Setumpuk duri menusuk benakkuÂ
Dadaku sesak, lelah tak berdaya.Â
Aku terhimpit di sebuah lorong gelisah,Â
Luka hati yang berdarahÂ
Kini kian jadi parah.Â
Ratap tangis, hingga kecewa
Asaku kian menciut, semrawut tak bisa berbuat apa.Â
Hingga kuluapkan pada seteguk air dewa.Â
Sayatan itu seakan menghilang,Â
namun hanya sebentar.Â
Nyatanya, aku belum pulih.Â
Hingga aku sadar, aku hilang arah.Â
Asa apa yang kutaruh di sini?Â
sungguh, semuanya hanya fata morgana.Â
Ujian bagaikan terik siang surya.Â
Hadir ke dunia bersama, berjuta karunia.Â
Jangan bertekuk lutut dalam putus asa.Â
Jangan bersimpun di hadapan duka.Â
Dia,Â
Dia menemukanku di lorong dosa itu.Â
Pada-Nya jua ku kembali,Â
melangitkan doa, dan asa.Â
Syukurku pada-Nya, Dia bersamaku.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H