Saya jadi teringat percakapan dengan keponakan saya yang kebetulan merupakan mahasiswi semester dua Jurusan Komunikasi sebuah PTN, "Tante, memangnya anak komunikasi harus bisa menulis?" Terus terang saya sedikit keheranan,"ya harus dong," jawab saya. Usut punya usut ternyata sebagian besar masyarakat masih berpandangan bahwa menulis hanya merupakan pekerjaan jurnalis atau wartawan dan mahasiswa yang belajar ilmu jurnalistik, sedangkan mahasiswa komunikasi lebih ditekankan pada kemampuan untuk berbicara secara verbal atau lisan. Padahal skill menulis sejatinya bisa dikuasai oleh semua orang dari berbagai golongan profesi, yang membedakan hanyalah jenis dan tujuan serta kepentingan penulisan tersebut.
Salah satu peserta magang sedang mempresentasikan hasil kerja kerasnya (Foto : Koleksi Pribadi)
inilah yang akhirnya mendorong saya untuk ikut hadir dalam acara "Coverage Akademi Menulis Kompasiana - PLN" yang diselenggarakan tanggal 25 April 2016 lalu, bertempat di Gedung PT. PLN (Persero) Usdiklat Jakarta di kawasan Jakarta Barat. Dalam acara ini, selain akan diselenggarakan penjurian dan final dari 20 peserta magang karyawan dan karyawati PT. PLN, juga akan dipaparkan materi seperti apa yang telah mereka terima selama menjalani magang di Akademi Menulis PLN dalam bentuk presentasi secara langsung di hadapan juri dan para kompasianer.
Kompasianer yang hadir dalam acara ini di bagi dalam 3 kelompok yang berbeda dan masing-masing kelompok akan menempati ruangan yang berbeda, dan kebetulan dalam sesi ini saya menempati Ruang Teuku Umar. Namun, sebelum menempati ruangan masing-masing, terlebih dahulu diselenggarakan acara pembukaan yang dihadiri oleh beberapa petinggi PT. PLN (Persero) dan jajaran pimpinan dari Kompasiana yang selanjutkan akan menjadi juri dalam acara final tersebut. Setelah sesi pembukaan berlangsung dan diakhiri dengan foto bersama, acara dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing peserta magang di ruang yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap inilah sesungguhnya acara Coverage Akademi Menulis Kompasiana - PLN barulah di mulai, karena pada sesi inimasing-masing peserta akan mempresentasikan hasil magang untuk mempelajari jurnalistik dan new media sebagai bagian dari tugas yang akan mereka emban dalam bidang kehumasan di tahun-tahun mendatang.
Sesi ini merupakan yang paling menarik bagi saya, karena selain bisa melihat secara langsung dalam bentuk slide-slide yang rapi, yang menggambarkan hasil kerja keras mereka selama magang, saya bisa mengenal secara langsung para peserta magang yang beberapa diantaranya berasal dari daerah yang jauh, seperti Kalimantan dan Sumatera. Selain itu, saya juga melihat betapa semangat dan gigihnya mereka untuk mempelajari hal-hal baru yang mungkin saja sebelumnyatidak pernah terpikirkan oleh mereka akan menjadi media yang sangat efektif untuk menjalin dan membangun komunikasi baik secara internal maupun eksternal di perusahaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa era new media kini telah tiba, dan tidak hanya kehumasan yang harus mulai bersiap karena korporasi secara keseluruhan juga harus mulai mempersiapkan diri menyambut perubahan pola informasi dan komunikasi tersebut dalam lingkup internal perusahaan dan terutama terhadap masyarakat.
Untuk menunjang kebutuhan itulah, mengapa dalam Akademi Menulis PLN ini masing-masing peserta dibekali ilmu dan teknik menulis secara jurnalistik serta bagaimana memaksimalkan internet untuk mendukung kemudahan tuhas kehumasan mereka nanti setelah kembali ke satuan tugasnya masing-masing. Peserta magang yang pertama mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil belajarnya di Ruang Teuku Umar adalah Ibu Rosmalina dari Divisi Humas PT. PLN (Persero) Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu. Beberapa tulisannya sangat menarik untuk saya karena pastinya pertama kalinya beliau menulis dari sisi lain selain yang selama ini dilakukan untuk menjalankan tugasnya selaku seorang humas, seperti feature dengan sentuhan storytelling.
Namun, secara keseluruhan presentasi yang dilakukan masing-masing peserta tidak hanya berupa hasil karya berupa tulisan yang bisa diakses secara langsung melalui media Kompasiana, namun juga kendala selama menjadi peserta magang terutama ketika untuk pertama kalinya mereka harus terjun langsung mencari dan mengejar narasumber layaknya seorang jurnalis profesional pastilah akan menjadi pengalaman yang berharga. Tidak hanya itu, beberapa peserta bahkan bisa mendapatkan gambaran secara utuh seperti apa dirinya setelah melalui masa magang di Akademi Menulis PLN ini atau istilah bakat terpendam yang selama ini mungkin hanya muncul secara sporadis saat dibutuhkan atau kepepet suatu pekerjaan. Yah...banyak orang yang berpendapat, bakat menulis hanya menyumbang setidaknya 20% dari suatu keberhasilan di dunia menulis dan sebagian besar keberhasilan tersebut diperoleh dari pengalaman dan proses perjuangan yangpenuh liku. Dan mungkin saja diantara beberapa peserta magang tersebut menyimpan 20% bakat yang bahkan tidak pernah mereka sadari.
Secara keseluruhan, presentasi yang dilakukan oleh para peserta magang sangat menarik, bahkan Ibu Rosmalina menyebutkan salah satu kendala selama menjalani magang adalah baterai yang sering lowbat ketika sedang mengejar-ngejar narasumber. Wah...saya jadi tahu betapa sulitnya menjadi seorang jurnalis ketika sedang bertugas di lapangan, karena bukan hanya kendala sulitnya mewawancarai narasumber namun juga kendala teknis atau peralatan tempur pendukung yang juga harus disiapkan. Seperti halnya blogger ketika sedang mengikuti lomba tweet, juga harus mempersiapkan peralatan tempurnya terutama Power Bank dengan kapasitas full charge selain smartphone yang juga full charge, atau colokan jika menggunakan laptop atau netbook. Hal-hal di luar teknis menulis inilah yang sesungguhnya cukup menarik dan menjadi pelajaran juga untuk saya. Namun, ada hal yang menurut saya sangat penting dari hasil magang yang dilakukan 20 peserta dari PLN, bahwa Akademi Menulis Kompasiana - PLN membuka perspektif baru hubungan masyarakat dalam korporasi bahwa menulis bisa menjadi media pilihan tidak hanya kepentingan untuk membangun image yang baik korporasi semata, namun juga membangun dan menjalin hubungan yang harmonis dan interaktif dengan masyarakat agar informasi tepat sasaran.
Akademi Menulis PLN Membuka Perspektif Baru Hubungan Masyarakat Dalam Korporasi
Tidak bisa dipungkiri kehadiran new media berupa internet dan media online menjadikan aneka aktivitas kehumasan menjadi lebih efektif dan efisien. Bagaimana tidak, kehadiran new media atau media baru ini bisa memangkas jalur informasi dan komunikasi yang tadinya cukup sulit menjadi lebih mudah dan yang terpenting bisa menjangkau wilayah yang lebih luas. Kehadiran new media inilah yang menuntut Divisi Humas harus menguasai seluk-beluk media baru dan cara serta teknik berkomunikasi melalui media online, termasuk bagaimana memaksimalkan media online tersebut untuk mendukung percepatan komunikasi dan informasi kepada pihak yang disasar. Di mana menulis menjadi salah satu bidang yang sangat penting dikuasai oleh seorang humas.Â
Setidaknya melalui diselenggarakannya Akademi Menulis Kompasiana - PLN ini, ada beberapa hal penting yang ingin dibekalkan kepada 20 peserta magang dari PLN ini untuk membuka perspektif baru hubungan masyarakat, antara lain :
- Kemampuan untuk menulis dengan berbagai teknik penulisan yang nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan peserta magang tersebut ketika kembali menjalani rutinitas pekerjaannya, karena pada akhirnya seorang humas perusahaan harus mampu menjaga hubungan baik antara pihak internal dan eksternal perusahaan di mana dalam hubungan tersebut tidak hanya selalu berlangsung secara lisan atau tatap muka melainkan juga dijalin melalui media tulisan, seperti membuat newsletter, press release, tulisan advertorial, atau sekedar menjawab pertanyaan atau komentar yang mempertanyakan banyak hal dalam lingkup PLN sebagai sebuah korporasi yang membawa misi hajat hidup masyarakat. Selain itu, pembekalan ini sangat diperlukan karena secara non verbal masyarakat Indonesia di beberapa daerah memiliki kemampuan yang berbeda dalam meresponnya, yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Adalah suatu kenyataan bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam hal memahami suatu masalah yang dipaparkan secara tertulis. Namun, informasi tersebut haruslah sampai kepada masyarakat tersebut, dan untuk kebutuhan inilah diperlukan divisi humas yang mampu memilah, memilih, sekaligus menyampaikan informasi tersebut secara tertulis agar bisa dimengerti masyarakat. Keberadaan internet yang memudahkan penyampaian informasi bisa menjadi pilihan, namun tetap dengan jenis tulisan dan gaya bahasa yang disesuaikan dengan masyarakat yang berada di daerah tersebut.
- Media blog bisa menjadi pilihan divisi kehumasan untuk menjaga interaksi yang harmonis dan dinamis dengan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih luas. Memilih Kompasiana bisa jadi sangat tepat karena di media ini banyak netizen yang berkumpul dari berbagai daerah di Indonesia sehingga informasi penting yang ingin disampaikan bisa jadi langsung tepat mengenai sasaran.
- Selain tulisan, terdapat faktor pendukung lain yang juga merupakan point penting untuk mendukung kekuatan tulisan, yaitu foto dan video. Kedua point ini sangat mendukung jika digunakan untuk masyarakat yang kemampuan literasinya masih rendah, sehingga apa yang ingin disampaikan bisa dimengerti oleh masyarakat. Untuk alasan itulah maka dalam Akademi Menulis PLN kali ini para peserta magang juga dibekali dengan kemampuan untuk merekam tulisan dalam bentuk foto dan video, serta menjadikan kedua point tersebut tidak hanya menjadi sempalan atau pelengkap belaka.
- Memaksimalkan media sosial sebagai salah satu channel untuk membangun hubungan yang interaktif dan konsisten dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, Indonesia masuk dalam peringkat lima besar dunia dengan pengguna media sosial terbanyak, karena itulah jika dimaksimalkan untuk membangun branding yang positif media sosial bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tetap dibutuhkan kemampuan dasar untuk menulis agar tujuan dan target yang ingin dicapai bisa membawa keberhasilan. Pemilihan sudut pandang tulisan yang tepat bisa menjadi nilai plus bagi divisi humas dalam menyampaikan berita atau informasi dari korporasi agar lebih efektif dan efisien, karena konten untuk media sosial memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan penulisan artikel untuk konten website, press release, dan lain-lain.
Akademi Menulis Kompasiana - PLN membuka perspektif baru hubungan masyarakat dalam korporasi di mana pada era baru ini diharapkan 20 pemagang dari PLN dapat menjadi pelopor bagi pemanfaatan informasi dan komunikasi di dunia maya demi membangun kekuatan korporasi di era new media, seperti yang diharapkan. Karena seperti halnya teknologi yang selalu berubah dan mengalami perkembangan, masyarakat pun juga akan berubah mengikuti perubahan tersebut, dan mau tidak mau korporasi dimanapun juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut agar selalu relevan dengan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H