Mohon tunggu...
Queen Foniks
Queen Foniks Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merdeka Menulis

"When we write, we clarify our understanding and deepen our learning." About: - Language; English and Spanish - Short Story - Poetry - Book Review - Self Improvement Book.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Part 1: Hati yang Layu

6 Mei 2024   09:58 Diperbarui: 6 Mei 2024   13:12 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: id.pinterest/lalaa

Tok..tok..tok..

kuketuk pintu kamarnya, dan berharap dia tidak marah padaku. Karena biasanya dia tidak ingin diganggu jika sedang beristirahat. Aku tahu dia begitu lelah. Tetapi, aku juga tidak tahu harus minta tolong kepada siapa lagi untuk mengantarku ke tempat kursusku.

"Apa?" ucapnya dingin

" Bang...tolong antarkan aku ke tempat kursus, aku sudah terlambat, tidak sempat lagi jika aku harus menunggu angkot, tolong ya.." bujukku padanya

Hening...

Kulirik jam di pergelangan tanganku, hampir 2 menit dia hanya terdiam begitu saja. Hingga akhirnya, diapun berkata dengan nada tinggi, " kaukan bisa tunggu angkot! Makanya, belajar bawa motor! Jangan bisanya cuman nyusahin orang, sudah tau orang lagi istirahat. Kalau tidak punya kendaraaan, mending tidak usah pergi jauh-jauh hanya untuk bimbingan belajar".

Jujur saja, rasanya aku menyesal untuk meminta bantuannya, jika ujungnya jadi seperti itu. Dengan beberapa kalimat yang diucapkannya, rasanya aku menjadi down ,  yang tadinya aku merasa senang saat di sekolah. Kini aku merasakan sakit yang luar biasa, dadaku begitu sesak. Memang aku tidak merasakan sakit dalam fisikku, tetapi hatiku, mentalku yang retak, bagai piring kaca yang akan diberi warna, tetapi terjatuh hingga pecah berkeping-keping. Mulutku tidak berkutip lagi, aku juga hanya bisa menahan derai air mataku. Akupun memutuskan beranjak dari tempat itu, berlari menuju kamarku dan air mata yang kutahan sejak tadi, akhirnya terjatuh. Aku menangis dengan terisak-isak.

"Hiks... kalau tidak mau membantuku, bilang bang! Bukan jadi mengejekku seperti itu. Sakit, hiks" ucapku dengan suara tangisan terisak-isak sambil kupegangi dadaku yang begitu sesak. Sejenak, akupun melangitkan doa-doaku pada Yang Kuasa.

"Tuhan...kiranya Engkau menatapku, tolong aku Tuhan. Tunjukkanlah jalan-Mu Bapa, berikan aku kesabaran di dalam menjalani semua ini. Terima kasih Bapa. Amin".

Usai melangitkan doaku pada yang Kuasa, akupun merasa sangat lega, dengan kondisi mata yang masih lembab, aku beranjak dari kamar dan aku pergi ke dapur, kuraih gelas dan kutuangkan air minum hingga aku meneguknya.

"Huff..." kutarik nafasku panjang, dan aku berjalan keluar dari rumah menuju ke jalan raya, dengan maksud menunggu angkot, dan berharap angkot segera datang. Hingga beberapa menit aku menunggu, angkot itu belum muncul juga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun