalan nggak harus jauh-jauh. Buat saya piknik itu penting untuk menyeimbangkan kehidupan.

Saya tinggal di kawasan Ciledug, titik kumpul kegiatan bersama Click-Kompasiana di pusatkan di Stasiun LRT Veldrome Rawamangun. Jarak tempuh yang lumayan. Untungnya, tempat tinggal saya nggak jauh dari rest area km 14, Jakarta-Tangerang. Sepuluh menit dari rumah, cuz mengggunakan transjakarta koridor 12. Poris Plawad-Juanda. Lanjut Ojek on line, Pk. 13.20 tiba di stasiun LRT Veldrome Rawamangun.

Semua sudah masuk ke dalam area, saya setengah berlari menyusul. Menggunakan e-money, tinggal tap dan bergabunglah saya dengan kawan-kawan yang lain. Ini kali ke 3 saya menggunakan LRT. Pertama kali saat masih uji coba jadi gratis. Kedua kali bersama anak-anak dan ini yang ke-3 kali. Sebagai orang Indonesia, saya bangga dengan transportasi modern. Sama bangganya ketika pertama kali ada transjakarta dan MRT.

Transportasi modern khususnya transportasi masal adalah salah satu kebutuhan untuk memfasilitasi aktifitas masyarakat. Waktu tempuh yang bisa dipersingkat membuat perputaran ekonomi makin kuat. Makanya saat banjir melanda Jabodetabek, sumpah nggak terbayang berapa kerugian secara ekonomi. Karna banyak deal-deal bisnis yang gagal atau batal.

dokpri
dokpri
Saat menaiki LRT, dan pas berada di atas pulomas-kelapa gading, kamipun disuguhkan pemandangan banjir. Saya sedih dan prihatin karena lelah saya akibat banjir tgl 1 Januari, belum hilang. Jadi melihat banjir di tempat lain, rasanya pilu banget. Jarak tempuh LRT dari stasiun Verldrome Rawamangun sampai stasiun Pegangsaan hanya sekitar 6 stasiun dan ditempuh cuma 10 menit. Sampai di stasiun pegangsaan, kami turun lalu berfoto-foto.

Saya masuk dan melihat ke toilet baik untuk umum maupun untuk disabilitas. Toilet bersih dan bagus. Mungkin karena masih baru. Berhatrapnya bersih akan terus terjga selamanya. Sempat lihat beberapa orang (mungkin warga sekitar kelapa gading) yang menggunakan toilet untuk bebersih akibat banjir. Terlihat dari tampilan mereka yang basah hingga di atas paha dan membawa ransel di punggung. Dalam hati saya cuma bisa berdoa, semoga mereka baik-baik dan sabar     melewati banjir ini.

Toilet disabilitas di stasiun LRT
Toilet disabilitas di stasiun LRT
Lalu kami lanjut naik LRT lagi dan kembali ke stasiun Veldrome Rawamangun. Cuaca panas dan perut kian lapar. Admin Click-Kompasiana, Muthiah Alhasany menjanjikan kami makan enak. Berdasarkan rekomendasi Doel/ Rizki Rakhmat Abdulah, blogger yang emang asli dari wilayah  ini. Walau matahari menyengat dan di dorong rasa lapar yang kian menguat, kami semangat melangkah  ke belakang Arion Mall. Ada  rumah makan Bakmi Tasik, namanya. Rasa lelah dan lapar tertanggulangi walau pelayanannya kurang ok. Lama dan nggak ada koordinasi antara pelayan yang menerima order dan tukang masaknya. Alhsail, sebagian kami sudah mau selesai makan, masih ada yang belum datang bakminya. Bahkan (mungkin karena enak) cepat banget habisnya. Seorang kawan kebagian bakmi tanpa toping ayamnya. Kurang afdol jadinya. Secara keseluruhan untuk rasa saya kasih poin 8. Untuk layanan dan tempat 6. Harga, seimbang Antara rasa dan harganya.

Bakmi Ayam Bakmi Tasik
Bakmi Ayam Bakmi Tasik
Usai makan, acara jalan-jalan belum berakhir. Kami masih akan mengunjungi Makam Pangeran Jayakarta. Jarak ke Makam pangeran Jayakarta tidak terlalu jauh tapi kami menolak untuk jalan kaki. Selain habis makan, cuaca lumayan panas. Nggak mau protes soal panas, karena di satu sisi saya merasa matahari lagi diperlukan banget untuk mengeringkan beberapa wilayah yang masih digenangi air. Alhasil kami ber 12 naik angkot dan turun pas depan Makam pangerang jayakarta yang berada dalam satu halaman dengan Mesjid Jami Assalafiyah

dokpri
dokpri
Makam pangeran Jayakarta berada di Jalan Jatinegara Kaum No.49 RT. 003/RW. 003 Jatinegara Kaum Pulo Gadung RT.6/RW.3 6, RT.6/RW.3, Jatinegara Kaum, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13250.

Ternyata kawan blogger Si Doel ini, lahoir dari Ibu yang masih keturunan  Pangeran Jayakarta. Nah keluarga besar si Doel masih tinggal di sekitaran Mesjid Jami Assalafiyah. Bahkan yang menjadi narasumber saat kami berkunjung ke Makam Pangeran Jayakarta, juga masih kerabat si Doel. namanya bang Sachroel, Ketrunan ke 16 dari pangeran sageri yang adalah cucu keponakan dari pangeran Jayakarta IV

Bang sachroel, keturunan ke 16 Pangeran Sageri,
Bang sachroel, keturunan ke 16 Pangeran Sageri,

Mesjid Jami Assalafiyah berdiri sejak tahun 1620, artinya sudah 4 abad. Sudah beberapa kali direnovasi namun tetap mempertahankan bebereapa bangunan yang utama, seperti 4 tiang ditengah. Mesjid dan area pemakaman terbuka buat umum dan lintas agama. Asal memenuhi peraturannya, Antara lain tidak melakukan hal yang melanggar norma susila dan agama, serta ketertiban umum.

Bicara pangeran Jayakarta, ternayata itu bukan nama orang tapi gelar. Nah yang dimakamkan di sini adalah pangeran Jayakarta ke IV yang nama asli Achmad Jakerta. Pangeran Jayakarta I, pasti tahu dong. Yup dia adalah Fatahilah. Pangeran Jayakarta ke II, Tubagus Angke yang dimakamkan di Mesjid Dekat kali Angke. Pangeran Jayakarta ke III. Di makamkan di Banten. Ini informasi baru buat saya. 

Admin ClicKompasiana, Muthiah Alhasany Menyerahkan tanda kasih
Admin ClicKompasiana, Muthiah Alhasany Menyerahkan tanda kasih
Sehabis nyekar ke Makam pangeran Jayakarta ke IV, kami sempat melihat seputaran arena makam yang memang diperuntukan bagi kerabat keturunan pangerang Jayakarta. ada fenomena yang tidak masuk di logika, di salah satu makam kerabat ada batu tumbuh di dekat nisannya. Batu yang tumbuh itu bahkan mendesak pohon di dekatnya sehingga terlihat batu tersebut seolah menancap di pohon. Usai melihat sekeliling makam, Admin Click-Komoasiana Muthiah Alhasany menyerahkan tanda kasih kepada narasumber bang Sachroel.

dokpri
dokpri
Senangnya piknik  bisa bersilaturahmi, lihat pemandangan (mengunjungi tempat wisata) dan nambah wawasan. Yuk kita biasakan piknik. Piknik nggak harus jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun