Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film, Media Tangkal Radikalisme

12 Agustus 2019   11:36 Diperbarui: 12 Agustus 2019   11:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Film, Media Tangkal Radikalisme. Film adalah salah satu media. Menurut saya sudah saatnya pemerintah kembali memperbanyak produksi film-film Indonesia yang membangkitkan rasa nasionalisme. Saat ini Media Massa dan media sosial ramai dengan Kasus Tarun Akmil Baru Enzo Allie. 

Peranakan Perancis-Indonesia. Video berisi percakapan Enzo Dan Kasad berbahasa Perancis langsung viral. Semakin viral ketika netizen nan maha benar menelusuri akun Sosmed Enzo dan terlihat foto Enzo seperti pengikut HTI, sebuah organisasi yang dinyatakan terlaranng di Indonesia. 

Salah satu foto, Enzo berdiri di gurun dengan ransel di punggung dan bendera HTI. Lalu netizen mulai mempertanyakan seleksi di Akmil, kok bisa lolos.?memangnya akun sosmed tidak di cek?

Terkait hal tersebut, saya mengkaitkan dengan nasionalisme. ABRI dan nasionalis harusnya sepaket. ABRI garda terdepan dalam membela NKRI. 

Jika kecintaan pada bangsa dan negara RI, termasuk dasar negara Pancasila meragukan, bagaimana bisa lolos AKMIL? 

Benarkah terbukanya interaksi dengan dunia yang kian tanpa batas-baca: Internet, membuat kecintaan pada bangsa dan negara berkurang? Bukankah  internet salah satu upaya memperbesar mengenalkan Indonesia di mata dunia?

Sampai saat ini, dada saya masih bergetar setiap menonton film Tjut Nyak Dhien, November 1828, Janur Kuning, Serangan Fajar, Kartini, Sang pencerah dll. 

Dan film-film Indonesia lainnya yang memperlihatkan orang-orang berinteraksi dan bersosialisasi untuk tetap mengibarkan Merah Putih. Denias,Senandung di Atas Awan, Garuda di dadaku. Kisah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di kemas cinta tanah air lewat kerja keras dan kerja nyata. 

Ini bukan soal indoktrinasi atau menggurui. Tapi memperlihatkan mengapa Indonesia patut di bela dengan jiwa dan raga? Dikemas komedi seperti nagabonarpun nggak masalah.

Ada yang berpendapat rasa nasionalisme baru akan terbentuk kalau sudah merasakan hidup di luar negeri, jauh dari negara dan sanak keluarga, merasakan menjadi kaum minoritas, baru merasakan cinta tanah air. 

Padahal nggak juga harus begitu. Ingat orang bijak berkata: tak perlu merasakan terjatuh untuk tahu rasanya sakit. Presiden Joko Widodo, di pemerintahan keduanya bertekad meningkatkan Sumber daya manusia. saya setuju banget. 

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, bukan cuma meningkatkan kemampuan dan intergeritas tapi juga mental dan nasionalisme. jika di telusuri dari Sabang hingga Merauke akan ada banyak kisah-kisah patriotisme. Nggak berarti patriotisme atau cinta tanah air adalah kisah-kisah yang cuma rela mati untuk negara. 

Denias, Senandung di Atas Awan atau Laskar pelangi adalah film yang  bercerita tentang kecintaan pada tanah air. Di film-film itupun mengangkat agama sebagai dasar pendidikan moral.

 Tidak ada masalah apapun agamanya tapi bagaimana kerja bersama mewujudkan cinta tanah air lewat kerja keras dan kerja nyata. Perbedaan memang ada tapi justru perbedaanlah yang menjadi kekuatan. 

Menurut saya seharusnya semua lembaga dan Kementrian mengalokasikan dana CSR dan memproduksi film. Ini akan menjadi cara yang jitu dan keren. Menghibur sekaigus mendidik. Cinta Tah Air harus dipelihara dan ditumbuhkan. salah satu lewat kegiatan menonton film. 

Akan semakin keren jika dilanjutkan dengan diskusi, apa sih yang ditangkap dari film-film yang ditonton. Ini untuk merangsang kemampuan mengungkapkan pendapat sekaligus menguji, sejauhmana kisah film tersebut mengena. karena berikutnya dapat dlanjutkan dengan film-film yang temanya lebih berkembang. 

Lewat film-film yang bermutu dan menghibur, saya percaya sedikit banyak kita bisa menumbuhkan rasa nasionalisme dan menangkal gerakan radikalisme yang kian hari kian marak. 

Internet nggak harus dimusuhi atau dijauhi, pendampingan orangtua dan guru sangat diperlukan. Internet memiliki sangat banyak manfaat. jangan karena ketakutan anak-anak kita terpapar radikalisme lalu melarangnya. Anak-anak kita butuh pendampingan.  

Film-film dengan tema nasionalisme selain menghibur dan mendidik, bisa menjadi ajang meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga karena bisa dijadikan sarana menonton bersama. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun